Dua minggu lalu, aku menghabiskan waktu dua puluh tiga jam di kota yang lima belas tahun bagian hidupku pernah kuhabiskan di dalamnya, Yogyakarta.

Babi panggang dan babi kecap, Bang Ucok! Semoga jiwamu dipermuliakan di surga, Bang karena engkau mewariskan makanan super enak itu!
Bertatap muka dengan segelintir kawan lama, makan bersama adik semata wayang dan suaminya, menghabiskan malam di rumah tempat ku dibesarkan ditemani ia yang mengandung dan melahirkanku lalu paginya berkunjung ke makam papa dan leluhur lainnya.

Bertemu kawan baru yang ‘lama’. Kakak kelas di kampus dan kawan se kost di Jogja dulu yang ternyata pernah kerja di Sydney di posisi yang kujabat sekarang ini!
Tak seberapa lama kemudian setelah nyruput teh nasgitel bikinan Eyang, meminta diri ke jakarta berkumpul bersama keluarga untuk segra kembali melanjutkan hidup ke sydney, 5000 kilometer lebih ke selatan jaraknya.
Ah, mau 23 jam, 10 hari 15 tahun bahkan seumur hidupmu, sejatinya menikmati Jogja adalah sesuatu yang mustahil untuk dituntaskan dan diperangkap dalam satuan waktu dan kata-kata? kecuali dengan perasaan yang tiada akhir…
Djogja, memang istimewa. meski jogjaku jogja pinggiran…..
DIPY = Daerah Istimewa Pinggiran Yogyakarta :D
masnya dije ya?
titi dije? :) Tulisan soal dije itu akan muncul senin depan, Mid! :)
Saya belum pernah ke Jogja mas. Tapi satu kata yang terbayang di otak saya tentang Jogja adalah “adem”.
mas, kui warung babinya neng endi ?!?!? ancer-ancer plis =)))
no place as homy as jogja, selalu ada
setangkup haru dalam rindu ya Mas