KABAR BAIK VOL.16/2016 ? AKULAH YANG PALING BENAR!

16 Jan 2016 | Kabar Baik

KABAR BAIK HARI INI, 16 JANUARI 2016

Markus 2:13 – 17
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.

Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

RENUNGAN

Beberapa kawan berpendapat, kesalahan manusia yang paling berat adalah kemunafikan, menurutku tidak. Kesalahan paling wahid adalah ketika seseorang merasa dirinya yang paling benar.

Awal tahun 2000 dulu, setelah melalui proses ?pencarian iman? dua tahun lamanya, aku bergabung dengan sebuah komunitas kerohanian di sebuah paroki di Jogja.

Di sana seolah aku mengalami ?cinta pertama? dengan Tuhan. Dan layaknya seseorang yang mengalami cinta pertama, aku merasakan semuanya begitu indah dan menakjubkan.

Semua doa dan permintaanku dikabulkanNya.?Masalah finansial yang kuhadapi diangkatNya, urusan asmara diselesaikanNya, teman-teman yang dulunya hilang setelah gonjang-ganjing ekonomi keluargaku pada 1998 mulai datang menghampiri dan berteman akrab.

Aku juga mendapat sokongan luar biasa dari kawan-kawan sekomunitas. Hampir tiap malam kami berkumpul; berdiskusi, berdoa, membaca firman, berdiskusi lalu berdoa lagi? begitu terus menerus hingga aku merasa bahwa tak hanya doaku yang terkait dengan hal-hal duniawi yang dipenuhiNya, tapi pemahamanku atas diriNya juga digenapi!

Tapi tak lama kemudian timbul sesuatu yang aneh dari dalam diriku. Seolah ada sesuatu yang menyeruak dari dalam tentang penilaianku pada lingkungan sekitar.

Aku jadi lebih sering mengajak kawan-kawan yang tak sekomunitas berdebat ketimbang bercanda. Semua selalu kulawan apalagi kalau sudah sampai perkara dosa dan agama, mereka semua tak hanya kulibas tapi juga kuimbuhi perasaan bersalah karena bagiku, akulah yang paling benar.

Itu belum puncaknya!
Beberapa bulan kemudian, akupun keluar dari komunitas yang mengayomiku sebelumnya dengan tidak baik-baik. Alasannya? Lagi-lagi karena aku merasa orang-orang itu banyak yang akhirnya berbuat salah dan bagiku, lagi-lagi, akulah yang benar.

Itu bukan pemberhentiannya!
Selanjutnya aku dengan gegabah memutuskan untuk tak lagi pergi ke gereja. Alasannya? Karena bagiku apa yang diajarkan romo dan Tradisi Suci adalah sesuatu yang tak lebih benar ketimbang bayangan kebenaran yang ada dalam benakku!

Hingga akhirnya aku merasa terisolasi oleh karena diriku sendiri dan di situ aku baru tahu bahwa apa yang kupikirkan selama itu adalah salah besar. Penyadaran itu lantas membawaku ke keadaan yang berangsur-angsur membaik.

Kini aku masih sering terombang-ambing seperti itu, merasa yang paling benar dan menjengkelkan bagi sebagian orang. Tapi hal yang membedakan antaraku sekarang dengan yang dulu adalah, kini aku mengerti itu adalah sebuah kesalahan sedangkan dulu tidak.

Kabar baik hari ini, membuatku bersyukur atas penyadaran tersebut. Andai waktu itu aku tetap merasa yang paling benar dan menganggap perasaan itu bukan kesalahan, hubunganku dengan Yesus mungkin sudah ?end? sejak dulu.

Kenapa? Karena kabar baik hari ini, Yesus dengan tegas lagi lantang berseru bahwa Ia datang bukan untuk memanggil yang benar, Ia datang untuk menyelamatkan yang berdosa.

Tentu bukan pula berarti bahwa aku berhak untuk terus berbuat dosa semata-mata supaya Yesus selalu berada bersamaku, tapi intinya adalah penyadaran diri. Sadar bahwa kita ini makhluk lemah yang rentan terhadap dosa dan tak kedap salah dan hanya melalui pertolonganNya kita akan mampu diselamatkan dan dibenarkan oleh Kebenaran Hakiki nan Abadi.

Sebarluaskan!

1 Komentar

  1. Mantab, bro. memang susah kalau merasa diri paling baik. Nalar dan rasa sudah tak jalan kalau keadaan begitu.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.