• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

iPhone 6

20 Oktober 2014 13 Komentar

'Dua Mata'. Mata yang kiri menggunakan iPhone4 sedang yang kanan menggunakan iPhone 6
‘Dua Mata’. Mata kiri menggunakan iPhone4 sedang yang kanan menggunakan iPhone 6

Setelah empat tahun tak tergantikan, dua minggu lalu akhirnya aku mengistirahatkan iPhone4-ku dan menggantinya dengan iPhone keluaran terbaru, iPhone 6.

Adapun keadaan iPhone 4 ku sendiri, istilah Jawa-nya sudah dhedhel dhuwel alias hancur lebur.

Jatuh ke lantai tanpa pelindung sudah tak terhitung. Pada salah satu kejatuhannya, cover belakangnya yang terbuat dari kaca bahkan pecah.

Tombol ?Home? yang menjadi kunci pengoperasian sudah tak berfungsi normal, perlu dipencet berulang kali untuk bisa merespon sekali. Demikian juga dengan tombol on/off, fungsi normalnya tinggal kenangan sejak beberapa waktu lalu, jadi untuk mematikannya secara total harus menunggu baterai habis terlebih dulu.

Tapi barangkali yang lebih tak bisa ditolerir adalah kenyataan bahwa kemampuannya menjalankan berbagai aplikasi jauh berkurang. Bukan melulu karena dayanya yang melemah, tapi aplikasi-aplikasi yang kupakai yang lapar memori.

Salah satu kasus terburuk adalah ketika menerima telepon. Kadang, layar memberitahuku bahwa ada telepon masuk ketika si penelpon sudah mematikan hubungannya sehingga sering meninggalkan kesan bahwa aku tak mengangkat telepon, padahal iphoneku lah yang tak kuat menyampaikannya kepadaku.

Aku memilih iPhone 6 yang berukuran standard, 4.7inch warna perak dan ber-memori 64GB. Semula aku ingin mendapatkan iPhone 6 Plus dengan ukuran layar lebih besar, 5.5inch.

Tapi niat itu lalu kubatalkan setelah mencoba menggenggamnya di outlet. iPhone 6 Plus ternyata memiliki dimensi yang tak tergenggam oleh tangan sehingga hilanglah esensi ?telepon genggam? itu sendiri. Selain ukuran, karena aku juga aktif menggunakan iPad, keberadaan iPhone 6 Plus akan ?mengganggu? fungsi iPad karena ukuran layar yang tak jauh berbeda satu dengan yang lainnya.

Harga pasaran iPhone6 standard di Australia adalah A$ 999 tapi karena kenyamanan pola pembayaran di Australia dan negara-negara maju lainnya di dunia, aku bisa membayarnya secara mengangsur selama aku mau mengikatkan diri pada kontrak dengan operator celuller selama dua tahun.

Ketika aku mengabarkan berita bahwa aku telah mengganti iPhone-ku, komentar dari kawan-kawan di lini masa pun berdatangan.

Ada yang biasa-biasa saja tapi tak sedikit yang menurutku luar biasa. Berikut cuplikannya…

Beneran gampang bengkok ya?

Logikanya, tebal tubuh yang tak seberapa itu memang akan membuat iPhone 6 lebih ringkih ketimbang yang lebih tebal jadi kalau tahu bahwa ia gampang bengkok, solusinya jelas dan mudah yaitu jangan diletakkan di tempat yang membuatnya mudah bengkok misalnya di selipan saku celana bagian belakang lalu diduduki.

Logika ini sama dengan logika bahwa kertas jika ditarik dari dua sisi ke arah yang berlawanan akan mudah robek, atau laptop jika ditaruh di atas rel kereta lalu dilindas akan hancur berkeping-keping. Jadi solusinya, ya hindari hal-hal seperti itu. Mudah, kan?

Tapi, meski tak pernah menyelipkan handphone di saku belakang celana, sebagai tindakan preventif, beberapa saat setelah mendapatkan iPhone 6, aku membeli sebuah selongsong (casing) berbahan baku cukup solid serta sebuah pelapis layar berupa kaca premium super tipis untuk melindunginya.

