• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

KABAR BAIK VOL.106/2016 ? Dihidupkan olehNya

15 April 2016 3 Komentar

KABAR BAIK HARI INI, 15 APRIL 2016

Yohanes 6:52 – 59
Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.”

Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”

Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.

Renungan

Terlepas dari siapa memakan siapa, aku takjub dengan perkataan Yesus dalam Kabar Baik hari ini,

Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.

Tiap pagi aku sarapan kalau tidak roti selai ya roti pisang. Hingga beberapa jam sesudahnya, aku dikuatkan oleh asupan-asupan tersebut.

Aku suka makan daging, apalagi kalau diolah dalam wujud steak. Hingga beberapa jam sesudah menyantapnya, aku ?dinyalakan? oleh daging tersebut hingga semua nutrisi terserap tubuh dan sisanya kita keluarkan.

Tapi ketika makan Tubuh Kristus, seperti yang ditulis di atas, kita dihidupkan oleh Yesus untuk selama-lamanya. Kematian hanyalah gerbang untuk sampai ke kehidupan selanjutnya yang bahagia.

Waduh? topik bahasanmu tambah absurd, Don!
Nah, makanya sekarang tinggal bagaimana cara membuat hal yang tampak absurd itu jadi aktual, meski keaktualan belum tentu mengubah keabsurdannya hehehe?.

Caranya?
Pertama-tama, datanglah ke Gereja, mengikuti perayaan ekaristi dan menyantap tubuh Kristus. Itu yang terutama. Kenapa? Tubuh Kristus secara aktual ya hanya bisa disantap di sana!

Cukup?
Tidak! Paus Fransiskus bahkan baru-baru ini berpesan, ke gereja bukan berarti kita adalah orang baik. Artinya? Mau seratus kali perayaan kalian ikuti dalam sehari, tak lantas membuat kita jadi orang baik.

Kebaikan itu dipupuk justru di luar pintu gereja. Aktualkanlah lagi Tubuh Kristus yang sudah aktual dan sudah kita santap di gereja. Ingat, kita sudah dihidupkan Kristus, kita harus serupa denganNya.

Caranya?
Makanlah hal-hal yang disenangi olehNya. Dunia menawarkan banyak hal, ambillah dan mendekatlah pada hal-hal kebaikan dan waspadalah pada hal-hal yang mencoba ?meracuni? kita.

Setelahnya, sama seperti Yesus, korbankanlah diri kita untuk bisa disantap siapa saja.

Disalib dan menyerahkan diri untuk dibunuh? Tentu tidak?

Mengorbankan diri bisa berarti menyalibkan? meredam segala nafsu kita dan mengutamakan sisi kasih dari dalam diri kita.

Aku punya satu contoh kecil tentang hal ini.

Kejadiannya sudah beberapa tahun silam, di sebuah gereja yang tak enaklah kalau kusebut lokasi dan namanya.

Namanya juga gereja, parkir dan lahan parkir biasanya menjadi masalah pelik yang tak bisa dihindarkan.

Sore itu pada sebuah akhir perayaan ekaristi, ketika umat mengantri untuk mengambil kendaraan masing-masing tiba-tiba ada gaduh yang luar biasa.

Orang-orang lantas berbalik arah dan ini membuat suasana makin memburuk. Ada yang teriak, memaki dan menjerit.

Telisik punya telisik, ternyata ada orang berkelahi hanya karena berebut siapa yang keluar lebih dulu dari lahan parkir.

Dua orang itu tak sendirian. Mereka bersama rombongan masing-masing sehingga jadilah tawuran itu.

Kedua orang itu sama-sama baru keluar dari gereja.?Tubuh Kristus yang disantap, secara fisik juga masih ada di dalam sistem pencernaan, air suci yang dibubuhkan di jidat belum juga kering, tapi apa yang mereka lakukan benar-benar tidak mencerminkan kenyataan bahwa mereka hidup oleh karena Yesus.

Akankah Yesus lantas menghentikan hidup mereka berdua jika demikian??Tentu tidak karena kasihNya tak terbatas. Tinggal bagaimana kita menyadari hal itu, pantaskah kita untuk disebut sebagai orang yang hidup oleh karenaNya?

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Kabar Baik Ditag dengan:Kabar Baik

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. Rully diossani mengatakan

    16 April 2016 pada 1:22 am

    Kl ak lebih melihat sbg food for soul, Ekaristi sebagai simbol, sebagai cara utk mengenang.. Namun ajaran dan filosofi yg Yesus tinggalkan menjadi suatu makanan yg tak akan pernah habis. Setujun dgn mas DV kita harus melanjutkan dan menularkan “tubuh” yg menjadi makanan td ke org lain disekitar kita. Baik di Gereja, dan terutama diluar gereja. Apik mas DV kabar baikmu iki. Ini juga salah satu cara untuk berbagi tubuh Kristus td menurutku.

    Balas
  2. Aradea Sarosa mengatakan

    16 April 2016 pada 8:09 am

    Terjemahan “Inilah tubuh-Ku…” menurut Tom Jacobs SJ aebenarnya kurang tepat. Karena yg dimaknai “tubuh” bukan hanya jasmani, fisik, atau spirit saja melainkan sebagai makna keseluruhan dari “inilah Aku” yaa ini Yesus secara utuh. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia menurut Romo Tom juga sebenarnya belum ada padanan yang pas. Justru terjemahan dalam bahasa Jawa ada yang lebih pas, yakni “iki Slira-Ku” mengandung makna Aku secara keseluruhan, tubuh, jiwa, semangat, kasih, dll. Romo Tom Jacobs SJ pun ketika membagikan komuni tidak mengucapkan Tubuh Kristus, tetapi Tuhan kita Yesus Kristus karena komuni itu bukan bermakna parsial tubuh saja melainkan ya ini Yesus secara keseluruhan. Ajaran Tom Jacobs ini pula yg saya terapkan pada saat membagi komuni suci

    Balas
  3. Joedee mengatakan

    16 April 2016 pada 9:59 am

    Aku lebih pass mengartikan sebagai “food for soul”….. Memaknainya jadi lebih dekat. Makan makan ki juga lebih mendekatkan dengan Allah jhe. Yuuk kita makan makan mas DV. Makan makanan “food for soul” berbagi dengan yang lain.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT