Jokowi dan kartu-kartunya…

19 Jun 2014 | Cetusan, Indonesia

Orang boleh mencibir ketika Jokowi mungkin kita nilai terlampau sering mengeluarkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) pada debat capres II hari minggu lalu.

Padahal ada pesan yang gamblang tertera di sana; pembenahan mental dari yang semula kita hanya mampu berpikir ?Apa yang bisa kita berikan kepada negara? menjadi, ?Apa yang bisa kita berikan kepada negara dan apa yang bisa negara lunasi kewajiban-kewajibannya kepada kita warganya!?

Ini penting karena bagaimanapun hubungan antara warga dan negara adalah hubungan timbal balik simbiosis mutualisme dan harusnya jauh dari sifat parasitisme baik dari sisi warga maupun negara.

Tapi namanya juga kampanye.
Bahkan Pak Prabowo Subianto sendiri kan kelepasan berucap di atas mimbar debat bahwa tim suksesnya pun menganjurkan untuk mengatakan ketidaksetujuan terhadap apapun ide Jokowi baik yang brilian maupun yang sangat brilian.

Dan berikut adalah template-template cibiran yang kerap muncul terkait Jokowi dan kartu-kartunya itu? Hal yang kurekam dari pembicaraan social media maupun komentar dari tokoh di media mainstream.

 

Kartu-kartu itu pencitraan Jokowi semata, prakteknya NOL!

Seperti kutulis barusan, ini perkara mental. Mentalitas kebanyakan penduduk negara kelas tiga dan lumrah ada karena kita memang terlalu lama dibohongi rejim demi rejim yang katanya bekerja untuk rakyat tapi nyatanya tidak benar-benar seutuhnya.

Sebenarnya kita perlu mengasihani mereka yang mencibir demikian karena itu berarti mereka hanya menganggap bahwa untuk sehat dan untuk berpendidikan itu, seseorang harus punya jabatan dan kekayaan seperti yang mereka lihat di sinetron-sinetron dan kehidupan sekitarnya. Mereka jadi seolah tak percaya bahwa yang miskin pun, berhak untuk hidup sehat dan berpendidikan.

Ibarat kata seperti anjing yang dijanjikan hadiah ?tulang-tulangan? kalau ia berhasil menuruti perintah tuannya untuk melakukan sesuatu, sekali-dua kali dibohongi karena tak jadi diberi tulang-tulangan, sekalinya diberi tulang beneran, mereka sudah terlanjur skeptis.

 

Anggaran Jokowi darimana?

Ini juga perkara mentalitas yang sama, mentalitas warga negara dunia ketiga.

Selama ini kita memaknai bahwa setiap kita membayar pajak, uang pajak tersebut akan dimanfaatkan negara sebaik-baiknya dan kita menaruh begitu banyak kompromi pada pelaksanaan kata ?sebaik-baiknya? itu sendiri.

Sebagaimana petugas pajak menghitung uang yang kita bayar, kita juga punya hak untuk mempertanggungjawabkan kewajiban negara secara angka per angka juga, bukan ?sebaik-baiknya? saja.

Aku bersyukur punya pengalaman 31 tahun pernah hidup di negara berkembang dan sekarang lebih bersyukur lagi karena tinggal di negara maju, Australia dimana kesehatan dan pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah sebagaimana kita juga bertanggung jawab membayar pajak.

Kalau warganya sakit, di Australia, kita tinggal pergi ke rumah sakit ataupun poliklinik, membawa kartu ?Australia Sehat? yang bernama Medicare seperti tampak di bawah, diberikan pada receptionist, diautorisasi dan kita tak perlu membayar apapun. (Ada batas toleransi dan peraturannya memang, lengkapnya silakan dibaca di sini).

blog_jkw3_insert

Di bidang pendidikan juga demikian, malah tak pakai kartu, kita mengirim anak ke sekolah tak perlu bayar kecuali ongkos-ongkos kecil yang jumlahnya tak seberapa.

 

Jokowi cuma niru, pemerintah sudah punya program seperti itu!

