Kabar Baik Hari Ini, 10 Mei 2017
Yohanes 12:44 – 50
Tetapi Yesus berseru kata-Nya: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.
Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.
Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.
Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.
Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.”
Renungan
Renungan Kabar Baik hari ini kumulai dengan sebuah cerita…
Ada seorang pria beristri, ia menikah sudah cukup lama. Setiap kali bercinta, pria ini tak pernah mau ada lampu yang menyala, semua harus gelap gulita.
Apa pasal? Lemak di tubuhnya!
Ia tak nyaman dan malu ketika harus telanjang bahkan di muka istri sendiri. Baginya kegelapan adalah penolong untuk setidaknya menyembunyikan gelambir-gelambir di perut, dada dan lengannya itu.
Itulah gelap dan itulah manfaat kegelapan! Gelap menyembunyikan kekurangan tapi ia tak mampu menghilangkannya.
Secara naluri, orang yang memiliki kekurangan tidak menyukai terang karena terang tak pandang bulu, ia mengeskpos semuanya, kelebihan dan kekurangan, kebaikan serta keburukan.
Tapi kalau demikian apakah kita harus tidak memiliki keburukan lebih dulu untuk bisa masuk ke dalam terang?
Tidak karena terang seperti yang dikatakan Yesus dalam Kabar Baik hari ini, Ia yang adalah Terang, datang bukan untuk menghakimi seberapa besar salahmu! Lagipula adakah yang benar-benar tidak memiliki kekurangan? Kalau ada, maka kekurangan orang yang merasa tak berkekurangan tersebut sudah bertambah satu, yaitu perasaan jumawa bahwa dirinya tidak memiliki satu kekurangan sekalipun!
Lalu dimana bisa menemukan terang? Haruskah kita pergi ke Gereja? Haruskah kita perlu baik terhadap sesama?
Ya, tapi nanti dulu jangan terburu-buru! Terang bisa dicapai pertama kali ketika kamu menata hati serta diri! Hati dan diri yang mau untuk diam di dalam terang adalah hati dan diri yang mau menerima Yesus, karena Dialah terang itu sendiri!
Berbekal hal tersebut, ketika kita pergi ke Gereja, ketika kita berbuat baik kepada sesama, kita bisa lebih merasakan terang yang benderang.
Maksudnya?
Ada beberapa orang yang pergi ke Gereja dan giat beraktivitas di sana semata-mata justru untuk berlindung, untuk mendapatkan label ‘Orang alim’ namun tetap menyembunyikan banyak hal buruk dalam hidupnya. Nah, penyembunyian ini bukankah berarti tidak sepenuhnya atau belum sepenuhnya lepas dari gelap? Adakah Yesus telah menerangi hatinya?
Ada juga orang begitu giat berbuat baik bagi sesama semata-mata untuk mendapatkan pamor, untuk mendapatkan kuasa dengan lebih dulu mendapatkan label ‘Orang baik nan dermawan’? Bukankah itu berarti ia tetap menyembunyikan niatan di dalam gelap? Adakah Yesus menjadi satu-satunya alasan untuk menjadi dermawan?
Jadi?
Sekali lagi, kita harus memulai dari dalam diri. Tembok gereja itu kukuh namun kadang justru menyisakan banyak tempat gelap karena tak banyak sinar matahari yang mampu menerobos masuk. Hati kedermawanan itu hangat tapi kenapa niatanmu menyumbang masih gelap remang-remang?
Jadilah anak-anak terang!
0 Komentar