Jokowi pakai Nike? Yang penting nggak nyolong, Bos!

14 Jun 2017 | Cetusan

Seorang teman semalam membagi tautan dari social media yang membicarakan tentang bagaimana orang-orang ‘sumbu pendek’ overreacted terhadap Presiden Jokowi yang blusukan mengenakan sneakers Nike.

“Yaelah! Sepatu aja diributin! Dasar sumbu pendek!” cetusnya jengkel.

Aku hanya tertawa membayangkan bersungut-sungunya dia. Sebenarnya hal ini nggak mengagetkan. Sejak muncul pertama kali berita tentang Jokowi mengenakan sneakers sekitar seminggu silam, aku menebak keributan ini hanya tinggal tunggu waktu akan terpicu. Kenapa? Harga sneakers yang dikenakan Jokowi yang adalah seri Nike Lunarepic Low Flyknit 2 ini memang tak murah, 230 USD harga perpasangnya. (Baca di sini beritanya)

Hal ini tentu agak sedikit ‘bertabrakan’ dengan apa yang kerap disandangkan dan image yang menempel kepadanya sebagai presiden rakyat, presiden yang bahkan pernah mengangkat pamor sepatu lokal Cibaduyut seperti ditulis di sini.

Presiden yang merasa nyaman dengan kemeja putih seharga 125 ribu dan celana hitam 150 ribu saja.

Pandangan sederhana terhadap Jokowi juga terlanjur melekat tak hanya dari sepatu tapi juga pilihan mobil, masih ingat dong beliau pakai mobil Esemka saat menjabat walikota Solo, sesaat sebelum ia me-nasional dengan menjabat gubernur DKI Jakarta bersama Ahok.

Konyolnya, dari yang kuamati di social media beberapa kolom komentar berita tentang sepatu Jokowi ini (kadang memang lebih seneng baca komentarnya daripada berita karena lebih seru ya hahaha) banyak pendukung Jokowi malah bikin blunder dan kontraproduktif dalam menanggapi hal tersebut!

Ada yang bilang “Ya nggak papa kan Presiden punya gaji?”

Ada pula yang menyela, “Sirik aja loe!” meski bagiku yang paling salah strategi adalah seseorang yang di laman facebooknya bilang, “Sepatu $200 dibilang mahal? Aku turut prihatin dengan yang bilang demikian!”

Ouch!!! Bagiku ini kesalahan besar!
Kesalahannya, ia membawa salah satu parameter paling sensitif di dunia yaitu harga! Harga terasosiasikan dengan tingkat daya beli rakyat, terhubung erat (meski salah kaprah sebenarnya) dengan strata sosial masyarakat! Akhirnya kolom komentarnya pun terbagi dua, mereka yang mengamini dengan bilang bahwa sepatu harga segitu memang tak mahal, dan mereka yang merasa ‘tersinggung’ meski kedua aras itu belum tentu Jokowers atau anti Jokowi semuanya!

Runyam, kan? Lalu bagaimana cara meredam gejolak itu?

Pertama, diamkan saja!
Kenyataannya, Jokowi mau pakai sepatu paling murah sekalipun, orang-orang sumbu pendek itu tetap akan mencari celah dan cela dari sisi lainnya baik yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal selama Jokowi masih jadi presiden! Jadi ngapain ditanggapin? Hal itu hanya akan buang energi saja!

Kedua, for greater good!
Jokowi punya gaji dan punya uang tunjangan. ?Ia berhak untuk memilih hal-hal yang mahal selama itu dipandang perlu olehnya. Lagipula toh bukan untuk hal riang-ria, bukan seperti tokoh ‘itu’ yang memanfaatkan uang untuk sewa kamar hotel mewah di Timur Tengah untuk ngumpet dari kejaran kasus di kepolisian tapi pamitnya mengerjakan desertasi doktoral? Jokowi mengenakan sepatu itu untuk blusukan ke daerah-daerah seperti ditulis di laman Facebook resminya seperti di bawah ini:

Ketiga, pemompa semangat industri sepatu Tanah Air
Tapi kan itu sepatu bikinan luar negeri, Don?
Eitss belum tentu! Sepatu Nike yang dijual di Australia kebanyakan buatan Indonesia, buatan tangan anak negeri!

Tapi kan itu sepatu brand Amerika!?
Nah itu dia! Bukankah hal ini justru bisa jadi tambahan lecutan semangat bagi pelaku industri sepatu di Tanah Air? Presiden kita telah memberikan testimoni terhadap sepatu Nike, bisa dipastikan pasar akan bereaksi positif, sepatu ini akan dicari-cari para pendukungnya. Kenapa tak melakukan inovasi untuk memproduksi hal yang kurang lebih sama tapi dibungkus dengan brand milik anak bangsa sendiri misalnya?

Keempat, dan ini kenyataannya, sepatu itu ternyata pemberian Kaesang, anak bungsunya!
Aku tak tahu dan tak mau kepo darimana Kaesang dapat duit karena dia kan mahasiswa?

Tapi ya mikir aja barangkali ia menyisihkan sedikit untung dari usaha jualan jas hujan berlabel ‘Tugas negara, Bos!’ itu? Atau barangkali dari iklan Youtube meski sedikit, mungkin juga ada?

Atau mungkin ia diberi uang oleh masnya, Gibran atau mbaknya, Ayang, hasil tabungan dari sangu yang diberikan Bu Jokowi? Bisa saja, kan?

Aku juga nggak akan menolak kalau suatu waktu anak-anakku nanti memberiku bingkisan sepatu. Apa ya harus disembunyikan bukankah pemberian anak itu satu kebanggaan?

Yang penting nggak nyolong, Bos!

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.