Kabar Baik Hari Ini, 14 Januari 2017
Markus 2:13 – 17
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka.
Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.
Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.
Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Renungan
Pagi ini ketika hendak memulai renungan Kabar Baik, tiba-tiba aku teringat pada Pujian Paskah (Puji Syukur 514) atau kalau dalam Bahasa Inggris biasa disebut sebagai The Exsultet: The Proclamation of Easter.
Pujian ini biasa dikumandangkan pada bagian awal perayaan ekaristi malam Paskah setiap tahunnya, tepatnya setelah peringatan lilin selesai diadakan.
Ada penggalan menarik seperti di bawah ini:
Betapa ajaib kerahiman Bapa bagi kami! Tak ternilai cinta kasih-Nya: Untuk menebus para hamba, Bapa serahkan Putra-Nya sendiri. Bahwasanya perlu dosa Adam untuk memperoleh Kristus, yang dengan wafat-Nya meniadakan dosa itu. Sungguh mujur kesalahan itu, sebab memberi kita Penebus yang demikian ini! Sungguh berbahagia malam ini, yang menghubungkan kembali surga dengan dunia, Allah dengan umat manusia.
Hmmm. Ada yang ‘ganjil’? Kesalahan dianggap kemujuran? Dosa Adam dianggap perlu? Ajaran apa ini?
Tenang, Bos… Tenang!
Kalian tak perlu risau karena risaunya tak sendirian. Kalian juga jangan mengharapkan menemukan jawabannya padaku karena aku bukan Tuhan, bukan pula pihak yang berwenang untuk memberikan jawab atas kerisauan itu. Tapi setidaknya, melalui renungan di bawah ini, aku mencoba memahami Kabar Baik hari ini dan siapa tahu, aku bisa menemukan secercah sinar terkait kerisauan itu.
Sesuai apa yang ditulis Markus di atas, ketika Yesus makan bersama para pemungut cukai, ahli Taurat dan orang-orang Farisi pun terhenyak kenapa Yesus yang katanya Putera Allah dan sedang naik daun itu malah makan dengan para pendosa?
Lalu Yesus pun menjawab dan jawabannya tajam, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Pikiranku lantas berandai-andai, menelaah Kabar Baik itu.
Adalah seorang pembantu, suatu pagi diminta majikan untuk membersihkan kamar mandi dan toilet. Menggunakan karbol yang baunya menusuk hidung, si pembantu membersihkan dengan seksama. Dinding, lantai, bak mandi serta cawan kloset, tak se-inchi-pun dilewatkannya. Setelah mengakhiri, ia melaporkan diri pada tuannya.
“Tuan! Saya sudah selesai membersihkan!” tandasnya.
“Sudah bersih?” tanya Tuannya.
Pembantu itu menjawab penuh percaya diri, “Sudah, Tuan! Sudah saya pake-in karbol juga, semerbaknya kan terasa dari sini.”
Sial baginya. Si Tuan bekerja di perusahaan alat-alat higienis. Ia mengeluarkan detektor kuman dan bakteri dari tas kerjanya. “Mana saya lihat…”
Tuan, diikuti pembantunya itu pergi menuju ke kamar mandi. Si Tuan lantas menggunakan detektor tadi diarahkan ke dinding, lantai serta toilet. “Mana katamu bersih? Tuh kamu lihat, masih banyak kuman dan bakteri yang menempel! Kamu bohong ya!?” hardik Si Tuan kencang-kencang.
Tak lama kemudian si pembantu pun dipecat karena dianggap berbohong. Lalu datang pembantu baru. Di pagi yang kurang lebih sama dengan pagi sebelumnya, ia diminta Si Tuan untuk membersihkan kamar mandi. Menggunakan karbol yang baunya menusuk hidung, si pembantu membersihkan dengan seksama. Dinding, lantai, bak mandi serta cawan kloset, tak se-inchi-pun dilewatkannya. Setelah mengakhiri, ia melaporkan diri pada tuannya.
“Tuan! Saya sudah selesai membersihkan!” tandasnya.
“Sudah bersih?” tanya Tuannya.
Nah, di sini yang membedakan. Pembantu itu menjawab, “Saya sudah berusaha semampu saya, Tuan. Semoga memang sudah benar-benar bersih. Tapi kalau ternyata menurut Tuan masih kurang, beritahu saya maka saya akan membersihkannya lagi sampai benar-benar bersih.”
Tuan, diikuti pembantunya itu pergi menuju ke kamar mandi. Si Tuan lantas menggunakan detektor tadi diarahkan ke dinding, lantai serta toilet. “Aku tahu kamu sudah berusaha sebaik mungkin tapi ini masih ada bakteri dan kumannya.” tandas Si Tuan.
Si Pembantu ketakutan.
“Kamu jangan takut, nanti kuajari caranya supaya semuanya bisa benar-benar bersih.” Si Tuan menenangkan.
Si Pembantu pun berterima kasih. Setelah diajari oleh Tuannya, kerja si pembantu makin lama makin baik. Ia disayang majikannya karena ia selalu sadar akan kelemahan dirinya sendiri lalu berusaha memperbaikinya terus-menerus. Ia tidak merasa paling benar. Bandingkan dengan pembantu sebelumnya. Ia merasa sok benar maka Tuan pun tak memberikan ampun ketika kebenaran si pembantu memang hanya ada di level ‘sok’ saja.
Si pembantu itupun lantas mensyukuri kelemahan dirinya. Karena dengan mendapati dirinya lemah dan mengakui kelemahan itu, Majikannya pun turun tangan. Ia tak hanya dimaafkan tapi juga diajari cara untuk semakin mengurangi kesalahan dan kelemahan dirinya sendiri.
Dapet kaitan renungan ini dengan Exsultet di atas? Belum juga? Hmmm…ya sudah, lupakan saja renungan ini.
0 Komentar