Jika percaya tidak akan binasa, lalu yang tidak percaya?

16 Sep 2019 | Kabar Baik

Di hadapan Nikodemus, Yesus membuka rahasia kenapa Ia datang ke dunia. Seperti ditulis Yohanes, Ia berkata demikian, ??supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.? (Yoh 3:16)

Hal yang menarik perhatianku dari pernyataan Yesus di atas adalah, jika mereka yang percaya tidak binasa, bagaimana dengan yang tidak percaya? Adakah yang tak percaya berarti akan binasa dan tak beroleh hidup kekal?

Apakah percaya itu?

Kalau kamu bertanya kepadaku beberapa tahun lalu, jawabanku bakal begini, ?Orang yang tidak percaya, tentu akan binasa dan tidak akan beroleh hidup kekal!?

Tapi dalam tahun-tahun belakangan, aku diajak untuk belajar begitu banyak hal melalui pengalaman-pengalaman hidup dan hal itu sedikit banyak mempengaruhi caraku memandang jawaban atas persoalan ini.

Secara inti tentu tidak berubah, tapi ada yang lebih menarik dari sekadar menyebut siapa yang akan binasa dan siapa yang akan memperoleh hidup kekal. 

Hal itu menyangkut definisi orang yang percaya. Apa dan bagaimana sih kepercayaan itu?

Kalau kepercayaan cukup dengan menunjukkan identitas KTP, maka pertanyaanku sekarang adalah adakah KTP akan kita bawa sampai mati supaya nanti kalau Santo Petrus tanya apa agama kita lantas kita menunjukkan KTP tersebut supaya kita boleh masuk ke dalamNya?

Kepercayaan tak sekadar identitas. 

Kepercayaan adalah sikap iman yang juga ditunjukkan secara nyata dalam prakte hidup sehari-hari. Usaha ini tak bisa berhenti hanya dengan menyediakan diri dibaptis, aktif dan sibuk dalam pelayanan dan rajin mengikuti misa saja. Usaha tersebut adalah sesuatu yang berkelanjutan hingga ke batas-batas yang kita sendiri tidak akan pernah tahu sampai di mana.

Dengan demikian,seorang yang sangat rajin beribadah tapi ngemplang pajak, misalnya, bukan contoh orang yang sudah percaya. Jika benar-benar sudah percaya, ia tak perlu sampai mencuri uang karena dalam kepercayaan kepadaNya, uang bukan pemegang peranan paling penting untuk membuat hidup bahagia.

Bagaimana dengan yang tidak percaya?

Tapi bagaimana dengan yang tidak percaya? 

Bukankah Ia datang untuk yang belum percaya tapi kenapa di atas dibilang justru untuk orang yang percaya?

Jawaban secara tertulis tak kita dapatkan dalam Kabar Baik hari ini. Tapi kalau kita jeli memperhatikan, Yohanes sebagai penulis Injil justru ingin menunjukkan bagaimana sikap peduli Yesus terhadap mereka yang belum percaya melalui tokoh Nikodemus.

Nikodemus, pada saat diberitahu Yesus tentang rahasia besar ini, ia belum jadi orang yang percaya kepada Yesus. Ia adalah seorang petinggi agama Yahudi yang penasaran dan datang kepada Yesus untuk mendengarkanNya.

Jadi kalau Yesus datang hanya untuk yang sudah percaya saja, kenapa Ia justru mengutarakan hal ini di muka Nikodemus dan bukan kepada para muridNya sendiri?

Sebagai orang percaya, kita pun diajak untuk memahami hal ini; bahwa kuasa dan kuat kasih Tuhan tak pernah berhenti untuk membuat yang belum percaya semakin percaya sehingga kita semua tidak akan binasa bersama-sama untuk selamanya.

Ada amin?

Sydney, 16 September 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.