Hari ini, tepat delapan tahun silam aku bermigrasi ke Australia setelah tiga puluh tahun pertama dalam hidup kuhabiskan di Indonesia Tanah Air Beta.
Bukan keputusan yang mudah tapi pertanyaannya apakah ada yang lebih sulit daripada menjalani komitmen dari keputusan itu sendiri?
Ada begitu banyak hal yang terjadi dan kalau Tuhan ijinkan akan ada lebih banyak lagi yang akan kujalani, apapun itu, relaks saja.
Berikut aku mencoba mengintisarikan delapan tahun perjalanan di Australia dalam takaran ‘hal paling…’ tentu tak meng-cover semua sisi, tapi bukankah tak semua hal perlu dibuka dan dibicarakan di sini? Hehehehe…
#1 Hal yang paling berubah?
Sulit dijawab karena setiap manusia berubah dan perubahan itu terjadi tak hanya pada seorang Donny Verdian yang pindah ke Australia tapi terjadi pada siapapun dan dimanapun. Mungkin kalau harus menyebut, adalah soal selera makan. Aku tak bisa lagi mengonsumsi nasi terlalu banyak karena kekenyangan, daging jeroan dan yang paling berubah, aku tak bisa lagi makan makanan pedas terlalu banyak. Perut bisa mulas dan acara bokar-boker berkelanjutan…
#2 Hal yang paling tidak banyak berubah?
Saya jawa, bertanah air Indonesia. Itu tak kan berubah sepanjang hayat!
#3 Hal yang paling kusyukuri?
Keluarga. Punya istri dan anak-anak yang mendukung dan perlu didukung, mencintai dan dicintai adalah berkat terbaik dari Tuhan.
#4 Hal yang paling kusesali?
Gak ada. Aku memutuskan kepindahanku dulu secara sadar dan melalui proses berpikir serta bertanya pada banyak orang. Yang lebih penting lagi, aku berdiskusi dengan Tuhan sebelum memutuskannya. Tak ada yang kusesali atau setidaknya ketika rasa sesal itu terbit pun seinci tingginya, akan kutenggelamkan sedalam-dalamnya.
#5 Hal yang paling menyedihkan?
Ketika Mama meninggal Maret 2016 lalu dan aku tak bisa pulang ke Indonesia. Mama harus dimakamkan cepat-cepat sesuai tradisi dan karena jarak, aku tak bisa mengejar tenggat waktu untuk sampai di Klaten sebelum ia dimakamkan.
#6 Hal yang paling menyenangkan?
Banyak hal bisa diterbitkan sisi senangnya. Tapi mungkin salah satunya adalah karena aku masih bisa ngeblog dan bahkan makin rajin justru setelah pindah kemari. Menyenangkan!
#7 Hal yang paling dibanggakan jadi orang Indonesia?
Keberhasilanku dalam karir jika hal itu dianggap sebagai keberhasilan. Pada intinya tak ada hal yang membanggakan yang bisa ditempelkan pada identitas ras, suku maupun agama karena masing-masing pribadi tak bisa mewakili identitasnya.
Kalau dalam hal-hal praktis dan keseharian, aku kadang merasa bangga jadi orang Indonesia ketika ada seorang bule bilang, “I like rendeng!” lalu aku betulkan, “Not ‘rendeng’ but Rendang!”?Atau ketika ada yang bilang, “You from Indonesia? I like Bintheng!” lalu aku betulkan, “Bintang, not Bintheng!”
#8 Hal yang paling dirindukan dari Indonesia?
Aku rindu punya alasan kuat untuk pulang berlibur ke Indonesia. Sejak Papa meninggal, 2011, dan Mama pada Maret 2016 berpulang ke Rumah Bapa, alasan untuk pulang berlibur ke Indonesia makin sulit kutemukan. Adik dan nenek serta saudara lain memang tinggal di sana tapi mereka kan juga punya keluarga sendiri-sendiri?
Di malam-malam nan masygul aku juga kerap terjerembab pada pertanyaan ke dalam diri, “Dimana kelak akan kuletakkan kepala di akhir nafas nanti?” Dan lidah jadi kelu nan terbata-bata saat menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta, karena tahu di bagian akhir lagu aku tak sanggup menyanyikan hal yang tak kan kualami (setidaknya tidak untuk kurencanakan) seperti tertulis di bawah ini,
Tempat berlindung di hari tua, sampai achir menutup mata…
Ijinkan aku untuk tetap menjadi Indonesia meski akan selama apapun aku berada di luarannya…
*Featured image yang kupakai adalah salah satu foto pertama yang kuambil setelah pindah ke Australia.
0 Komentar