Iklan kereta, panduan berperilaku bagi komuter

22 Nov 2010 | Australia, Cetusan

Meski baru 11.2% dari 7.099.700 (data per Juni 2009 – Australian Demographic Statistics, Jun 2009, Australian Bureau of Statistics) warga New South Wales, negara bagian di Australia yang kutinggali saat ini, menggunakan moda transportasi umum namun perhatian pemerintah untuk terus memperbaiki sarana dan prasarana serta menggalakkan penggunaan moda transportasi umum seakan tak pernah berhenti.
Beberapa waktu lalu, kebetulan karena aku adalah pengguna moda kereta api untuk berangkat dan pulang kerja, di beberapa stasiun kereta api yang kulewati dipaparkan iklan layanan masyarakat terkait dengan pembenahan perilaku pengguna moda tranpsortasi umum yang menurutku baik dan menarik untuk di-share di sini.

IS YOUR MIND ON OTHER THINGS? DON’T FORGET TO MIND THE GAP
Ada sesuatu yang kupikir telah menjadi semacam suatu keterbalikan.
Kalau dulu orang bilang, ‘Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan’, kini dengan gadget di tangan yang menawarkan hiburan, informasi terkini serta sekaligus sarana komunikasi, menunggu adalah sesuatu yang menyenangkan.
Sambil menunggu, katakanlah kendaraan umum, kita bisa memanfaatkan ‘me time’ untuk berinteraksi dengan ‘orang lain’ yang termaktub di dunia di dalam gadget tersebut, membaca berita terkini dari seluruh penjuru dunia atau mengamati foto mantan pacar dari akun facebooknya, misalnya.
Menyenangkan? Jelas! Tapi saking menyenangkannya, sering tak sadar, justru ketika hal yang ditunggu tiba, pada akhirnya itu justru kalah menyenangkan ketimbang gadget itu sendiri.
Lalu, dengan tangan tetap menggenggam gadget dan mata serta seluruh perhatian kita tetap tercurah padanya, kita mencoba memaksa untuk tetap masuk ke dalam kereta yang telah menunggu di depan dan lupa bahwa meski telah dibuat semulus dan seaman mungkin, bibir stasiun dengan lantai pintu kereta api tetap menyisakan jarak (gap) yang bisa membuat kita terpeleset, lalu terperosok dan celakalah kita hanya karena kita mengalami disorientasi tentang mana yang sebenarnya lebih ditunggu dan mana yang sebenarnya lebih penting untuk dilakukan terlebih dahulu.

IF YOU HAVE EARPHONES IN, KEEP AN EYE OUT FOR THE TRAIN
Masih sambungan dari yang pertama, selain asyik dengan gadget, yang kebanyakan orang lakukan ketika menunggu datangnya kereta adalah menancapkan earphone ke dalam telinga, kencangkan volume pada lagu kesukaan dan peduli setan dengan apa yang terjadi di sekitar. Lebih parah lagi adalah kalau saking meresapi lagunya, mereka sampai merem-merem dan bayangkanlah ketika telinga dan mata sudah ter-kooptasi oleh hal-hal lain selain mengawasi sekitarnya, apakah yang selanjutnya terjadi?
Kita memang harus belajar menempatkan hal dalam skala prioritas termasuk dalam penggunaan indera kita, kan?

CAREFUL YOUR TRIP, DOESN’T BECOME A TRIP OVER
Pada jam-jam sibuk, stasiun yang sudah penuh manusia itu terkadang bisa berubah menjadi ajang adu sprint para komuter yang hendak ‘nyengklak’ ke atas kereta.
Gampangnya gini… sudah tahu jadwal keretanya adalah jam 5.30 pm… eh jam 5.20 masih sempat-sempatnya pesen double-espresso di warung kopi depan stasiun. Ketika tetes terakhir selesai diseduh barrista, saat itu juga keretanya datang dengan arti kata ia hanya punya waktu kurang dari dua menit untuk membawa double espressonya itu berlari menuruni tangga, melewati detektor tiket, berlari lagi menuju line tempat kereta akan diberangkatkan lalu baru loncat ke dalam kereta.
Masih sanggup membayangkan kalau tiba-tiba ada heels yang patah ketika berlari menuruni tangga atau ketika ada sepatu kerja kulit mengkilap yang mereka kenakan itu menyentuh permukaan lantai yang licin karena hujan lalu… game over?!

Sebarluaskan!

13 Komentar

  1. Wah edan tenan. Eh apik tenan iki! Toppppppp!

    Balas
  2. waahhh….jago juga bikin iklan layanan masyarakat…

    Balas
    • Wah ngak singkron nih.. mas DV itu bukan bikin ads tapi menjelaskan apa yang dilakukan pemerintahan di tempat mas DV, betulkah? atau saya yang salah yah..

      Balas
  3. Numpang info Don, semalam lebih dari 340 orang tewas dalam tragedi jembatan di diamond island kamboja, mohon doakan semoga tidak ada orang indonesia didalamnya. info lebih lanjut ada di blog saya.

    Balas
  4. Aku berharap mudah2an someday tranportasi di Indonesia *Jakarta dululah…* bisa ada kemajuan dengan bikin trem kayak di luar negeri. Jadi biar ada juga pesan2 masyarakat seperti itu. Di Indonesia mungkin perlu juga dibikin, jgn meludah or mengupil, atau pakailah masker bila Anda sedang flu….

    Balas
  5. kreatip ppoll

    Balas
  6. iklan yang bagus

    Balas
  7. Kalo di Indonesia boro-boro iklannya bagus gitu, lha wong public transport-nya aja masih kacau..
    Jadi iri sama yang di sana

    Balas
  8. Wah kalau di jakarta sihhal begini di cuekin mas DV. Jangankan daerah kantor di daerah kampus pun moda trans umum seakan sama tak dipedulikannya. Intinya semakin banyak angkot tanpa memperdulikan kualitas fasilitas dan kenyamanan juga keamnan kita.
    Makanya ngak heran ads seperti diatas … hmm blm pernah liat di lokal

    Balas
  9. inspiratif. iklan edukasi seperti ini masih sangat jarang di Indonesia. kalaupun ada, standar & tidak menarik.

    Balas
  10. Tulisanmu menggambarkan perilaku orang saat ini….bagus sekali Don.
    Beberapa kali saya nyaris tubrukan dengan orang, saat jalan karena dia sibuk mendengarkan lagu dengan earphone….atau sibuk bersms ria…hehehe

    Balas
  11. saya ngiri, kapan ya disini tersedia sarana transportasi umum yang bagus.. apalagi macet semakin menjadi-jadi. saya sendiri juga terkadang capek naik motor ke tempat kerja.. :-(

    Balas
  12. sepertinya warning kayak gini diterapkan juga di Indonesia sambil tetap terus memperbaiki alat transportasi yang sdh ada..
    Perilaku “para penunggu” itu kayaknya hampir mirip ya di mana-mana…

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.