Inti Taurat dan Wajah Tuhan yang tak liturgis

25 Jun 2019 | Kabar Baik

Apa inti dari seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi sebelum Yesus? MenurutNya seperti ditulis dalam Matius 7:12 begini, ?Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka?.? (lih. Mat 7:12)

Inti Taurat

Orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Yesus banyak yang tidak mengindahkan hal tersebut. Bagi mereka, Hukum Taurat dibaca sebagai hukum yang hanya mengatur cara hidup pribadi kepada Tuhan. Mereka lupa bahwa Tuhan pun menghendaki supaya kita mencintai sesama seperti Ia juga mencintai sesama dan kita.

Tapi mengasihi sesama sebagaimana kita mencintai Tuhan bukanlah perkara yang mudah semudah aku menuliskan semua ini. Terutama ketika di dalam hidup kita menjumpai persoalan yang seolah menempatkan kita untuk sulit memilih, mengasihiNya atau mengasihi sesama ya?

Sebutlah di sebuah daerah, di satu minggu pagi yang cerah, ada kebakaran besar menimpa rumah salah satu penduduk. Rumah itu tak jauh dari rumah seorang Katolik yang taat, anggaplah Pak Badu namanya.

Ketika sedang bersiap pergi ke Gereja, ia kaget melihat nyala api membesar dari rumah tetangganya tadi. Rasanya ingin menolong tapi Pak Badu bimbang, ?Lima belas menit lagi aku harus ikut perayaan ekaristi!?

Pada akhirnya ia memilih untuk tak pergi ke Gereja, berganti pakaian dan membantu tetangganya yang sedang kesusahan itu.

Pak Badu tahu bahwa ke Gereja adalah kewajiban tapi Pak Badu juga mengerti bahwa tetangga adalah sesama yang harus dibantu terutama saat sedang kesusahan.

Pilihan hidup

Tapi kenapa Pak Badu lebih memilih menolong sesamanya dan batal ke Gereja? Begini jawabnya, ?Niat saya sih mau ke Gereja tapi apa mau dikata, tetangga butuh bantuan. Nanti kalau sudah agak lebih reda api dan persoalannya, saya akan cari jadwal perayaan sore hari. Tapi kalau nggak ada ya sudah, mau gimana lagi??

Pendapat Pak Badu ini tentu mendapat banyak persetujuan dari kalian semua. Tapi beda dengan Bu Watik. Bagi Bu Watik, apa yang dilakukan Pak Badu sebenarnya bisa diubah. ?Kalau saya jadi Pak Badu lebih baik tetap pergi ke Gereja. Toh tetangga yang lain sudah banyak yang membantu yang kebakaran.?

Pendapat Bu Watik barangkali lebih tidak banyak mendapat tempat di hati kalian semua. Tapi mana yang lebih benar? Keduanya tak bisa dipersalahkan begitu saja. 

Namun, menggunakan apa yang dikatakan Yesus hari ini, sebetulnya kita tahu Pak Badu lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Kasih dan Taurat

Coba bayangkan, jika keadaan yang sama yang terjadi di sisi Pak Badu, rumahnya terbakar di hari minggu yang cerah. Harapannya tentu ia mendapat bantuan dari tetangga yang lain meski ia juga sadar sudah menjadi kewajiban bagi umat Katolik untuk pergi ke Gereja di akhir pekan.

Kasih tak melulu antara kita dengan Tuhan tapi kasih juga tak hanya soal kita kepada sesama. Mengelola kedua sisi adalah yang terutama. Menjalankan agama itu tak bisa saklek dan tegang. Perlu dinamika yang kadang kita tak menyangka justru di lekuk-lekuk dinamisnya kita menemukan wajah Tuhan yang tak kaku dan tak melulu liturgis.

Sydney, 25 Juni 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.