Peristiwa ambruknya jembatan beberapa hari silam sejatinya tak mengagetkanku. Bagiku, itu adalah ?riak? yang memperjelas gambaranku tentang bagaimana pemerintah bekerja.
Aku membayangkan pemerintah tak ubahnya seperti seorang yang tak terlalu pandai menyelesaikan setumpuk persoalan yang ada di depannya. Ibarat seorang yang diberi tugas untuk membenahi rumah yang hampir rubuh, pemerintah tak tahu mana hal yang harus diprioritaskan untuk dikerjakan dan mana yang ‘bisa belakangan’ padahal untuk itulah mereka ditunjuk, dibayar dan harus membuktikan.
Alih-alih berbenah, ia malah sibuk mencitrakan diri sebagai seorang yang telah dan sedang bekerja keras dengan menampakkan hasil-hasil yang meski bagus tapi itukah standard untuk kita memberi label sebuah pemerintah itu tak buruk?
Semoga masih ada waktu baginya untuk bekerja lebih pintar sebelum menyentuh garis finish tiga tahun mendatang. Dan kita, rakyat, mari kita lanjutkan tidur panjang kita karena toh siklus revolusi seperti ?65 dan ?98 belum lagi masuk usia matangnya?
Zzz…zzz? zzz?
syedih karena banyak korban om :(
ember…
di pentasne balbalane beckham wis do ra lor ati kok mas, sabaar
duh,males om kalau ngomong politik,ya mungkin teknik sipilnya aja dibayar murah jadi pemeliharaannya pun seadanya.
Jembatannya sendiri sudah 10 tahun jadi kontraktor yang bangun bisa cuci tangan sih Mas, kayanya kesalahan terjadi saat pemeliharaan (kontraktor yang sekarang), karena saat jembatan dipelihara jembatan masih dipergunakan, dan ada beban dari arus sungai juga. Sayang banget loh, jembatannya itu cantik banget padahal…
pemerintah saya rasa sih udah tau mana yg harus di kerjakan terlebih dahulu … isi perutnya #eaaa
sungguh menyedihkan, mas don, jembatan yang baru berusia 10 tahun harus jebol dan menelan puluhan korban tewas. sebuah persoalan serius dan ini sangat erat kaitannya dengan kultur bangsa.
Saya baru dua hari yang lalu ke Samarinda (kira-kira 1,5 jam sebelum kota Tenggarong)….sedih sekali..
dan sepertinya masih ada korban yang belum ditemukan. Banyak cerita dari teman yang luput dari maut, hanya karena dipepet oleh bis, jadi dia mengalah…dan rupanya dia masih mendapat berkah, tak masuk korban yang kecebur sungai…dia betul2 melihat dengan bingung, jembatan yang akan dilewatinya runtuh di depan mata, sayang tak sempat memotretnya.
aku kadang berpikir, hal semacam ini tentu bisa menambah sederetan panjang daftar hal-hal yang membuat rakyat tak lagi percaya kepada pemerintah. bila ketidakpercayaan itu terus berlangsung dan dirasakan, apa jadinya ya? wah, mbayangke wae wedi aku, Don!
Sipil kita kan jempolan semua Om, hanya saja untuk bertahan hidup dan kebutuhan hidup,….. sayang kalau tak disunat :(
Aaahh.. sebagai aparatur pemerintah.. aku tahu ini.. ~_~
ternyata yg punya dosa gak cuma org2 politikus aja,…insinyur juga bisa dalam kategori ini…besok kalo malapraktik dosanya dokter, kalo tukang mengelabuhi statisktik bisa bankir dan ekonom….kebobolan sistem orang IT…heee…cari kerjaan yg kena pengaruh ini mustinya ya bro…wakkwkkk…..
Yaaa..
beginilkah negeri ini, pas keknya kalo musti berjuluk Republik Pencitraan Indonesia… Krisis kepercayaan pun sedang dicitrakan baik-baik saja.. :(
semoga nggak kejadian lagi :'(
Ada dua kemungkinan menurut pemikiranku. Kurang akurat memperhitungkan kekuatan bahan bangunan ketika membangun jembatan ini, atau tidak peduli dengan keakuratan perhitungan sang ahli dan menyunatnya demi kepentingan pribadi. Mudah-mudahan ini hanya pikiran negativ ku saja. :)
Masa itu akan datang, Mbah..
zaman sekarang,,pemerintahan kita memangbener mengkhawatirkan…
Sedih, dan pemerintah yang harus bertanggungjawab atas kejadian itu, karena ini bukan bencana alam, ini akibat kelalaian.
Turut berduka
Antara percaya dan gak percaya mendengar jembatan ambruk. Kasihan para korban yang tak bersalah …. tapi sebenarnya ini salah siapa yaaaa….
Nah…. yang sedihnya, TIDAK MAU BELAJAR.
Jangan sampe….amit-amit….. jembatan yang lain mengalami hal yang sama.
Cepet-cepet ke suramadu ahhh, sebelum …lenyap :D