Kabar Baik VOL. 165/2016 ? Aturan gendeng, aturan sableng!

14 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 13 Juni 2016

Matius 5:38 – 42
Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

Renungan

Gendeng! Sableng!
Mana ada sih dijahati kok nggak dibalas??Ditampar pipi kiri, kok disuruh nyerahin pipi kanan?

No way!
Ditampar ya balas tabok. Ditabok balik ya tendang. Tendang balik, panggilin temen-temen biar dimassa sampai mampus!

Demikian?
Sebentar? aku mencoba memandang aturan Kabar Baik ini dalam dua kerangka pikir yang berbeda.

Pertama, dijahati sehingga kita harus menyerahkan pipi sebelah setelah sebelahnya kena tampar kita jadikan sebagai pilihan terakhir.

Sebisa mungkin, kita harus menjaga supaya orang lain tak memiliki peluang untuk jahat terhadap kita. Caranya?

Dengan segala daya dan upaya pokoknya mengusahakan, perkara hasil akhir beda perkara, bukan wewenang kita. Urusan kita lantas? Ya menyerahkan pipi seperti tertulis di atas.

Kedua, dengan memandang uraian pertama, penyerahan pipi adalah pilihan terbaik terakhir yang harus kita lakukan. Kenapa? Lebih dari sekadar menyerahkan pipi, membalas misalnya, hal itu tidak akan mencegah supaya kejahatan tak membesar alias sama saja.

Tapi tetep sableng ah! Gendeng pokoknya!
Pssttttt? ingat pepatah lama berkata, jika mata diganti mata maka dunia kita adalah dunia yang buta.

Pengertian dunia yang buta bagiku bukan karena mata fisik yang dicongkel karena kita lebih dulu mencongkel mata orang lain.

Dunia yang buta adalah dunia yang gelap karena nir-kasih. Dunia yang buta karena dendam yang berkesinambungan, kejahatan yang saling berbalas dan tak berkesudahan. Mana mungkin Tuhan dipermuliakan dalam keadaan seperti itu mengingat Ia adalah kasih itu sendiri?

Jadi yang sableng siapa yang gendeng siapa?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.