iPhone 6

20 Okt 2014 | Tinjauan

'Dua Mata'. Mata yang kiri menggunakan iPhone4 sedang yang kanan menggunakan iPhone 6

‘Dua Mata’. Mata kiri menggunakan iPhone4 sedang yang kanan menggunakan iPhone 6

Setelah empat tahun tak tergantikan, dua minggu lalu akhirnya aku mengistirahatkan iPhone4-ku dan menggantinya dengan iPhone keluaran terbaru, iPhone 6.

Adapun keadaan iPhone 4 ku sendiri, istilah Jawa-nya sudah dhedhel dhuwel alias hancur lebur.

Jatuh ke lantai tanpa pelindung sudah tak terhitung. Pada salah satu kejatuhannya, cover belakangnya yang terbuat dari kaca bahkan pecah.

Tombol ?Home? yang menjadi kunci pengoperasian sudah tak berfungsi normal, perlu dipencet berulang kali untuk bisa merespon sekali. Demikian juga dengan tombol on/off, fungsi normalnya tinggal kenangan sejak beberapa waktu lalu, jadi untuk mematikannya secara total harus menunggu baterai habis terlebih dulu.

Tapi barangkali yang lebih tak bisa ditolerir adalah kenyataan bahwa kemampuannya menjalankan berbagai aplikasi jauh berkurang. Bukan melulu karena dayanya yang melemah, tapi aplikasi-aplikasi yang kupakai yang lapar memori.

Salah satu kasus terburuk adalah ketika menerima telepon. Kadang, layar memberitahuku bahwa ada telepon masuk ketika si penelpon sudah mematikan hubungannya sehingga sering meninggalkan kesan bahwa aku tak mengangkat telepon, padahal iphoneku lah yang tak kuat menyampaikannya kepadaku.

Aku memilih iPhone 6 yang berukuran standard, 4.7inch warna perak dan ber-memori 64GB. Semula aku ingin mendapatkan iPhone 6 Plus dengan ukuran layar lebih besar, 5.5inch.

Tapi niat itu lalu kubatalkan setelah mencoba menggenggamnya di outlet. iPhone 6 Plus ternyata memiliki dimensi yang tak tergenggam oleh tangan sehingga hilanglah esensi ?telepon genggam? itu sendiri. Selain ukuran, karena aku juga aktif menggunakan iPad, keberadaan iPhone 6 Plus akan ?mengganggu? fungsi iPad karena ukuran layar yang tak jauh berbeda satu dengan yang lainnya.

Harga pasaran iPhone6 standard di Australia adalah A$ 999 tapi karena kenyamanan pola pembayaran di Australia dan negara-negara maju lainnya di dunia, aku bisa membayarnya secara mengangsur selama aku mau mengikatkan diri pada kontrak dengan operator celuller selama dua tahun.

Ketika aku mengabarkan berita bahwa aku telah mengganti iPhone-ku, komentar dari kawan-kawan di lini masa pun berdatangan.

Ada yang biasa-biasa saja tapi tak sedikit yang menurutku luar biasa. Berikut cuplikannya…

Beneran gampang bengkok ya?

Logikanya, tebal tubuh yang tak seberapa itu memang akan membuat iPhone 6 lebih ringkih ketimbang yang lebih tebal jadi kalau tahu bahwa ia gampang bengkok, solusinya jelas dan mudah yaitu jangan diletakkan di tempat yang membuatnya mudah bengkok misalnya di selipan saku celana bagian belakang lalu diduduki.

Logika ini sama dengan logika bahwa kertas jika ditarik dari dua sisi ke arah yang berlawanan akan mudah robek, atau laptop jika ditaruh di atas rel kereta lalu dilindas akan hancur berkeping-keping. Jadi solusinya, ya hindari hal-hal seperti itu. Mudah, kan?

Tapi, meski tak pernah menyelipkan handphone di saku belakang celana, sebagai tindakan preventif, beberapa saat setelah mendapatkan iPhone 6, aku membeli sebuah selongsong (casing) berbahan baku cukup solid serta sebuah pelapis layar berupa kaca premium super tipis untuk melindunginya.

 

Iphone6 bisa apa saja?

Ini adalah pertanyaan klasik tapi kupikir tak terlalu cocok lagi untuk diterapkan pada iPhone dan handphone jenis lainnya yang menggunakan operating system dan memperbolehkan kita untuk menginstall aplikasi di dalamnya.

Setiap rilis iPhone terbaru, feature tambahan biasanya terbatas pada tingkat kepekaan kamera, ukuran dan jenis bahan dasar layar serta bodi. Yang paling baru sejak rilis iPhone 5 adalah perbedaan tipe kabel penghubung dan alat pemindai sidik jari pada tombol home yang dimulai sejak iPhone 5s.

Tapi itu semua sebenarnya tak terlalu penting kecuali pada peningkatan performa kerja mesin yang ditawarkan; akan seberapa kuat ia ketika kupergunakan untuk membuka berbagai macam aplikasi, akan seberapa cepat ia ketika kugunakan untuk berinteraksi.

Jadi, kalau ada yang bertanya iPhone6 bisa apa saja, selama ia tak bisa terbang, kuanggap kemampuan terbaiknya adalah untuk menjaga ritme kerja selama kupergunakan tetap baik dan itu adalah lebih dari cukup.

Selfie terakhir menggunakan iPhone4.

Selfie terakhir menggunakan iPhone4.

