Kabar Baik VOL.159/2016 ? Jadilah garam, jadilah terang

7 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 7 Juni 2016

Matius 5:13 – 16
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

Renungan

Ada yang menggelikan dalam perkembangan dunia entertainment tanah air belakangan ini.

Kalau dulu artis terkenal karena pekerjaan dan karya seninya, kini seorang artis bisa tenar dimana-mana karena gosip-gosip yang menerpa di sekelilingnya.

Mulai dari soal pacarnya yang beda agama, pembantunya yang tertangkap kasus sabu-sabu, hingga ternyata orientasi seksual si artis yang sebenarnya yang disembunyikan lalu terkuak.

Kita pun sebenarnya juga diminta untuk terkenal oleh Tuhan. Tapi tentu keterkenalannya dalam taraf yang berbeda dari yang dimaui ?dunia?.

Yesus secara tegas dalam Kabar Baik hari ini berkata, kita adalah garam dunia, kita adalah kota terang di atas gunung.

Tuhan mau kita dikenal sebagai orang yang menjadi muridNya.

Apakah ini berarti kita harus berteriak-teriak bahwa kita adalah seorang Katolik? Mengenakan kalung, cincin, kaos, topi, dan apapun yang menggambarkan bahwa kita adalah Kristiani?

Tentu tidak sedangkal itu.
Yang diminta Yesus adalah kita harus menunjukkan identitas dalam setiap daya hidup yang kita perbuat. Dalam setiap gerak, pikiran, perbuatan, kita harus menunjukkan bahwa kita melakukannya karena Tuhan.

Contohnya?
Tak usah yang tinggi-tinggi dan susah-susah?

Dalam lingkup terkecil, di dalam lift. Sudahkah kita tersenyum kepada orang lain yang kebetulan sama-sama menaiki lift?

Di dalam antrian loket sebuah kantor instansi pemerintah, sudahkah kita berusaha tak ketus kepada yang lain dan berpikir negatif bahwa mereka pasti nggak bisa antri dan maunya menang sendiri?

Dalam pergaulan masyarakat sehari-hari? Sudahkah kita menjadi pembawa damai atau malah ikut arus ber-sas-sus menggosipkan tetangga yang kabarnya bunting duluan padahal baru lepas SMA?

Saat banjir datang, meski rumah kita terlindungi karena struktur bangunan kita yang kokoh, tapi tetangga kalang kabut karena rumahnya tenggelam, apakah kita membukakan pintu untuk mereka sekadar berteduh dan bermalam?

Menjadi terkenal dalam kaidah ?kristiani? adalah menjadi dikenal karena tindakan positif kita. Keterkenalan itu tak melulu membuat kita tenar, meski mungkin karena lantas orang mengenal, kita mau tak mau jadi terkenal.

Ketika hal itu terjadi, apa yang harus kita lakukan?
Bagiku, menjadi terkenal selama itu adalah imbas, bukanlah sebuah kesalahan, bukan dosa apalagi kutuk. Meski, ketika nama kita terangkat, tantangan dan godaan lebih besar karena sebagaimana Yesus, kita dituntut untuk mengosongkan diri, membuat diri kita transparant; yaitu bahwa setiap orang melihat kita, ia tak melihat pribadi kita melainkan pribadiNya yang semakin mulia.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.