Dari sekian banyak kawan ‘online’ yang akhirnya kutemui setidaknya hingga tulisan ini kuterbitkan, November 2013, Imelda Coutrier Miyashita adalah salah sedikit diantaranya.
Aku mengenal Imelda sejak beberapa saat sebelum aku pindah ke Australia, 2008 silam, namun baru bertemu pada akhir bulan Juli 2012 silam di Jakarta ketika kami sama-sama sedang berlibur ke Tanah Air.
Sama-sama? Ya, sama-sama karena aku berdomisili di Sydney sedangkan Imelda adalah perantau yang sudah lebih dari dua puluh tahun menetap di Jepang.
Lalu apa yang menarik dari Imelda sehingga masuk ke dalam jajaran narasumber dalam rangkaian interview hari blog nasional di sini?
Ah, sebentar mungkin bahkan ada yang tidak mengenalnya?
Imelda memang bukan sosok seleb-blog apalagi seleb-tweet kalau definisi ‘seleb’ didasarkan pada sering disebut-tidak namanya dalam linimasa maupun percakapan yang terjadi. Tapi kalau ‘seleb’ diterjemahkan sebagai orang yang konsisten menulis blog, Imelda ini salah satu juaranya!
Imelda memang bukan sosok seleb-blog apalagi seleb-tweet kalau definisi ‘seleb’ didasarkan pada sering disebut-tidak namanya dalam linimasa maupun percakapan yang terjadi. Tapi kalau ‘seleb’ diterjemahkan sebagai orang yang konsisten menulis blog, Imelda ini salah satu juaranya!
Coba simak blognya, kalian pasti akan setuju denganku bahwa konsistensinya telah merentang begitu lama dan bisa dibilang ia menulis hampir tanpa pretensi apapun kecuali menjalankan hobinya yaitu ngeblog.
Itulah yang membuat Imelda menarik!
Kalau kalian masih kurang percaya dan belum pula tersihir syaraf ketertarikanmu kepadanya, mari kubantu dengan menghadirkan penggalan interview di bawah ini:
Kamu banyak menulis tentang pengalaman pribadi sehari-hari dan tentang budaya Jepang, apa memang kamu mengkhususkan blogmu jadi demikian atau secara nggak sengaja bahwa yang ditulis ya itu-itu aja?
Sebenarnya semua mengalir begitu saja karena aku memulai blog sebagai jurnal/diary jadi aku lebih berfokus pada kegiatan dan pengalaman sehari-hari. Tapi biasanya aku juga selipkan beberapa info akademis mengenai budaya/sejarah Jepang, itupun karena aku ingin memberikan pengetahuan kepada pembaca tanpa bermaksud menggurui.
…kita harus bisa menyampaikan suatu topik sulit semudah mungkin sehingga anak SD pun bisa mengerti.
Kamu tak ingin menulis sesuatu yang lebih ‘serius’ seperti misalnya bagaimana cara mendapat pekerjaan dan visa tinggal di Jepang?
Aku tak terlalu suka tulisan yang sifatnya ‘how to’ ataupun postingan-postingan bersifat motivasional meski sebetulnya banyak yang ingin kutulis tentang topik-topik serius yang pernah kupelajari, tapi aku selalu berpatokan bahwa aku harus menyampaikan dengan menarik.
Aku juga berpegang pada perkataan papaku bahwa kita harus bisa menyampaikan suatu topik sulit semudah mungkin sehingga anak SD pun bisa mengerti. Tapi itu tidak mudah untuk ditulis dan makan waktu. Seandainya waktuku banyak, mungkin aku akan lebih banyak menulis yang serius, tentang sosial, budaya, sejarah dan bahasa.
Tulisanmu itu kan khas sekali dan sepertinya kamu punya reader yang cukup banyak dan solid dalam artian seperti returning reader tiap ada posting baru ke tempatmu. Rata-rata mereka siapa saja? tinggal dimana?
Kebanyakan sih penyuka tulisan perjalanan dan pemerhati budaya Jepang. Tapi ada juga yang datang karena blogwalking lalu merasa cocok dengan gaya tulisanku. Jarang sekali pembaca blogku dari orang yang sudah lama kukenal, baru setelah aku menyinkronkan blog dengan Facebook sehingga setiap postingan di blog muncul di sana, teman-teman lama dan saudara kemudian ikut membaca blogku. Kebanyakan mereka tinggal di Indonesia.
Pengalaman paling menarik terkait dengan blog apa, Mel?
Wah, banyak hahahaha…
Pernah suatu waktu aku pergi ke Sekolah RI di sini. Aku disapa seorang pembaca blog karena dia mengenali Riku dan Kai (anak-anak Imelda, –red). Juga ada beberapa tawaran membuat buku dan wawancara mengenai pendidikan atau ternyata tulisanku di blog dijadikan bahan skripsi mahasiswa jurusan Sastra Jepang.
Kalau mau dikatakan yang paling mengesankan itu mungkin waktu kenal seorang blogger, menjadi akrab dan setelah ditelusuri ternyata kami bersaudara atau minimal sekampung di Makassar pada 4-5 generasi di atas kami.
Tapi Mel… dengan kamu cerita banyak lewat blog tentang keluarga kamu, pernah nggak kamu merasa takut hal itu jadi pintu untuk orang-orang yang punya niat buruk ‘masuk’ ke keluargamu? Apalagi di Australia sini, misalnya, banyak orang mulai menghapus foto anak-anaknya di internet karena alasan keamanan dan itu memang dianjurkan! Bagaimana pendapatmu?
