Kabar Baik VOL.155/2016 ? Ketika kita terperosok dan terjatuh..

3 Jun 2016 | Kabar Baik

Kabar Baik hari ini, 3 Juni 2016

Lukas 15:3 – 7
Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

“Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Renungan

Wah enak banget ya, jadi kalau kita berbuat dosa, kita malah dicariin Tuhan untuk diajak kembali ke jalan yang benar.

Iya, hukumnya memang demikian karena Tuhan bukan Maha Pendendam, Ia Maha Kasih dan Maha Pengampun.

Tapi persoalannya sekarang, untuk bersedia bertobat/dipertobatkan itu nggak mudah loh.

Nggak percaya?
Mari bayangkan anak domba yang hilang dan bagaimana kok ia bisa akhirnya memilih untuk menghilang.

Bayangkan seratus anak domba itu berjalan, tiba-tiba ada satu ?meleng? dan nyelonong ke kiri, masuk ke rerumputan karena melihat di bawah tebing, tak jauh dari tempatnya berada, ada padang rumput hijau nan luas.

Awalnya, Ia tak tahu padang rumput itu adalah tipuan yang dibuat ular. Si ular sengaja memancing untuk si anak domba masuk dan hidup di dalam padang rumput itu. Lalu ketika sudah gemuk, iapun dijadikan santapan olehnya.

Si anak domba itu terperosok. Tapi sebelum sampai ke ?padang rumput?, ia tertahan batu besar. Di situ, Si ular menampakkan wujudnya dan si anak domba ketakutan. Tapi di sisi lain, ia juga tak bisa kembali ke atas karena tebing terlalu curam.

Si anak domba itu makin ketakutan. Ia tahu bakal jadi santapan si ular meski ia akan dibuat gemuk dan senang terlebih dahulu. Tapi ketimbang memilih berusaha balik ke atas dan nanti mendapat cacian dari kawan-kawan lainnya dan dihukum oleh gembalanya, ia memilih terjun ke bawah. ?Toh tak langsung dimakan ular. Nanti kalau udah gemukan kan tambah kuat, aku bisa lari ke atas!?

Nah, sama seperti kita.
Dosa bermula dari jebakan. Kita dijebak untuk berbuat salah. Dari kesalahan itu kita lantas masuk ke dalam perangkap dosa.

Kita sering tersadar saat kita masih dalam ?taraf? terjebak. Tapi ketidakyakinan pada penerimaan Sang Gembala terhadap diri kita, apabila kita memutuskan untuk bangkit membuat kita malah makin hancur lebur.

Kita tak yakin apakah kita bisa dimaafkan Tuhan dan sesama kita atas kesalahan yang kita perbuat. Jadi, ketimbang dipermalukan mending nyebur sekalian!

Tapi, Don? kalaupun kita terjun betulan apakah itu berarti kita tidak akan diselamatkan? Kan Tuhan Maha Ampun dan bukan Maha Dendam?

Betul! Tapi persoalannya sekarang, ketika kita terjerembab semakin dalam, semakin terbuai oleh rayuan Si Ular, persoalannya bukan Tuhan mau menyelamatkan atau tidak, tapi kapan kamu mau berhenti terperosok dan mau bersikap, ?Ya, aku mau diselamatkan!? Kapan?

Dan ketika hal itu terjadi, batasannya adalah waktu, Kawan. Tuhan Maha Pengampun dan Maha Kasih, tak terbatas dan tak berbatas.

Tapi waktu hidup kita berbatas, singkat dan sayangnya, kita tak tahu kapan hidup kita sampai pada taraf kadaluwarsa. Dan ketika kita tersadar saat semua telah terlambat, teori ini hanya akan tersisa sebagai teori semata.

Yang rugi siapa?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.