Romo Aloysius Maria Ardi Handojoseno, S.J telah berpulang ke Rumah Bapa sejak 8 April 2017 silam namun kenangan atas dirinya terus-menerus mengemuka melalui orang-orang yang pernah mengenalnya dulu.
Salah satu serpihan itu muncul kemarin sabtu, 12 Agustus 2017. Bertempat di St Mary’s Church North Sydney, New South Wales, Australia, tempat dimana Romo Ardi mengabdikan hidup saat tinggal di Sydney, Australia, para pastor Yesuit dan umat lokal serta beberapa orang Indonesia berkumpul mengadakan upacara penanaman pohon mawar (rose planting ceremony) untuknya.
Upacara penanaman pohon mawar bagi masyarakat Australia adalah sebuah tradisi yang diadakan untuk memperingati seseorang yang dianggap telah mempersembahkan kehidupannya untuk hidup orang lain. Tidak sembarang orang mendapatkan kehormatan seperti itu.
Sayangnya aku tak bisa datang ke acara tersebut. Setiap sabtu pagi aku sudah terikat komitmen untuk mengantarkan anak-anak pergi kursus ballet dan beberapa kegiatan ekstrakurikuler mereka. Tapi salah seorang kawan yang juga adalah sahabat dekat Romo Ardi, Ibu Lanny Saefudin, menginformasikan jalannya acara kepadaku tadi malam.
Umat sebanyak kurang lebih 100 orang telah berdatangan sejak pukul 07:30 pagi meski perayaan ekaristi yang dijadwalkan khusus diadakan untuk acara itu baru dimulai pukul 08:00. Dinding gereja pun tak dibiarkan legam kusam melainkan dihidupkan oleh hiasan foto-foto kenangan akan Romo Ardi, sederhana tapi menyentuh.
Perayaan ekaristi dibawakan oleh Fr Daven Day SJ didampingi (konselebran) Fr Michael Stoney SJ. Fr Daven adalah spiritual director (semacam pendamping spiritual) Romo Ardi saat beliau tinggal di Australia.
Setelah misa berakhir, sekitar 45 menit kemudian, umat dan imam berkumpul di taman bunga di depan panti paroki. Fr Daven memberikan pesan pembukaan, disambung dengan pembacaan puisi oleh Penny Ho, umat lokal yang juga mengenal baik Romo Ardi sekaligus pengatur acara pagi itu dilanjutkan dengan ‘acara puncak’, penanaman pohon mawar olehnya bersama Fran, seorang umat lokal lain, didampingi anak-anaknya.
Ketika diberitahu secara detail tentang acara itu oleh Ibu Lanny Saefudin melalui WhatsApp, aku jatuh dalam haru. Romo Ardi tentu hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari lemah dan dosa. Tapi justru disitu haruku berada bahwa Allah tak melewatkan barang sejengkal pun dalam hidup Romo yang 48 tahun panjangnya itu untuk jadi saluran kasih bagi dunia melalui orang-orang di sekitarnya.
Pada plakat yang tertancap di depan pohon mawar itu, kenangan atas Romo Ardi dituliskan begitu indah. Sepenggal istilah milik Gerard Manley Hopkins, SJ (1844 – 1889), penulis puisi sekaligus pastor jesuit asal Inggris tertera di sana, Immortal Diamond, berlian abadi. Semoga kenangan akan Romo Ardi menjadi penyemangat kita untuk semakin membuka hati terhadap kasih abadi milik Allah sendiri.
Simak galeri foto dan video di bawah yang dikirimkan Ibu Lanny Saefudin kepadaku semalam.
Penanaman pohon mawar oleh Penny dan Fran
Hiasan dinding gereja
Sambutan Fr. Daven Day, SJ sebelum penanaman pohon mawar
Penggalan homili Fr Daven Day, SJ saat misa sebelum penanaman pohon mawar
- Puisi yang dibacakan Penny Ho sebelum penanaman
- Salah satu foto yang ditampilkan untuk hiaswan dinding gereja
- Pemimpin perayaan ekaristi, Fr Daven dan Fr Michael
- Plakat di depan pohon mawar
- Fr Daven Day, SJ, spiritual director-nya Romo Ardi Handojoseno, SJ
- Acara ramah tamah di panti paroki St Mary’s Church setelah upacara penanaman mawar
- Pengumuman di dinding gereja
- Jalannya perayaan ekaristi
- Hiasan dinding gereja pagi itu, foto-foto Romo Ardi
0 Komentar