KABAR BAIK VOL.118/2016 ? Ranting yang tak berbuah

27 Apr 2016 | Kabar Baik

KABAR BAIK HARI INI, 27 APRIL 2016

Yohanes 15:1 – 8
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.

Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

Renungan

Hal yang paling menyita perhatianku dalam Kabar Baik hari ini adalah, kenapa ranting yang tidak berbuah itu dipotong?

Kalau yang tidak tinggal di dalamNya lantas dibuang itu wajar, tapi sekali lagi, kenapa ranting tidak berbuah harus dipotong?

Bukankah barangkali suatu waktu ia akan berbuah??Atau katakanlah tidak berbuah, bukankah ia tak mengganggu produksi ranting-ranting lain yang berbuah manis dan banyak?

Sebentar, aku mau cerita dulu?
Waktu masih aktif pelayanan dan berkomunitas di Indonesia dulu, sepertinya tak ada yang lebih menyenangkan saat menjadi peserta maupun panitia retret atau di beberapa tempat disebut sebagai rekoleksi.

Bagi yang belum pernah ikut atau tidak tahu apa itu retret/rekoleksi, biar kujelaskan lebih dulu kepada kalian. Retret biasanya diadakan di akhir pekan, sifatnya bisa tertutup atapun terbuka, siapa saja boleh ikut tak harus mereka yang berasal dari komunitas yang sama.

Dalam retret kita biasanya mengundang pembicara dan sepanjang akhir pekan itu kita hanya mendengarkan pembicara, berdiskusi, makan, diberi waktu untuk berkontemplasi, berdoa dan mengikuti perayaan ekaristi harian lalu begitu terus berulang-ulang.

Retret biasanya diadakan di pegunungan atau di kawasan di kaki gunung. Bisa di rumah-rumah yang khusus didirikan untuk acara retret, bisa di biara-biara dan bisa pula menyewa villa atau wisma.

Aku sendiri selalu menyukai retret karena tentu bermanfaat untuk spiritual, aku juga bisa memanfaatkannya untuk berlibur dari urusan kantor, waktu ngobrol yang lebih lama dengan peserta lainnya dan kadang justru hal-hal begini membuat fokus utama dan niatan awal ikut retret jadi kabur sekabur-kaburnya hahaha…

Retret biasanya diadakan setahun sekali oleh komunitas. Tak bisa lebih banyak dari itu karena selain pertaruhan biaya, untuk mengurus pelaksanaannya tidaklah mudah dan butuh banyak persiapan.

Tapi banyak kawan-kawan dulu yang sepertinya tak puas untuk ikut retret sekali dalam setahun. Jadilah mereka berburu retret di komunitas-komunitas lain.

?Eh, itu di sana bulan depan ada Romo A ngasih retret tiga hari lho!?

?Wah, minggu depan aku terbang ke Jakarta karena ikut rekoleksi Romo B di Puncak! Kayaknya bagus tuh!?

Pernah aku bertanya berdasarkan iri karena tak bisa ikut sesering mereka, kenapa mereka ikut retret berulang kali dalam setahun, alasannya unik.

Retret itu kalau ibarat handphone, adalah tempat untuk nge-charge.

Ada lagi yang beralasan, mengibaratkan dirinya sebagai kendaraan bermotor, ?Retret itu seperti isi bensin? kalau kehabisan bensin di jalan, mobil kita mogok emangnya mau mau ngedorong? Hehehehe??

Dasar karena aku ini iri dan kepo, aku tak puas dengan jawaban begitu. Aku bertanya, ?Bagaimana dengan pekerjaanmu??

Tapi aku kalah set lagi karena kebanyakan mereka adalah wirausahawan yang tak perlu takut kerja telat di Senin pagi lalu dimarahin bos sepertiku.

Meski demikian, jawaban mereka unik dan sangat rohani, ?Aku udah nggak mikir dunia, Don! Usahaku kupasrahkan pada Tuhan, aku di sini ikut retret nanti biar Tuhan sendiri yang melipatgandakan keuntunganku!?

Padahal, beberapa kali dalam jam istirahat atau jam makan siang acara retret tahunan, mereka tampak sibuk menelpon dengan wajah serius dan ketika kutanya lagi (duh keponya diriku!), jawabnya, ?Oh, abis telepon manajer toko-ku, ada masalah sedikit tadi!? Untung aku tak menjawab, ?Lho, katanya sudah dipasrahkan Tuhan?!?

Lalu apa hubungannya antara kegiatan retret, orang-orang yang adiktif/kecanduan retret dengan ranting pohon yang tak berbuah dan lantas dipotong, Don?

Begini?
Aku bersyukur bahwa teman-temanku yang hobinya nge-charge atau isi bensin jiwa melalui cara retret yang kutulis panjang dan lebar di atas adalah orang-orang yang juga berbuah bagi sesamanya. Mereka menggaji para pegawai dan keluarga pegawainya yang berarti menjadi saluran berkat Tuhan, mereka aktif membantu kegiatan sosial baik di gereja maupun di masyarakat dan? mereka adalah orang baik. Itulah buah-buahnya..

Tapi seandainya mereka tak berbuah, bagiku mereka seperti ranting-ranting yang tak berbuah. Dari mereka aku mendapatkan jawaban kenapa mereka pada akhirnya dipotong, simplye karena mereka aktif, sangat aktif menyerap dan menghisap nutrisi yang dibawa dari akar melalui pokok pohon untuk dijadikan buah tapi nyatanya dipakai untuk menggemukkan diri sendiri…

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.