Kabar Baik VOL.156/2016 ? Kalau kita tak sanggup memberikan perpuluhan, mana sanggup kita memberikan semuanya?

4 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 4 Juni 2016

Markus 12:38 – 44
Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.”

Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.

Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.

Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.

Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”

Renungan

Banyak orang bertanya kenapa dalam Gereja Katolik tidak dikenal istilah perpuluhan seperti di tempat-tempat lainnya?

Bagi yang belum tahu, perpuluhan adalah aturan yang mengikat kepada umat untuk menyerahkan sepersepuluh dari penghasilannya setiap bulan kepada gereja.

Jawaban yang sering dipakai oleh Umat Katolik untuk menangkis pertanyaan itu adalah yang dijelaskan dalam Kabar Baik ini. Yaitu tentang seorang janda miskin menyerahkan semua uang yang ia punya dan Yesus bilang bahwa apa yang diberikan janda itu dibandingkan dengan orang-orang kaya yang memberikan ke dalam kotak persembahan adalah lebih besar karena janda itu memberikan dari kekurangannya sementara si kaya memberikan dari kelimpahannya.

Bagiku, ini sebenarnya jawaban yang tidak nyambung sama sekali. Pernah aku utarakan ketidaknyambungan ini ke seorang teman dan ia menjawab, ?Maksudnya, Don? Gereja lain itu diwajibkan nyumbang sepuluh persen dari yang ia punya, tapi di gereja kita, kita diminta menyumbangkan seratus persen seperti janda miskin itu!?

Wah, bagus. Tapi kenyataannya apakah kita memang benar-benar memberikan semua nafkah kita? Seratus persen kepada Gereja seperti janda miskin tadi?

Orang yang mencoba menjelaskan tadi pun tergagap-gagap dengan pertanyaanku.

Tak semua gereja, tapi di beberapa gereja di sini, saat kolekte adalah saat yang menggelikan karena suara gemerincing uang seolah beradu keras dengan paduan suara yang menyanyikan lagu persembahan.

Orang memberikan uang recehan yang biasanya 5,10, 20, 50 cent, 1 dollar atau 2 dollar dan di titik itu, mereka amat jauh dari pribadi si janda miskin, dan bahkan masih jauh pula dibanding si kaya yang memberikan dari kelimpahannya karena kenyataannya, mereka, yang memberikan koin receh itu, memberikan dari uang yang mungkin sudah ?tak ada artinya?. Istilah kata, ketimbang menuh-menuhin tempat, uang logam seperti itu ada baiknya diberikan ke gereja saja.

Jadi baiknya bagaimana?
Menurut hematku, dan menurut keyakinanku, sosok janda miskin yang dilukiskan Yesus adalah sosok yang paling mendekati sempurna dalam hal memberikan yang terbaik dari kekurangannya.

Untuk sampai ke tahap itu, kita harus berlatih mulai dari memberikan yang kecil dulu, lalu tambah besar dan tambah besar lagi. Maksudku, ketimbang mencibir gereja lain yang mewajibkan umatnya memberikan perpuluhan, mending berkaca diri, apakah kita yang kerap berkoar-koar mau memberikan seluruhnya untuk Tuhan, rela berkorban menyerahkan sepuluh persen dari penghasilan kita ke gereja?

?Mending berikan ke panti sosial dan orang miskin ketimbang ke gereja!?

Hmmm, boleh juga kalau memang kamu yakin demikian. Tapi bisa nggak memberikan ke mereka seperti janda miskin tadi memberikan uangnya? Dari kekurangan kita, bukan dari kelebihan kita?

Bisa? Nggak bisa?
Berkelit itu lebih mudah ketimbang diam dan mengakui kekurangan diri lalu berusaha sedikit demi sedikit untuk bisa lebih sempurna.

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.