dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.?(Markus 3:19)
Salah satu pertanyaan ?terbesar? yang kerap muncul setelah membaca Kabar Baik hari ini adalah jika Yesus tahu bahwa Yudas Iskariyot itu nantinya mengkhianati, kenapa Ia tetap memasukkannya dalam kawanan rasul?
Dekat dengan Tuhan tak berarti aman dari kejatuhan
Peristiwa Yudas Iskariyot yang mengkhianati Yesus adalah bukti bahwa bahkan orang yang ada dalam lingkar dekat Tuhan pun bisa tergoda dan jatuh dalam kuasa gelap.
Dewasa ini kalau kita amati ada orang yang kecewa dan meninggalkan Gereja karena merasa sakit hati melihat begitu banyak orang munafik yang aktif menggereja.? Ada pula yang menyesal karena ?pastor pujaannya? menikah dengan seorang ibu yang aktif ke gereja.
Tentu ini konyol.
Iman tak bergantung pada ada atau tidaknya orang munafik di Gereja karena kalau demikian seharusnya sejak dulu kita sudah kecewa karena Yudas Iskariyot yang pengkhianat pun dibiarkan dekat denganNya.
Tuhan menghormati kehendak bebas
Yesus membebaskan Yudas memilih mengikuti kemauannya untuk mengkhianati atau membatalkan.? Jika mau, Yesus bisa saja membuat Yudas tak terjerumus. Tapi Ia percaya bahwa sebenarnya dengan menggunakan kehendak bebas yang diberikanNya, Yudas bisa memilih mana yang paling baik untukNya.
Kehendak bebas adalah anugerah.
Kita mempertanggungjawabkan nanti di hadapan Allah. Maka dari itu, tak ada yang lebih baik daripada memberikan kebebasan tersebut, kembali kepada Tuhan, mengikat kemerdekaan kita untuk setia kepadaNya.
Selalu ada jalan untuk kembali
Kisah pengkhianatan Yudas selalu berhasil membuatku berpikir penasaran, ?Andai Yudas tak lari ke taman di luar kota Yerusalem untuk bunuh diri, andai ia kembali kepada murid-murid lainnya dan menyesalkan perbuatannya, adakah ia diampuni??
Dengan pengetahuan imanku yang amat terbatas, aku selalu beranggapan bahwa andai saat itu ia bertobat, Yudas dimaafkan. Kenapa? Tuhan memiliki samudra pengampunan yang maha tapi Yudas tak mengindahkannya.
Yudas merasa kesalahannya terlalu besar dan menganggap kerahiman Tuhan terlampau kecil untuk bisa mengampuni dosa-dosanya itu.
Ia kecewa, ia sedih, ia gantung diri lalu mati untuk selama-lamanya.
Sydney, 19 Januari 2018
Luar biasa pencerahannya..
Tuhan Yesus memberkati