KABAR BAIK HARI INI, 21 APRIL 2016
Yohanes 13:16 – 20
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.
Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”
Renungan
Menanggapi bagian akhir Kabar Baik di atas, aku jadi was-was jangan-jangan aku tak bisa mengenali siapa sih yang sebenarnya diutusNya?
Bagaimana ciri-cirinya?
Bilamana ia datang?
Bagiku, cirinya mudah? seorang yang diutusNya adalah yang membawa Kabar Baik.
Duh? maaf, bukannya aku lantas minta dituduh bahwa akulah yang diutus karena setiap hari aku menulis Kabar Baik! Tidak, atau lebih tepatnya belum tentu! Aku masih jauh dari benar, hidupku masih penuh compang-camping dosa dan salah.
Kabar Baik juga tak melulu dalam wujud tulisan bahkan orang yang gemar menuliskan Kabar Baik sepertiku, belum tentu mewujudkan kebaikan Kabar itu dalam hidup sehari-hari.
Jadi, kalau boleh ku-rephrase, orang yang diutusNya adalah orang yang membawa Kabar Baik dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Persoalannya sekarang, adakah seseorang di dunia ini yang tidak pernah membawakan Kabar Baik sama sekali dalam hidupnya?
Atau kalau mau dibalik, pertanyaannya sekarang, adakah seseorang hadir di dunia ini dan dalam hidupnya hanya membawa kabar buruk semuanya?
Tak ada seorangpun yang tak berasal dari padaNya, Tuhan Allah yang juga tempat Yesus bermuasal, jadi, tak mungkin kalau dari asal yang sama, pada awalnya tak diciptakan baik adanya.
Aku adalah orang yang percaya bahwa seburuk apapun seseorang, ia punya sisi baik. Sejahat apapun seorang teroris yang terbukti berbuat onar bagi sesamanya, ia punya satu sisi kelembutan yang menampilkan kebaikan.
Nah, bisakah kita mengakuinya?
Bisakah kita menerima seorang teroris sebagai pembawa Kabar Baik?
Atau jangan jauh-jauh deh? bisakah kita menerima dan menemukan Kabar Baik dari suami/istri yang selingkuh dari kita?
Mana bisa, Don?
Ngeliat wajahnya aja bikin muntah!
Nah, tapi bagaimana dengan kenyataan yang kupaparkan di atas, bahwa sebikin-bikin muntahnya kamu, ia adalah orang yang berasal daripadaNya? Seburuk-buruknya ulahnya mengkhianati cintamu, kamu pernah berjanji seiya sekata karena kamu melihat ada Kabar Baik yang ada pada dirinya setidaknya untukmu, saat itu.
Tapi bagaimana jika aku sudah berusaha mencari kebaikan seseorang tapi tak kunjung menemukannya?
Teruslah berusaha mencari sebisanya karena justru dari usahamu yang tiada henti untuk menemukan kebaikan seseorang, hal itu malah makin membuatmu tampak sebagai pembawa Kabar Baik dariNya untuk sesama.
0 Komentar