Jogja, si penawar duka

28 Apr 2011 | Cetusan

Aku adalah orang begitu percaya pada proses, meski terkadang ya jatuh tak sabar sendiri oleh karenanya.
Maka, menanggapi kedukaan yang timbul karena berpulangnya Papa untuk selamanya, 7 April 2011 silam, pada akhirnya aku gantungkan hal itu pada proses; bahwa duka itu juga butuh proses untuk menghablur lalu menghilang dalam paparan waktu.
Delapan hari yang kuambil sebagai cuti untuk melepas kepergian Papa (alasan pertama sebenarnya untuk menengok Papa karena waktu mengambil cuti itu Papa masih kritis dan baru meninggal sehari sesudahnya) tak semuanya lantas kutuntaskan hanya dengan termangu dan termenung serta meratapi kepergiannya karena sekali lagi, duka tak kan hilang begitu saja setelah aku merenung delapan hari lamanya, kan?
Jadi jangan kaget dan jangan pula anggap aku ini anak kurang ajar kalau sehari sesudah Papa dimakamkan, bersama saudara yang datang melayat, aku sudah berada di tengah-tengah Pasar Beringharjo Jogja untuk berburu pecel setelah sebelumnya belanja-belanji di Mirota Batik Malioboro yang ada di depannya.
Eh, hidup kan harus terus bergulir?

Kuliner

Pecel di depan Pintu Utama Pasar Beringharjo, Jogja


Beberapa saudara dari Mama yang berdomisili di Jakarta, mereka datang dan menginap beberapa waktu lamanya di rumah untuk melepas kepergian Papa. Namun selain itu, mereka tentu ingin juga memanfaatkan waktu kedatangan itu untuk ‘refreshing’. Maka, menggunakan mobil carteran dan sopir kesayangan, Pak Karyuli, aku mengantar mereka untuk makan dimanapun mereka suka dan tentu kusuka :)
Om Agus, salah satu adik ipar Mama, mengajakku untuk makan siang pecel Pasar Beringharjo sehari setelah Papa berpulang. Malam harinya, bersama Om Dahyo, adik ipar Mama lainnya, kami pergi lagi ke Jogja untuk makan sup kaki kambing depan RS Panti Rapih.
Setelah mereka pulang kembali ke Jakarta, bersama kawan-kawan yang tinggal di Jogja, aku juga menyantap makanan yang jadi kegemaranku waktu aku masih tinggal di Jogja dulu. Sebut saja Babi Panggang Ucok – Condongcatur, ayam goreng sambel Lombok Idjo, SGPC (Sego Pecel) Bu Wiryo, ikan air tawar Rawa Jombor Klaten, hingga empal Bu Warno yang konon adalah empal kegemaran Butet Kartaredjasa di dalam Pasar Beringharjo tak ketinggalan kulahap. Meski masih ada beberapa makanan yang belum sempat kusantap, tapi setidaknya makanan-makanan yang kumakan kemarin cukuplah jadi pelampiasan sekaligus ‘tabungan’ hingga liburan berikutnya datang :)

Belanja


Meski tak menyediakan dana cukup banyak untuk berlanja karena toh kedatanganku ke Indonesia kemarin tidak berlabel ‘liburan’ sama sekali, aku menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh untuk anak istri dan tentu diri sendiri :)
Di Mirota Batik, selain membelikan Odi dan Mamanya rok batik, aku juga membeli gelang kulit kesukaanku, kaos oblong serta blangkon! Ah, yang terakhir ini, topi khas Jawa, yang sangat sering kupakai saat ini!
Selain itu, aku juga membeli beberapa CD musik dan VCD film Indonesia untuk kubawa kembali ke Sydney.
Tak lupa, dan yang sudah menjadi kebiasaan, pulang ke Indonesia adalah kulakan buku-buku yang sudah kuincar jauh hari sebelumnya selain juga aku membawa beberapa buku koleksi lama milik Pram (Pramoedya Ananta Toer -red) yang kusimpan di gudang rumah dan kali itu kubawa, meski dalam jumlah yang relatif sedikit karena pertimbangan jatah berat bagasi pesawat yang sangat terbatas.

Monumen

Rumah Makan Cirebon yang terletak di sisi selatan Jl Malioboro ini pada periode 80-an awal hingga 1984 selalu dijadikan tempat transit Papa menunggu travel yang akan membawanya kembali ke Kebumen setiap minggu sore setelah berakhir pekan di Klaten. Waktu itu kami memang hidup terpisah, Klaten - Kebumen

?

Jogja, bagaimanapun juga adalah tempat yang sangat spesial bagiku dan keluargaku. Mengunjunginya untuk alasan apapun adalah seperti pemenuhan rasa rindu sekaligus mengulas kembali kenangan tentang masa silam yang pernah kujalani di situ. Jogja adalah monumen bagiku.
Terlebih karena aku pulang untuk melepas kepergian Papa, maka ketika jalan-jalan di Malioboro, hal itu tak hanya mengingatkanku pada masa-masa dulu aku menuntut ilmu dan bekerja di Jogja, tapi lebih dari itu, aku seperti terlempar kembali ke masa yang lebih lampau mengenang masa-masa kecil ketika Papa sering membawaku untuk jalan-jalan ke Jogja dan menikmati tiap lekukannya.

