Join WAG? No way!

28 Jun 2017 | Digital

Bulan madu menikmati teknologi baru bernama WhatsApp dan?WhatsApp Group tampaknya segera berakhir.

Aku dan beberapa kawan yang kuhubungi menyatakan keengganannya untuk bergabung ke WhatsApp Group?(WAG) baru. Beda dengan beberapa waktu lalu, saat kita ramai-ramai mengenal WA sebagai hal baru sebagai pengganti Blackberry Messenger.

Waktu itu dikit-dikit bikin WAG…

Keluarga besar? Bikinin WAG!
Keluarga inti? WAG pula supaya kekinian!

Ikatan alumni? Bikin WAG!
Tapi nggak mau kalau di ikatan alumni grup ada si ini dan si itu? Bikin WAG yang baru tanpa si ini dan si itu!

Udah tenang-tenang bikin WAG tahu-tahu ada yang bermusuhan, pecah kongsi lagi, muncul WAG-WAG baru.
Demikian terus-menerus…

So, enough is enough!
Secara umum, dari yang kukumpulkan ada beberapa alasan untuk menolak ketika diajak bergabung dalam sebuah WAG. Alasan-alasan itu antara lain adalah sebagai berikut:

1. Ogah! Ada si itu dan si anu!

Diinvite ke sebuah WAG tiba-tiba di list member ada Si Itu dan Si Anu? Ogah! Keluar deh!

WAG itu layaknya komunitas offline, kadangkala kita tak cocok dengan seseorang atau sekelompok orang jadi ya wajar kalau tak semuanya harus masuk ke sebuah WAG meski topik yang diusung seluas apapun, seringan apapun dan semoderat apapun itu.

2. Ga punya waktu untuk ngebaca

Kawanku konon tergabung dalam hampir 100 WAG! Edan? Kata orang biasa, tapi bagiku itu sudah lebih dari luar biasa! Aku iseng bertanya, “Apa kamu sempat baca?”

Temanku menggeleng. Aku baca kalau ada waktu.

Lantas aku bertanya, “Kalau demikian kenapa kamu mau gabung ke WAG?”

“Nggak enak kalau nolak!”

Really?
Salah satu alasan kenapa aku tak mau diundang ke lebih banyak WAG lagi adalah karena aku tak yakin punya waktu untuk membaca semua pesan yang masuk. Kalaupun ada waktu, pertimbangan untuk tidak membaca datang dari lain sisi yaitu sepenting apakah semua pesan yang masuk itu?

3. Full of sh*t!

Apa isi kebanyakan WAG?
Dari yang kukumpulkan, kawan-kawan mengurutkan ini:

  • Ucapan selamat entah itu sukacita (ulang tahun, pernikahan, perayaan keagamaan) dan dukacita (sakit, kematian).
  • Hoax!
  • Foto-foto porno, meme, video lucu

Kecuali kamu tertarik pada hal-hal di atas, silakan gabung WAG,tapi bagiku, untuk mengucapkan ucapan sukacita dan dukacita aku terbiasa mengirim secara personal tak melalui WAG yang kadang isinya cuma copy paste!

Aku juga tak tertarik foto-foto porno, meme maupun video.

Satu-satunya hal yang membuatku tertarik bergabung di WAG dan kawan-kawanku bergabung di WAG adalah ketika mereka mendapatkan kiriman Kabar Baik dariku hahahaha!

4. Diskusi! Diskusi?

Seorang kawan menghubungiku, “Bro, kamu kuajak bergabung ke sebuah grup kebangsaan. Kita banyak diskusi di sana.”

Diskusi? Serius? Aku amat jarang menemui pengalaman berdiskusi yang menarik dan bisa berjalan baik di WAG. Yang ada justru saling adu pendapat, saling adu ketik yang berkelindan satu sama lain.

Ada pula yang sedang seru berdiskusi tiba-tiba ada yang join diskusi dengan embel-embel, “Gue ikut diskusi tapi malas scroll ke atas boleh nggak?”

Halloooo!!!!

Diskusi? Mari bertemu di warung kopi. Diskusi secara offline tetap tak tergantikan.

5. Data

Aku tak pernah meneliti berapa banyak data yang kuhabiskan untuk ikut beragam WAG karena aku bekerja di sebuah perusahaan telco so data itu tak terlalu jadi masalah karena jadi benefit karyawan. Tapi ada beberapa kawan yang mengatakan semakin banyak gabung dalam WAG semakin boros data yang dihabiskan.

Jadi? Cabut!

6. Memori

Bukan! Bukan karena kamu gabung ke WAG yang ada mantan pacarmu lalu kamu tenggelam dalam memori. Tapi kamu gabung ke WAG terlalu banyak lantas memori handphonemu habis dan kinerjanya melambat.

Ya sutra, exit dulu ya!

Bagaimana kalian? Masih nyaman bergabung dalam berjilid-jilid WAG? Atau jangan-jangan sudah muak juga sepertiku?

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.