Hmmm untuk blog aku tidak terlalu khawatir. Aku toh tak pernah mencantumkan alamat tempat tinggalku di postingan-postingan yang kurilis dan rumahku dekat dengan kantor polisi hahaha…
Tapi untuk Facebook, terutama untuk foto anak-anak memang perlu pemikiran lebih dalam sebelum diunggah. Foto yang menceritakan kegiatan keluarga biasanya aku setting untuk dapat dilihat oleh mereka yang ada di friendlist-ku saja.
Selain ngeblog, kamu aktif juga di channel lain?
Hampir semua media aku punya akunnya meski banyak juga yang lantas kuanggurkan karena kurasa kurang cocok untuk berbagi di sana. Twitter butuh waktu lebih banyak dari blog karena namanya saja “tsubuyaku” (bahasa Jepang: ngedumel). Untuk orang yang cerewet yang setiap jamnya harus mengeluarkan uneg-uneg atau bisa mengalokasikan waktu sekian menit dalam sejam untuk menulis, twitter barangkali bagus. Sayangnya aku tidak punya waktu sebanyak itu.
Path barangkali lebih cocok untuk mereka yang punya geng dalam jumlah kecil sehingga bisa berbagi saat itu dia sedang di wc, di kamar, di jalan dsb. Tapi sayang aku tak punya geng akrab seperti itu.
So, aku lebih memilih blog dan Facebook atau kadang instagram sebagai “alat” curhatku :) Well, sekali lagi itu pendapatku saja.
Dengan konsistensimu dalam mengelola blog dan reader yang solid dan loyal, kamu tak tertarik untuk melirik ke arah monetizing blogmu?Karena menurutku dengan keunikan blogmu dan konsistensimu harusnya kamu ‘laku’ untuk jadi brand ambassador dgn mengutip brand name di postinganmu?
Aku pelit pujian, hanya memuji jika memang patut dipuji dan tidak suka ?make-up? tebal yang menor
Nggak.
Alasanku simple, aku malas menulis sesuatu yang bukan minatku. Apalagi kalau harus memuji-muji, memoles-moles. Aku pelit pujian, hanya memuji jika memang patut dipuji dan tidak suka “make-up” tebal yang menor. Alami saja deh.
Tapi mungkin kelak kalau aku butuh uang dan terpaksa aku akan melakukannya juga (monetizing blog), tapi untuk sekarang dan semoga seterusnya tidak berminat.
Kamu kan ngeblog sudah lama.. banyak kawan blogger lain yang sudah tumbang meski masih ada yang bertahan. Pandanganmu tentang dunia blog itu sendiri gimana sekarang?
Blog sudah dikatakan mengalami anti klimaks, karena sekarang blog cederung dipakai untuk promosi produk atau tempat, atau untuk mengadakan giveaway-giveaway. Mungkin juga bahan tulisan sudah habis? Tapi aku merasa blog itu sebagai tempat untuk berbagi ilmu dan pemikiran/pengalaman yang sulit didapat dimedia lain. Semoga saja aku dan kamu dan teman-teman blogger yang masih konsisten menulis bisa terus bertahan dan mempertahankan kehadiran blog dalam arus media sekarang ini.
Punya rencana ngeblog mau sampai kapan?
Sampai mati….. Kan tagline blogku dari fajar sampai senja. Menaiki kereta twilight express melihat, mengamati, mencermati kehidupan yang terlihat di luar dan dalam gerbong.
Menarik waktu mba Imelda bilang ngga ngetwit karna butuh alokasi waktu yang cukup untuk ‘tsubuyaku’. Padahal itu alasanku lebih sering ngetwit daripada posting blog, waktunya singkat…sambil pegang hape bisa langsung tsubuyaku :-)
Yg gue kenal baik dan tetap konsisten menulis blog (tanpa minat untuk monetizing) selain you dan mba Imelda, ya… blog Ordinary Trainer. Way to go, Bro..
Thanks, Bro :) Ayo, aktif nulis lagi jangan cuma tsubuyaku di twitter :)
heheheh bagiku menyingkat sebuah pikiran dalam 140 kata lebih sulit daripada menguraikan menjadi 500 kata :D
Terima kasih ya Don mau mewawancaraiku. Yang penting ngeblog terus! Jangan sampai jumlah kopdar lebih banyak dari jumlah tulisan di blog :D
Hahahaha.. pastinya…
Aku pembaca blog sampeyan yang loyal dan militan lho mas. Kapan blog ini mau dimanetiskan?
manetis ki opooooo :))))
menarik sekali… kak Imelda :’)
langsung meluncur ke blognya ..eh blog Donnyverdian ini button follownya dimana. tulisanmu menarik, bikin saya semangat ngeblog .
Button follownya nggak ada, datang saja tiap senin dan kamis pasti ada tulisan terbaru atau follow twitter @dv77 atau @rauwisuwis
Aku pun suka dengan cerita-cerita Mba Melda.
Dia sangat konsisten menulis, salut aku… :)
Yup. Ayo konsisten lagi :)
jadi semangat buat ngeblog terus.
makasih om dan tante!
tante? Imelda? OK.. Om-nya? :))