Kalau aku jadi orang Solo saat-saat ini, aku mungkin akan bersorak betapa orang-orang Jakarta itu sejatinya ‘ndeso’ sekali!
Kenapa ndeso? Karena mereka berlagak seperti orang yang baru tahu kehebatan si Jokowi. Bahwa Jokowi ternyata orang yang sangat bersahaja, menyentuh langsung hati rakyat melalui blusukan, open management oriented dan masih banyak lagi. Padahal, di Solo, hal itu bukanlah sesuatu yang baru karena sudah berlangsung sejak pertama kali ia diangkat jadi walikota medio dekade silam.
“Waktu dulu kan cuma denger-denger, sekarang ngerasain sendiri!” barangkali demikian tangkis mereka, orang-orang Jakarta itu. Kasian, ya?
Paparan di atas sebenarnya tak kumaksudkan sebagai olok-olok untuk orang-orang Jakarta, melainkan justru sebaliknya, ini adalah sinyal yang semakin menguatkan asumsi bahwa kalau ingin didengar dan diketahui secara lebih luas lagi, Wahai orang-orang yang hidup di luar Jakarta, pergilah ke Jakarta!
Bagaimanapun juga Jakarta didesain untuk menjadi magnet; pusat dari segalanya, pemerintahan, bisnis dan media.?Kamu akan seperti orang yang berteriak-teriak dalam lembah berdinding tebing tebal nan sunyi kalau kamu punya talenta dan kekuatan tapi melakukan usahamu jauh dari Jakarta. Kenapa? Karena corong-corong media itu berpusat di sana! Tak adil memang, tapi inilah kehidupan yang punya standard keadilan tersendiri dan kadang jauh dari buku-buku agama…
Meski memang hal itu tak bisa diterapkan untuk semuanya. Kalian yang punya modal dan usaha besar atau punya pandangan hidup bahwa hidup di dunia ini tak perlu untuk jadi terlalu maju dan kaya, ya tak mengapa.
Tapi bagi kalian, utamanya yang punya bibit iri dengki yang kalau memuncak bisa jadi pemicu dendam tak berkesudahan, saranku, cepat-cepatlah datang ke Jakarta. Kenapa? Takutnya kenyataan yang bergulir akan membuatmu sangat iri dan dengki terhadap orang-orang Jakarta karena kesuksesan dan ‘kemutakhirannya’ lalu naga-naganya ber-apriori terhadap segala sesuatu yang berbau ‘nJakarta’ sebagai sesuatu yang salah! Kalau begini kan yang rugi kita sendiri?
Lagipula, apa yang kalian takutkan dari Jakarta?
“Banjir! Macet! Polusi! Tak nyaman ditinggali!”
Eitsss.. tak nyaman? Kata siapa? Ada lebih dari 10 juta penduduknya dan mereka tak mau pindah meski mereka barangkali punya pilihan. Apakah ini penanda yang sahih bahwa Jakarta itu kota yang tak layak ditinggali dan tak nyaman lagi?
“Orang-orangnya bermata duitan! Egois! Sombong!”
Nah, marilah datang ke Jakarta dan jadikan dirimu sosok yang tak bermata duitan, tak egois dan tak sombong.. dengan catatan.. kalau bisa! :)
Jadi, sementara saya mengamati di selatan Khatulistiwa sini, ada baiknya kalian pindah ke Jakarta! Jokowi aja ke Jakarta?!
bener juga mas, ntarlah klo udh lulus kuliah siap menaklukan jakarta, hahahahhahahaha
Hahaha sudah ada beberapa tawaran, tapi belum cukup alasan buat pindah ke Jakarta
ak mah ke JKT mudik #ngeles (LMAO)
Hahaiii…
Banyak juga yang dari daerah datang ke Jakarta pun menjadi sombong dan besar kepala karena terikut-ikut gaya hidup di Jakarta.
Tergantung sekuat apa karakter dan iman yang dia punya sehingga dia akan tetap bersahaja saat pindah ke Jakarta.
aku sudah ke Jakarta, tapi merasa tetep ndeso. :D
kadang kupikir-pikir, Jokowi tuh kurang kerjaan datang ke Jakarta. mbok uwis Jakarta ki ben wae. ibarat orang sakit, rasanya Jakarta ini sudah sekarat. tinggal tunggu selametannya to? :))
Kota yang selalu aku hindari dari sejak sekolah dulu. Tidak pernah terbersit untuk tinggal di jakarta. Tapi yo ngono, nyari makan dan buat bukan entreprenuer ya disini sampai panggilan lainnya tiba.
Pindah ke Jakarta.. Ndak mau ah, udah enak disini :D
Aku juga pernah diajak ke Jakarta. Katanya di sana lebih terpacu buat cari duit. Beda ama Medan, yang bikin kita ‘males-malesan’ karena saking kondusifnya. Ada juga yang bilang “kalu pengen naikin personal branding ya di sini, Hel”. Tapi ya itu, belum siap. Padahal pengen banget, Om, ke sana. Sapa tau jadi terkenal gitu ya. :P
saya sejak kuliah gak pernah pengen kerja di jakarta.. beberapa kali keterima kerja di jakarta gak saya ambil karena ada tawaran yang lebih menarik di jogja. terakhir kali akhir tahun lalu sempet (akhirnya) menerima tawaran kerja di jakarta dan tinggal di sana dua minggu sebelum pulang lagi ke jogja dan kerja di sini.
entahlah :D
Kowe jo pindah Jakarta yo koh, wis kebak wong narsis ng kene :p
Besok kalau sudah lulus kuliah aku tak moro ning nJakarta :)
Aku malah menghindari tanah kelahiranku itu, dan memilih jadi orang Batak
kalau ada bos dari pusat yang kasih fasilitas bagus aku siap kok ke jakarta :P
Hahaa.. akur, tulisane mantab. Padahal aku dulu pernah mikir ogah cari karir di Jakarta, eh jebule..