Jokolish

13 Nov 2014 | Cetusan

blog_lang

Mari kita sebut aksen Pak Jokowi dalam berbahasa Inggris itu sebagai Jokolish, english gaya Mas Joko.

Jokolish lebih spesifik ketimbang Indolish karena dari yang kuamati, banyak aksen orang Indonesia memakai Bahasa Inggris (Indolish) dengan usaha yang tampak begitu keras dalam meluweskan lidah untuk melafalkan ?R? secara ?western? tapi tetap keteteran untuk membuat pembeda ketika berucap ?think? dan ?thing?, ?few? dengan ?view?, ?cant? dengan ?can? dan, maaf, ?cunt?.

Pak Jokowi nyatanya cuek. Tak peduli mau ?R? mau apapun, ia tabrak. Dalam pemaparannya di depan para CEO kelas dunia di ajang APEC di Tiongkok belum lama ini, para CEO dibuatnya terkagum-kagum. Tak ada yang menyatakan keberatan atas kesulitan mencerna apa yang Pak Jokowi sampaikan meski kuyakin hal ini sedikit banyak juga dibantu oleh pemaparan melalui power point file yang dibawakannya sendiri.

Para nyinyirers harus mengganti strategi dalam menyerang setelah rilis video pidato Pak Jokowi lewat Youtube.

Kalau semula mereka selalu melecehkan Bahasa Inggris-nya Pak Jokowi yang jauh lebih buruk ketimbang Prabowo (baca tulisanku lainnya:?Bahasa Inggris-nya Jokowi? Hmmm?), kini mereka beralih ke esensi presentasi Pak Jokowi sendiri yaitu tentang Indonesia yang katanya ?dijual?, atau ada lagi yang lebih seronok berkata layaknya gadis yang menelanjangi dirinya.

Tapi tak mengapa, setidaknya itu tanda pencapaian juga di sisi para nyinyirers bahwa setidaknya mereka sekarang juga mengerti dan paham Bahasa Inggris ala Pak Jokowi alias Jokolish. Rakyat yang baik memang harus mengerti apa yang dikatakan pemimpinnya, kan?

Ada beberapa hal menarik yang terjadi dalam presentasi tigabelas menitan nya Pak Jokowi itu.

Begini, rata-rata orang yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-harinya, ketika diminta bicara dalam Bahasa Inggris, intonasi, pelafalan (seperti yang kusebut di atas), bahasa tubuh dan ekspresi muka akan berbeda ketimbang ketika bicara dalam bahasa Indonesia.

Nah, Pak Jokowi ini sesuai pengamatanku tidak.?Tak ada bedanya ketika ia bicara dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.

Kagum? Sebentar. Aku malah berpikir bahwa dengan menggunakan dua bahasa itu, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, Pak Jokowi sebenarnya sama-sama merasa tak nyaman karena bahasa ibunya adalah Bahasa Jawa!

Kenapa begitu? Karena hal itu juga terjadi padaku.?Bahasa ibuku adalah Bahasa Jawa. Bahasa Indonesia adalah hal yang kupakai hanya untuk menulis, berbicara dalam forum resmi, bicara di depan klien (dulu) dan pacar (sekarang jadi istriku). Bahasa Inggris baru kupakai secara aktif sejak enam tahun belakangan karena pindah ke Australia, itupun hanya ketika keluar dari rumah dan pada hari kerja. Ketika di rumah dan akhir pekan, keluarga dan kawan-kawanku ya orang Indonesia, kami bicara dalam Bahasa Indonesia.

Aku menggunakan Bahasa Jawa hanya ketika menelpon Mama di Klaten tapi sejak beliau sakit, aku jarang bicara dengannya karena ia memang tak terlalu jelas lagi ketika berbicara. Bahkan dengan adikku, Chitra, pun aku berbahasa Indonesia karena memang kami dididik sejak kecil seperti itu.

Istriku adalah orang yang paling tahu bagaimana reaksi bahasa tubuh, ekspresi, dan begitu ?lepas? nya aku ketika berbicara dalam Bahasa Jawa dibanding bahasa lainnya. Nah, kupikir, analisaku Pak Jokowi pun merasakan hal yang sama.

Kembali ke soal pidatonya Pak Jokowi, ia tak tampak grogi. Padahal mengamati orang grogi ketika berbicara di depan terutama ketika membawa remote pengendali software presentasi itu mudah! Ketika tangannya bergoyang-goyang gemetaran atau pointer (titik merah di layar) tampak bergoyang-goyang kemungkinan besar si pembicara sedang grogi panggung!

Cara dan gaya bicaranya pun tak berubah! Ada perulangan-perulangan pada kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu yang mungkin maksudnya jadi penekanannya. Contohnya pada saat bicara ?four times? lalu diulangi lagi ?four times? juga pada ?17 islands? yang diulanginya lagi? Hal ini, perulangan ini, juga terjadi pada saat ia berbicara dalam Bahasa Indonesia.

Ada juga jeda-jeda yang lama antar kata yang sempat membuatku deg-degan jangan-jangan ia sedang berpikir mencari terjemahan kata yang sepadan dalam Bahasa Inggris, tapi nyatanya dalam berbahasa Indonesia pun demikian, sering tiba-tiba berhenti dan membuat yang hadir berpikir dan main tebak-tebakan angka kira-kira di hitungan berapa beliau akan melanjutkan berbicara.