Akur Optic yang ada di Jl Perwakilan (jalan penghubung Jl Maliboro dan Jl Mataram) ini adalah tempat pertama dan awal-awal Papa sering membelikanku kacamata sejak ia tahu aku harus mengenakan kacamata minus saat kelas 4 SD :)


?

Pertemuan

musisi jalanan mulai beraksi.. seiring laraku kehilanganmu...


Nah, ini yang kalian tunggu pastinya! Selama pulang ke Indonesia kemarin aku menyempatkan diri untuk bertemu dengan sahabat-sahabat dekat yang tinggal di Jogja. Jangan tanya berapa jumlah temanku karena seratus dari kalian datang padaku menyerahkan semua jari-jari di tangan untuk menghitung berapa jumlahnya, dengan jumawa kukatakan masih kurang :)
Oleh karenanya, meski delapan hari aku di sana, tak semua bisa kusambangi satu per satu.
Aku mampir ke Citraweb, bekas kantorku yang sekarang tampak semakin makmur dan jaya. Selain mengucap terimakasih atas partisipasinya yang luar biasa dalam membantu keluargaku ketika sedang berduka, aku juga melepas rindu bersama banyak kolega yang dulu pernah meladang bersama.
Aku juga pergi untuk bertemu tiga sahabat terdekatku, Remon, Endoch dan Martho. Meski bertemu secara terpisah, tapi batinku mampu menyatukan kedekatan ketiganya denganku dan itu menakjubkan!
Aku juga menyempatkan ngopi bersama Adhit Omphonk, sahabat terdekat yang pernah juga sama-sama bekerja di Citraweb tapi lantas ia keluar lebih dulu daripadaku. Adhit ini selain dekat denganku juga dekat dengan keluargaku dan ia berperan sangat aktif dalam acara perkabungan Papaku.
Tak lupa kusambangi teman-teman yang dulu sama-sama aktif di kegiatan rohani di Jogja. Kami terlibat beberapa obrolan yang menurutku berkualitas yang semuanya semoga semakin meningkatkan apapun yang bisa kami lakukan untuk tujuan yang baik :)
Nah, karena ini adalah media blog, aku ingin menyoroti pertemuanku dengan beberapa narablog di Jogja kemarin! Mereka adalah Uda Vizon dan istri (Uni Icha) dan Bu Tuti Nonka!
Sebenarnya kami telah merencanakan untuk bertemu Januari silam, namun apa daya saat itu waktu berjalan begitu cepat sehingga begitu repot kami mengatur pertemuan selain juga karena mertua Uda Vizon berpulang dan itu membuat Uda dan Uni harus pergi dari Jogja beberapa waktu lamanya.
Siang itu kami sepakat bertemu di Restaurant Lombok Idjo, Yogyakarta untuk bersantap siang, tiga hari sebelum aku kembali ke Sydney. Aku begitu senang bertemu dengan mereka tak hanya karena pribadi mereka yang menarik tapi lebih karena akhirnya cita-citaku untuk melakukan ‘kopdar’ dengan sesama narablog tercapai! :)
Bu Tuti Nonka ternyata ‘agak berbeda’ dari apa yang kuperkirakan. Kupikir semula, karena melihat dari disiplin ilmu yang didalami, beliau adalah sosok yang tegas dan keras, namun nyatanya ia adalah orang yang lemah lembut, sangat njawani dan halus meski dari tutur katanya dan caranya bersikap, tak bisa dipungkiri beliau memang pintar!
Uda Vizon, bagaimanapun juga sudah kubayangkan ia itu seperti apa :) Logatnya sangat Padang meski Jogja pasti telah memberi warna sendiri baginya dan keluarganya.
Lebih dari satu jam, meski itu masih kurang, kami ngudar rasa, dan selama itu pula aku begitu menikmati suasananya, segarang aku menikmati masakan-masakan yang dihidangkan yang porsinya menurut Bu Tuti, “Sudah kuduga, kan kamu jarang makan ginian di sana! (Australia – red)” hehehehehe!
Di akhir ‘acara’, Uda Vizon memberiku novel Ranah 3 Warna dan Bu Tuti Nonka memberiku buku panduan dan referensi untuk yoga, Yoga for Men! Di sinilah aku kelupaan membeli dan memberi tanda mata bagi mereka :)
Uda dan Bu Tuti, terimakasih atas pertemuan kemarin dan next time, ketika kita ketemu lagi, aku akan gantian memberi tanda mata ya :) (foto-foto dan cerita kopdar versi Bu Tuti dan Uda Vizon bisa dinikmati di sini dan di sini)
Jogja, terimakasih telah mencoba menawarkan duka yang begitu kental terasa sebelumnya!

Sebarluaskan!