Begini? ada tiga jenis tipe?pemimpin, menurutku, yaitu pelopor, korektor dan pengekor.

Katakanlah ide KIS dan KIP Jokowi itu bukan yang pertama, kalau dalam pelaksanaannya tak kunjung berhasil, ia boleh disebut pengekor.

Tapi kita tahu KIS dan KIP adalah turunan dari kartu-kartu yang sama yang telah dikeluarkan dari sistem yang sudah dijalankan selama ia memerintah baik di Kota Surakarta ataupun DKI Jakarta jadi meski mungkin ia bukan yang pertama (pelopor) ia bukan pula pengekor karena ia telah memulainya sejak lama.

Jokowi juga adalah korektor dari program-program pionir yang sebelumnya sudah ada. Bagiku, program-program pionir itu tentu belum sukses karena kalau sukses sudah barang tentu Jokowi dan tim suksesnya tak akan membawa kartu-kartu itu untuk ?jualan? dalam debat capres tempo hari, kan?

Secara garis besar, Jokowi barangkali memang tak kan banyak membawa hal baru kecuali semangat untuk ditiupkan di atas hal-hal usang sehingga jadi tampak lebih baru, rasional, kontekstual dan ini yang paling penting.. nyata!

Jadi ya terserah kalian.
Siapa yang menurutmu layak menjadi Presiden Indonesia selanjutnya. Mau yang tipe korektor dan sesekali jadi pelopor atau mau yang tipe pengekor tapi mengaku dirinya sebagai pelopor?

Mau yang bervisi-misi besar dan bekerja besar, atau mau yang terlalu banyak omong besar karena koalisinya besar tapi kerjanya belum tentu besar?

Maaf, tiba-tiba saya kebelet buang air besar!

blog_jkw3
Baca juga?tulisan dari Liputan6.com yang mewawancaraiku terkait pelaksanaan jaminan kesehatan di Australia.

Sebarluaskan!

13 Komentar

  1. Yang nyata yang bekerja. Pilih nomor dua. Hahaha. Inspiratif, Mas!

    Balas
    • Jos!

      Balas
  2. Mantap Mas, tulisan-tulisannya berkaitan dengan Capres no. 2. Semoga makin memantapkan pembaca sekalian dalam memilih.

    Salam 2 jari!

    Balas
    • Sip. Stay tuned ya, hingga akhir kampanye saya dedikasikan blog ini untuk Jokowi – JK!

      Balas
  3. Mas’e, beberapa komen di sosmed negara kelas 3 ini bilang, kemarin Jokowi jualan kartu hi hi hi…
    Antara geli sama miris ya :-)

    Balas
    • Yup :) Miris…

      Balas
  4. yang mencibir itu adalah orang2 yang nantinya akan kehilangan lahan korupsinya.
    Bermimpi+visi+misi besar beda jauh sama yang telah melakukan hal yg kecil untuk negara dunia 3 itu. Setidaknya ia telah melakukan hal yg kecil daripada cuman bermimpi hal yg besar.

    Balas
  5. Tulisan ini sebenarnya ada karena perkara Mental.

    Balas
  6. Mas, dibayar berapa buat bikin dukungan masif pencitraan kayak gini? atau mas mantan JASMEV jakarta kemarin ya? Bosen mas saya diboongin terus ama si Jelek yang satu ini mas! Modal pencitraan doank!!! cih… Jowoi… Jokowooooow…
    SALAM 2 JARI TENGAH :fuck2

    Balas
    • Aku dibayar mahal banget.. senenek moyangmu nggak bisa deh bayangin gedenya. Enyah kau ke neraka, Busuk :)

      Balas
  7. tulisan bagus izin share ya..

    Balas
    • Silakan dishare…

      Balas
  8. bhahahak…. tulisan kayak gini aja masih aja ada yang bilang dibayar dan pencitraan. Mau dibawa ke mana Negara ini kalo pola pikir dalam membacanya masih seperti itu.

    Tegas Pilih Nomor Dua!

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.