KABAR BAIK HARI INI, 7 MEI 2016
Yohanes 16:23 – 28
Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.
Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.
Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu.
Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.
Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.”
Renungan
Adolf Hitler, pada umur delapan tahun bahkan pernah sangat aktif dalam koor gereja dan menyatakan niatnya untuk menjadi seorang pastor.
Benito Mussolini, meski tak dibaptis waktu kecil, ibunya mengirimkannya ke sekolah yang diasuh para imam-imam Salesian (didirikan oleh Santo Don Bosco). Di sana, ia bersekolah dengan baik.
Tapi pada saat dewasa, dunia mengenal keduanya sebagai pemimpin yang kejam; Adolf di Jerman dan Benito di Italia.
Yang jadi selalu menarik bagiku adalah bagaimana seseorang seperti mereka akhirnya berubah dan bagaimana mereka mengalami perubahan itu?
Aku tak mendapati catatan mendalam tentang Benito, tapi Adolf mulai merasakan kekecewaan ketika saudara kandungnya, Edmund, meninggal karena sakit, 1898. Dari situ pribadinya berubah total.
Mereka berubah bukan karena kesambet setan dalam arti kata seperti yang kita bayangkan terjadi di film-film. Perubahan mereka adalah perubahan yang barangkali sering kita anggap sebagai ?Ah, biasa?? atau ?Ah, lumrah kalau dia berubah?? tapi justru dari hal-hal yang biasa nan lumrah itu, pribadinya menjadi tak biasa dan lumrah lagi.
Ada begitu banyak keputusan-keputusan yang dibuat baik Adolf maupun Mussolini yang amat berpengaruh pada dunia, kekejaman mereka dan otoriter-nya pemerintahan yang mereka pimpin.
Keduanya mati dengan cara mengenaskan.
Benito digantung terbalik sedangkan Adolf memilih untuk bunuh diri di bunker yang ia buat sendiri karena tahu tentara Sekutu sudah semakin dekat dan NAZI yang dipimpinnya kian diambang kehancuran.
Aku tak tahu kemana pergi roh mereka.
Secara logika dan manusiawi, neraka tentu tempat terbaik bagi mereka. Tapi kerahiman Tuhan adalah sesuatu yang tanpa batas, jadi mari kita taruh persoalan ini dalam kemisterianNya nan agung.
Apa yang Adolf dan Benito alami pada saat kecil membuatku semakin yakin berpikir bahwa roh kita berasal dari Surga, sesuatu yang lantas ditiupkan olehNya untuk menghidupi tubuh kita yang fana ini.
Perkara pada akhirnya kenapa seseorang melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan hukum kasihNya, hal itu tak melulu bermula dari godaan Si Jahat, tapi lebih pada kehendak bebas kita yang lebih ?berkuasa?.
Yesus datang, dua ribu tahun yang lalu untuk ?menjelaskan? kodrat kita, takdir kita.
Melalui apa yang diucapkan pada bagian akhir Kabar Baik hari ini, dengan cara seperti itulah sejatinya kita bermula dan akan berakhir; datang dari Bapa, diutus ke dunia dan ketika saatnya tiba, kita dipanggilnya kembali ke rumah kita, ke rumah kepunyaan Bapa yaitu surga.
Tiada hal lain yang perlu kita lakukan di dunia ini selain meyakinkan diri sendiri bahwa kita tak mau tersesat. Kita tak mau serong kanan ataupun kiri meski secara kebebasan berkehendak, bahkan Tuhan sendiri menghormati tiap putusan kita.
Tetap berada di jalan yang dimauiNya, lurus, tunduk dan pada akhirnya kita diselamatkan.
0 Komentar