 

Iphone6 bisa apa saja?

Ini adalah pertanyaan klasik tapi kupikir tak terlalu cocok lagi untuk diterapkan pada iPhone dan handphone jenis lainnya yang menggunakan operating system dan memperbolehkan kita untuk menginstall aplikasi di dalamnya.

Setiap rilis iPhone terbaru, feature tambahan biasanya terbatas pada tingkat kepekaan kamera, ukuran dan jenis bahan dasar layar serta bodi. Yang paling baru sejak rilis iPhone 5 adalah perbedaan tipe kabel penghubung dan alat pemindai sidik jari pada tombol home yang dimulai sejak iPhone 5s.

Tapi itu semua sebenarnya tak terlalu penting kecuali pada peningkatan performa kerja mesin yang ditawarkan; akan seberapa kuat ia ketika kupergunakan untuk membuka berbagai macam aplikasi, akan seberapa cepat ia ketika kugunakan untuk berinteraksi.

Jadi, kalau ada yang bertanya iPhone6 bisa apa saja, selama ia tak bisa terbang, kuanggap kemampuan terbaiknya adalah untuk menjaga ritme kerja selama kupergunakan tetap baik dan itu adalah lebih dari cukup.

Selfie terakhir menggunakan iPhone4.

 

Kenapa tetap ke iPhone bukankah produk lain sudah menggunakan teknologi dan layar selebar itu bahkan sejak beberapa tahun yang lalu?

Persoalannya bukan siapa yang lebih unggul.

Pilihanku pada iPhone6 lebih pada masalah kontinuitas penggunaan dari iPhone yang lama dan sinkronisasi data serta aplikasi dan kesinambungan experience pada semua gadget dan alat kerjaku yang semuanya adalah produksi Apple.

Kesinambungan experience kutempatkan pada yang terutama.
Kalian pernah nggak suatu waktu bingung mencari tombol ?Submit? di sebuah website karena punya struktur halaman yang beda dengan halaman lainnya? Atau tiba-tiba kamu lupa meng-attach dokumen di dalam email yang dikirim melalui komputer teman hanya karena kalian berpikir bahwa dengan drag and drop nama filedari explorer/finder ke aplikasi ?Mail? semua akan beres seperti yang biasa dilakukan pada aplikasi pengirim email favoritmu?

Itulah yang dinamakan ?pengalaman? atau dalam bahasa teknisnya adalah user experience.
Masing-masing produsen biasanya akan menempatkan kesinambungan pengalaman/ experience sebagai hal yang terutama ketika mereka melakukan upgrade maupun ekstensifikasi produk.

Pilihanku pada iPhone 6 adalah menjaga kelanjutan pengalaman yang sama dengan iPhone sebelumnya sekaligus dengan iPad, Macbook Pro dan iMac serta Mac Mini-ku.

Atau lain waktu aku perlu mencari nomer telepon atau menambahkan yang baru, aku tak perlu mencari dimana iPhoneku terlebih dulu, karena lewat iMac-ku aku bisa melakukannya lalu pada saat yang hampir bersamaan, aku bisa menggunakannya untuk menelpon melalui iPhoneku.

Jadi ini bukan perkara mana yang lebih canggih dan lebih baru, lebih pada mana yang terbaik untukku dan tidak membuat ribet.

Namun meski demikian, pengalamanku menggunakan iPhone 6 tidaklah semulus kawan-kawan lainnya.

Baru dipakai beberapa hari, tiba-tiba iPhoneku mengalami restart tiada henti. Untungnya aku tak panik karena kutahu bahwa Apple tak ragu untuk menukarnya dengan yang baru jika memang itu adalah kesalahan produksi.

Dan benar saja.
Keesokan harinya aku pergi ke Apple Store terdekat dan mereka memberiku iPhone 6 baru secara cuma-cuma.

