Minggu lalu, Twitter mengajari kita bagaimana cara berinteraksi di sosial media yang baik dan benar! Dengan alasan resiko memprovokasi yang memancing adanya keributan dan kekerasan, “risk of further incitement of violence.” Twitter dalam blognya memutuskan untuk men-suspend akun resmi milik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, @realDonaldTrump untuk selama-lamanya.

Interaksi sosial media, tentang mengelola resiko
Ber-sosial media mau-tak-mau adalah juga tentang mengelola resiko yang muncul dari interaksi kita dengan sesama. Kesehatan mental dan kedamaian pikiran serta hati adalah hal-hal yang menurutku tak layak untuk dikorbankan dalam berinteraksi termasuk di social media. Maka sebagai orang yang makin tua merasa makin mudah insecure, akupun seturut dengan Twitter. Ibarat kata, kesenggol, bacok! Bikin kagol? Block!
Nah, dalam rangka menerapkan hal itu, sejak beberapa tahun lalu aku melakukan beberapa hal seperti di bawah ini ketika menghadapi interaksi yang tak menyenangkan dan tak menenangkan utamanya dengan posting akun lain.
Hide post/sembunyikan postingan
Tindakan awal ketika menemukan postingan yang tak kusuka adalah dengan langsung menyembunyikan posting tersebut sehingga tidak tampak di linimasa.
Misalnya ada orang yang memposting foto jenasah tampak close-up, segera kusembunyikan! Aku punya cara pandang ekstrim tentang ini, “Kalian posting foto jenasah, emang udah minta ijin dan dapat ijin dari si jenasah?”
Ada lagi orang yang meskipun niatnya baik lantas memposting foto binatang yang disiksa, bayi yang ditinggalkan di dalam boks oleh orang tuanya… Sembunyikan! Bukannya tak mau peduli pada keadaan tapi kepedulian itu gak perlu dipancing dengan konten visual, kan? Ya kalau jadi peduli? Kalau jadi ngeri?
Unfollow account sosial media
Tindakan ini khusus hanya di Facebook. Bagiku Facebook memberikan pilihan tindakan yang lebih ringan dari UNFRIEND yaitu UNFOLLOW.
Bedanya? Kita tetap ‘berteman’ tapi kita tidak perlu mendapatkan postingan-postingan akun yang kita unfollow di linimasa kita.
Mereka yang ku-unfollow biasanya mereka yang berulang-ulang memposting seperti yang kucontohkan di atas.
Ada juga ragam akun yang biasanya langsung ku-unfollow tanpa harus kutunggu berapa kali memposting hal-hal yang tak menyenangkan. Akun-akun tersebut adalah mereka yang kuanggap memiliki kebencian terhadap identitas tertentu baik suku, agama maupun pilihan politik.
BLOCK!
Aku tidak mengenal istilah unfriend karena ketika aku meng-unfriend sebuah akun, pemilik akun masih bisa melihat profilku. Maka mem-block sebuah akun adalah pilihan terakhir yang makin lama makin tak kuragu untuk kulakukan ketika kupandang perlu! Ketika sudah mentok ya block!
“Duh, tapi apa kata orang dan kata yang diblock kalau tahu, Don?”
Ya… apa yang diblock juga tahu bahwa yang dilakukannya itu membuatku tak damai dalam hati serta pikiran? Nggak juga, kan? :)
Kalian tak perlu setuju dengan langkah-langkahku di atas karena setiap orang punya resistensi dan pilihan sikap yang berbeda dalam menanggapi hal-hal yang dimunculkan di social media. Tak mengapa…
0 Komentar