Hari ini Gereja Katolik memperingati Santa Perawan Maria, Bunda Gereja.
Maria, Bunda Gereja
Bunda Maria, adalah Bunda Gereja.?Untuk itu, kalau kalian jeli, dalam bahasa Inggris, Gereja Katolik tidak diganti menggunakan kata ganti ?It? atau ?Him? tapi ?Her? yang berarti kata ganti perempuan, merujuk pada jati diri Bunda Maria.
Secara alkitabiah, hal itu dikuatkan dengan apa yang ditulis hari ini. Di atas puncak Golgota pada jam-jam kematianNya, Yesus yang disalib berkata kepada Maria yang bersimpuh bersebelahan dengan penulis Kabar Baik hari ini, Yohanes, “Ibu, inilah, anakmu!” (Yoh 19:26)?
Tapi itu adalah dalam kerangka besar, tentang perayaan hari ini. Bagaimana dengan konteks pribadi kita masing-masing? Apa yang bisa kita petik dari Kabar Baik hari ini untuk kita jadikan renungan?
Perjalanan panjang Maria menjadi ibu Tuhan
Yang kurenungkan, apa yang ditulis Yohanes hari ini adalah tentang perjalanan panjang seorang Maria untuk menjadi ibu Tuhan.
Peristiwa di atas menurutku tak bisa dipisahkan dari peristiwa yang terjadi beberapa tahun sebelumnya. Pada awal-awal pelayanan Yesus, suatu waktu Maria bersama saudara-saudara Yesus datang untuk menjengukNya. Waktu itu Yesus sedang memberikan pengajaran di depan banyak orang. Maria dan saudara-saudara Yesus berusaha menjumpaiNya tapi tak bisa karena saking banyaknya orang.
Orang-orang yang mengenali lantas berkata kepada Yesus, ?Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” (lih. Lukas 8:20)
Tapi Yesus menjawab, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (lih. Lukas 8:21)
Dimana kaitannya?
Bagi Yesus, Ibu tak hanya orang yang mengandung dan melahirkanNya. Ibu didefinisikan sebagai orang yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Itu pulalah yang lantas dilakukan Bunda.
Ia mengikuti perjalanan Yesus dari dekat. Setia hingga akhir bahkan di saat para muridNya (selain Yohanes dan Maria Magdalena) meninggalkan Yesus, Maria ada di dekatNya hingga kesudahan.
Untuk itulah makna ?Ibu? yang diucapkan Yesus dari atas kayu salib menjadi begitu dalam karena bersifat kepenuhan dari peran seorang ibu terhadap Tuhan.
Perjalanan panjang kita menjadi kristiani
Kitapun demikian. Menjadi seorang kristiani itu butuh perjalanan panjang, sepanjang hidup kita.
Tak cukup hanya karena kita dilahirkan sebagai kristen. Tak pula hanya dengan dibaptis. Tak tuntas ketika kita sudah aktif dan tak pernah absen di Gereja saja. Karena kesemuanya itu belum cukup untuk menggenapi definisi sebagai orang-orang kristiani, sebagai ibu dan saudara Tuhan; kita diminta untuk mendengarkan firman Allah dan melakukan kehendak-kehendakNya sepanjang hidup.
Tetaplah bertahan hingga kesudahan seperti Bunda. Di ujung sana nanti, sosok yang mengangkat Maria menjadi IbuNya dua ribu tahun silam adalah juga sosok yang sama yang akan mengangkat derajat kita sebagai seorang kristiani sejati, sebagai ibu dan saudara-saudariNya, Yesus Kristus!
Sydney, 10 Juni 2019
0 Komentar