Audiens sekelas CEO dan bahasa yang bukan bahasa asli juga tak membuat Pak Jokowi berubah dari stylenya, straight to the point atau bahasa jawanya, ?thok ngok?

Mungkin lagi-lagi orang mengira ia memilih begitu karena keterbatasan vocabulary Bahasa Inggrisnya.

Bisa jadi memang demikian tapi sekali lagi, coba tengok pola pidato-pidatonya selama ini, tak ada satupun yang dibuat mendayu-dayu kecuali kalau ia sedang membaca. Pidato spontannya selalu thok ngok, kesannya malah karena saking to the pointnya, jadi membuat kita kadang berpikir dan meragukan kapasitasnya, kan?

Tapi kekurangan tentu tetaplah ada.
Penggunaan grammar terutama tenses yang kurang tepat serta ketajaman dalam membedakan bentuk tunggal dan jamak (islands jadi island) adalah sesuatu yang jadi catatan.

Meski demikian, kekurangan itu dan beberapa catatan menarik di atas pada akhirnya tak terlalu penting lagi selama pendengar mengerti apa yang dikatakan Pak Jokowi.

Perasaan untuk dimengerti itu adalah salah satu hal terberat bagi orang yang berasal dari negara yang tak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya. Aku, hingga enam tahun berada di Australia pun sering mengalami kendala ini.

Mengerti apa yang diucapkan orang itu pada akhirnya jadi perkara yang mudah, apalagi kalau kita tak yakin, kita tinggal bilang ?sorry? dan dia tak keberatan mengulangi ucapannya.

Tapi untuk dimengerti itu adalah sesuatu yang tak mudah. Karena aksen dan pelafalan, ucapan yang kita katakan belum tentu dimengerti lawan bicara.

Kalau bertemu lawan bicara yang tak malas untuk bertanya atau untuk mengkonfirmasi apa yang kita katakan tak jadi soal. Tapi kalau bertemu lawan bicara yang manggut-manggut dan pura-pura mengerti karena males untuk tanya ulang atau mereka yang menangkap dari sisi lain pembicaraannya, itu lebih berbahaya karena berarti pesan kita tak tersampaikan!

Nah, kalian mau dengar bagaimana seorang Jawa yang sudah tinggal di Australia selama enam tahun membacakan pidato yang dikatakan Pak Jokowi lalu?

Silakan click di link bawah ini. Apa yang diucapkan orang dalam rekaman ini pun tak jauh lebih baik dari apa yang diucapkan Pak Jokowi.

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/176647320″ params=”auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false&visual=true” width=”100%” height=”450″ iframe=”true” /]

Kalau Pak Jokowi punya Jokolish, biarlah yang dimiliki pria dalam rekaman itu sebagai Dolish. English versi Donny sekaligus peringatan atas lokalisasi Gang Dolly yang ditutup terlalu tergesa-gesa oleh penguasa beberapa waktu silam?

Ayo, kalau kalian mau bikin versi kalian, simak link berisi transkrip pidato Pak Jokowi di sini

 

Update terbaru:

Momon, a.k.a Herman Saksono, blogger yang tak kalah kerennya dariku dan sekarang sedang berstudi di Amerika itu juga membuat rekaman pidato Pak Jokowi dan diberinya nama Momonginsh! Cekidot!

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/176683114″ params=”auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false&visual=true” width=”100%” height=”450″ iframe=”true” /]

 

Muhammad Zamroni a.k.a Matriphe, programmer senior yang juga blogger ikut partisipasi dalam ‘program’ ini. Ia memberi nama Bahasa Inggris versinya sebagai Matriphelish! Cekidot lagi, Dot!

[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/176854856″ params=”auto_play=false&hide_related=false&show_comments=true&show_user=true&show_reposts=false&visual=true” width=”100%” height=”450″ iframe=”true” /]

Sebarluaskan!

5 Komentar

  1. Pak Jokowi memang sedikit berbeda (atau bahkan jauh berbeda) dengan pemimpin sebelumnya. Kalau dulu, kalau mau presentasi apalagi di depan publik internasional Pak SBY serba teratur, tertata, pidato pun disiapkan sedemikian rupa, pokoknya harus perfect-lah. Kalau sekarang, Pak Jokowi, mau speech di dalam negeri maupun di luar negeri, nggak mau ribet, nggak suka pidato yang panjang. Beliau minta cukup disiapkan bahannya, bikin pointers aja buat clue beliau bicara, selebihnya pengembangan sendiri. (aku juga tulis itu di sini http://www.devieriana.com/2014/11/03/selamat-datang-dan-selamat-bekerja/ ). Jadi kalau terkesan kurang lancar dan agak mikir ya begitulah gaya beliau. Lha wong memang mikir sendiri apa yang mau beliau ucapkan di depan publik og, hihihik…

    Balas
  2. Aku juga deg-degan liat video-nya, Mas. Ternyata Pak Joko bisa deliver speech dengan sangat baik, dengan caranya sendiri.

    Jimate opo yo? :))

    Balas
  3. Wahhhh aku tak gawe rekaman juga yo mas dab. Tunggu nayanglish, hehe.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.