 

Kenapa tetap ke iPhone bukankah produk lain sudah menggunakan teknologi dan layar selebar itu bahkan sejak beberapa tahun yang lalu?

Persoalannya bukan siapa yang lebih unggul.

Pilihanku pada iPhone6 lebih pada masalah kontinuitas penggunaan dari iPhone yang lama dan sinkronisasi data serta aplikasi dan kesinambungan experience pada semua gadget dan alat kerjaku yang semuanya adalah produksi Apple.

Kesinambungan experience kutempatkan pada yang terutama.
Kalian pernah nggak suatu waktu bingung mencari tombol ?Submit? di sebuah website karena punya struktur halaman yang beda dengan halaman lainnya? Atau tiba-tiba kamu lupa meng-attach dokumen di dalam email yang dikirim melalui komputer teman hanya karena kalian berpikir bahwa dengan drag and drop nama filedari explorer/finder ke aplikasi ?Mail? semua akan beres seperti yang biasa dilakukan pada aplikasi pengirim email favoritmu?

Itulah yang dinamakan ?pengalaman? atau dalam bahasa teknisnya adalah user experience.
Masing-masing produsen biasanya akan menempatkan kesinambungan pengalaman/ experience sebagai hal yang terutama ketika mereka melakukan upgrade maupun ekstensifikasi produk.

Pilihanku pada iPhone 6 adalah menjaga kelanjutan pengalaman yang sama dengan iPhone sebelumnya sekaligus dengan iPad, Macbook Pro dan iMac serta Mac Mini-ku.

Atau lain waktu aku perlu mencari nomer telepon atau menambahkan yang baru, aku tak perlu mencari dimana iPhoneku terlebih dulu, karena lewat iMac-ku aku bisa melakukannya lalu pada saat yang hampir bersamaan, aku bisa menggunakannya untuk menelpon melalui iPhoneku.

Jadi ini bukan perkara mana yang lebih canggih dan lebih baru, lebih pada mana yang terbaik untukku dan tidak membuat ribet.

Namun meski demikian, pengalamanku menggunakan iPhone 6 tidaklah semulus kawan-kawan lainnya.

Baru dipakai beberapa hari, tiba-tiba iPhoneku mengalami restart tiada henti. Untungnya aku tak panik karena kutahu bahwa Apple tak ragu untuk menukarnya dengan yang baru jika memang itu adalah kesalahan produksi.

Dan benar saja.
Keesokan harinya aku pergi ke Apple Store terdekat dan mereka memberiku iPhone 6 baru secara cuma-cuma.

Ini adalah salah satu komitmen Apple yang sangat kuhargai.
Mereka selalu berjanji untuk membuat produk yang terbaik. Ketika produknya mengalami ketidaksempurnaan, mereka lantas membuatnya sempurna dengan pelayanan konsumen yang tak kalah sempurnanya?

Simak unboxing video-ku berikut ini:

Sebarluaskan!

13 Komentar

  1. Kalau aku belum tega beli hape semahal itu. Malu juga sama penghasilan yang tak seberapa ini.

    Balas
  2. “Jadi, kalau ada yang bertanya iPhone6 bisa apa saja, selama ia tak bisa terbang, kuanggap kemampuan terbaiknya adalah untuk menjaga ritme kerja selama kupergunakan tetap baik dan itu adalah lebih dari cukup.”

    Ketika digenggaman tangan orang yang tepat bisa terbang melayang dan mendarat tepat sasaran.

    Balas
    • Hehehe, bagi orang yang demen lempar-lempar handphone, kemampuan menerbangkan iphone itu pun termasuk dalam rangka menjaga ritme kerja dan hobi :)

      Balas
  3. ..user experience dan consistency rupanya mmg cukup penting ketika memutuskan untuk membeli produk ya mas dab. bojoku dah 15 th lebih make audi. kemarin pas waktunya ganti mobil niat mo pindah ke bmw. meski sekelas dan harga ga beda jauh pas test drive ternyata tetep beda rasanya. akhirnya balik lagi tetep ke audi, hihi…

    Balas
    • Yup… perkembangan web development belakangan ini pun menempatkan UX sebagai hal yang sangat penting.

      Balas
  4. Setuju, Apple memang jagoan dalam memanjakan penggunanya.

    Sekedar berbagi cerita, anakku yang waktu itu berumur 2.5 tahun lebih nyaman menggunakan iPad dibanding tablet lain dengan OS Android. Dalam 2-3 hari saja sudah bisa melakukan banyak hal tanpa harus diajarkan.

    Balas
    • User experience is a king, Dab :)

      Balas
  5. Dab..
    Nonton video iphone 6-mu malah kealihkan ama jam tangan-mu…
    Suunto vector ?

    Balas
    • He eh, Suunto Vector koleksi lawas wes pitung tahunan ketoke…

      Balas
  6. Entah kenapa dari dulu malah gak pernah tertarik dengan produk apple. Di kantor ada mini iPad nganggur yang biasanya buat project juga gak pernah aku sentuh buat aku utak-atik. Memang soal sync meng-sync ini sekarang juga sudah berpengaruh. Saking banyaknya menempatkan data di Google ya apa-apa lebih enak aksesnya via android juga hihihi~

    Balas
    • Membahasakan ‘Apple’ itu begini, Dut… banyak yang terpanggil tapi hanya sedikit yang dipilih hahaha :)

      Balas
  7. Mas Donny

    Ketahanan batere Iphone 6 gimana mas? cukup baik gak klo maen game dan internet?
    tahan berapa jam?

    terima kasih

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.