20 Komentar

  1. Tak dapat kupungkiri, Jogja telah mencuri hatiku.
    Barangkali, apa yang kamu rasakan saat ini, akan pula kurasakan setelah tidak lagi berada di sana.
    Thanks juga atas kehangatan persahabatan kita.
    Semoga bisa kopdar di Sidney ya, haha… :D

    Balas
  2. waduh kapan yah bisa ke Jogja
    suasannya tuh beda banget deh :(
    salam kenal pak.. Jogja emang the best!

    Balas
  3. Ncen Jogja ora ono matine Don …
    tempat hatiku berlabuh

    Balas
  4. dan aku kangen Jogja… :-(

    Balas
  5. Mengingat masa kecil dengan Ortu memang begitu indah … dan tak pernah kita bisa melupakan… Begitu juga dengan Jogja yang memang di tata untuk Kota Kenangan

    Balas
  6. Lam kenal
    ijin Singgah ya OM
    Lagi Blogwalking ni

    Balas
  7. Wow Don.
    Kepulanganmu yang kemarin ini sepertinya justru full kegiatan ya. Sedikit menghibur diri setelah kedukaan memang disarankan, biar hati juga balance, dan bukan kurang ajarlah haha…
    Sempat bertemu pula dengan blogger2 ya Don. Sayang gak ke Jakarta ya, kalo gak bisa kopdar juga ama kita2 yg di Jakarta ini :).

    Balas
  8. Turut berduka cita atas kepergian beliau. Pilihan yang tepat untuk tidak terlalu lama termenung, lebih baik menghiasi kembali kenangan yang sudah pernah terukir disana. Bukan berarti tidak peduli, waktu terus berjalan, sayang kalau dilewatkan hanya untuk merenung. Semoga mas Donny dan sekeluarga diberikan keikhlasan :)

    Balas
  9. boleh ‘pinjem’ pak Yuli kalo aku ke Jogja ? :D

    Balas
  10. Kabar si Tunggonono bagaiman, Bos? :))

    Balas
  11. asemik! marakno pengen mulih… kangen Jogja ki aku. tahap akut!!!

    Balas
  12. Saya sempat bekerja setahun di Yogya, di awal karirku di perbankan. Dan sejak saat itu, Yogya menjadi kota yang selalu kuingat, kenangan yang ada tak pernah hilang.
    Dan belum ke Yogya kalau belum menelusuri jalan Malioboro, melihat-lihat barang yang dijual di pinggiran jalan Malioboro, makan makanan di pasar Beringharjo, ke Mirota dan lain-lain. Rupanya Yogya memang memikat banyak orang untuk selalu didatangi.

    Balas
  13. buatku jogja juga menyimpan banyak sekali kenangan
    wiz suwi ra dolan jogja, sesok dolan ah

    Balas
  14. Maaf, Om, sekalipun Om, ditinggal orang yang dikasihi, tetapi dalam momen itu ternyata Om dapat membangun hubungan dengan banyak hal, tak hanya dengan orang-orang, tetapi dengan berbagai kesukaan Om, termasuk makanan dan pakaian, aksesoris.
    Salam kekerabatan.

    Balas
  15. ” …. ia adalah orang yang lemah lembut, sangat njawani dan halus meski dari tutur katanya dan caranya bersikap, tak bisa dipungkiri beliau memang pintar!”
    Hwaa …. suwun Don! Komentar yang jelas berlebih-lebihan (tapi membuatku tersenyum-senyum :) … *dasar narsis* ).
    Kesanku terhadap Donny juga sama. Jujur, semula aku agak ‘ngeper’ kopdar dengan Donny, karena sosokmu dalam bayanganku adalah orang yang sangat pinter, kritis, dan ‘maaf’ agak sinis. Ternyata Donny yang asli sangat ramah, santun, dan rendah hati …
    Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu dengan aku dan Uda Vizon + Uni Icha … :)

    Balas
  16. entah daya magis apa yang membuat Jogja begitu ngangeni ya
    saya yang pernah tinggal di sana cuma 2thn aja, sudah punya ancang2
    klo tua nanti pengen tinggal di Jogja saja,
    karena menurut saya di Jogja tuh waktu berjalan lambat :D
    dan yang pasti serba murah tentu enak juga hehehe

    Balas
  17. Lombok Idjo itu restoran yang asyik memang :)
    Yogja itu kota yang eksotis, bisa jadi sumber tawa, sekaligus pelipur lara
    .
    .
    .
    Dan seriuuus gue kangen jogja skr >.<

    Balas
  18. Yogya menyimpan banyak kenangan manis yg tak terlupakan…

    Balas
  19. hehehe dan setiap balik ke aussie lagi, aku terima msg di ym ungkapan maaf belom bisa ketemuan :D
    tapi gak masalah kok itu, karena aku sendiri orang yang percaya ada waktunya orang saling berpisah dan bertemu, semua itu misteri… (eh nyambung gak ya komentarnya hehe..)

    Balas
  20. nemu nasi brongkos gak mas?…

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.