Saat ramai orang bergunjing tentang beda ras antara Ahok dengan kita di Jakarta, di negara selatan kalian, kami malah ramai-ramai mengusung seorang berdarah Korea untuk mewakili Australia bertarung ke ajang musik eropa, Eurovision 2016.
Orang itu adalah Dami Im.
Im mulai dikenal publik saat secara mengejutkan, ia menjuarai ajang pemilihan bakat, X Factor Australia tahun 2013. Ia lahir di Seoul, Korea Selatan. Bermigrasi ke Australia saat ia masih beranjak umur sembilan tahun.
Tak seperti kebanyakan penyanyi lulusan ajang pemilihan bakat yang karir bernyanyinya mangkrak, Im melesat dengan tiga album yang dikeluarkan dalam tiga tahun terakhir!
Namanya dikenal di Australia dan setelah tahun lalu Guy Sebastian, tahun ini, Special Broadcasting Service (SBS) menunjuk Im sebagai wakil Australia di ajang festival musik Eropa, Eurovision (eh kalian tahu kenapa Australia yang notabene tidak berada di Eropa tapi diundang ke sana? Cari di Google aja ya!)
Kehadiran Im di festival musik ?bule? itu tak hanya sekadar jadi partisipan yang sekali tampil lalu pulang. Ia mendapatkan gelar runner-up dan hanya kalah beberapa poin ketimbang wakil dari Ukraina yang tampil sebagai juara.
Sepak terjang Im sejatinya bukannya tanpa kendala dan sas-sus di sekitarnya. Saat pertama-tama muncul di X Factor, suara-suara miring terkait ras juga muncul di sana-sini.
Tapi seiring berjalannya waktu, suara-suara itu kalah jauh bisingnya ditelan deru prestasi Im sendiri!
Adalah lumrah jika masalah rasialis itu masih ada. Hanya orang yang berhalusinasi yang menganggap bahwa masalah ras sudah sirna semuanya.
Dan persoalan utamanya memang bukan bagaimana menghilangkannya tapi bagaimana untuk menempatkan diri kita sebagai orang yang tidak menggunakan cara pandang ras dalam menilai seseorang.
Bagaimana menjadi orang yang mengevaluasi orang lain dari hal yang telah ia kontribusikan bagi sesama maupun bagi bidang yang ditekuninya.
Bukannya dikit-dikit men-cina-cina-kan atau meng-korea-korea-kan atau juga meng-arab-arab-kan.
Gimana? Yuk!
0 Komentar