Ini adalah salah satu komitmen Apple yang sangat kuhargai.
Mereka selalu berjanji untuk membuat produk yang terbaik. Ketika produknya mengalami ketidaksempurnaan, mereka lantas membuatnya sempurna dengan pelayanan konsumen yang tak kalah sempurnanya?

Simak unboxing video-ku berikut ini:

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Tinjauan Ditag dengan:review

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. Agus mengatakan

    20 Oktober 2014 pada 11:26 am

    Kalau aku belum tega beli hape semahal itu. Malu juga sama penghasilan yang tak seberapa ini.

    Balas
  2. Arif Riyanto mengatakan

    20 Oktober 2014 pada 11:30 am

    Mingin-mingini….

    Balas
  3. Wassy mengatakan

    20 Oktober 2014 pada 12:33 pm

    “Jadi, kalau ada yang bertanya iPhone6 bisa apa saja, selama ia tak bisa terbang, kuanggap kemampuan terbaiknya adalah untuk menjaga ritme kerja selama kupergunakan tetap baik dan itu adalah lebih dari cukup.”

    Ketika digenggaman tangan orang yang tepat bisa terbang melayang dan mendarat tepat sasaran.

    Balas
    • DV mengatakan

      21 Oktober 2014 pada 9:52 am

      Hehehe, bagi orang yang demen lempar-lempar handphone, kemampuan menerbangkan iphone itu pun termasuk dalam rangka menjaga ritme kerja dan hobi :)

      Balas
  4. nayarini mengatakan

    20 Oktober 2014 pada 3:17 pm

    ..user experience dan consistency rupanya mmg cukup penting ketika memutuskan untuk membeli produk ya mas dab. bojoku dah 15 th lebih make audi. kemarin pas waktunya ganti mobil niat mo pindah ke bmw. meski sekelas dan harga ga beda jauh pas test drive ternyata tetep beda rasanya. akhirnya balik lagi tetep ke audi, hihi…

    Balas
    • DV mengatakan

      21 Oktober 2014 pada 9:51 am

      Yup… perkembangan web development belakangan ini pun menempatkan UX sebagai hal yang sangat penting.

      Balas
  5. Yeni Setiawan mengatakan

    20 Oktober 2014 pada 5:23 pm

    Setuju, Apple memang jagoan dalam memanjakan penggunanya.

    Sekedar berbagi cerita, anakku yang waktu itu berumur 2.5 tahun lebih nyaman menggunakan iPad dibanding tablet lain dengan OS Android. Dalam 2-3 hari saja sudah bisa melakukan banyak hal tanpa harus diajarkan.

    Balas
    • DV mengatakan

      21 Oktober 2014 pada 9:50 am

      User experience is a king, Dab :)

      Balas
  6. Bimo mengatakan

    20 Oktober 2014 pada 6:10 pm

    Dab..
    Nonton video iphone 6-mu malah kealihkan ama jam tangan-mu…
    Suunto vector ?

    Balas
    • DV mengatakan

      20 Oktober 2014 pada 8:03 pm

      He eh, Suunto Vector koleksi lawas wes pitung tahunan ketoke…

      Balas
  7. Didut mengatakan

    21 Oktober 2014 pada 11:22 pm

    Entah kenapa dari dulu malah gak pernah tertarik dengan produk apple. Di kantor ada mini iPad nganggur yang biasanya buat project juga gak pernah aku sentuh buat aku utak-atik. Memang soal sync meng-sync ini sekarang juga sudah berpengaruh. Saking banyaknya menempatkan data di Google ya apa-apa lebih enak aksesnya via android juga hihihi~

    Balas
    • DV mengatakan

      23 Oktober 2014 pada 11:33 pm

      Membahasakan ‘Apple’ itu begini, Dut… banyak yang terpanggil tapi hanya sedikit yang dipilih hahaha :)

      Balas
  8. RAUX mengatakan

    6 April 2015 pada 2:52 pm

    Mas Donny

    Ketahanan batere Iphone 6 gimana mas? cukup baik gak klo maen game dan internet?
    tahan berapa jam?

    terima kasih

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT