• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Idealnya, berapa banyak air untuk menggelontor WC?

13 Februari 2010 49 Komentar


Akhir-akhir ini yang namanya iklan layanan masyarakat bertema lingkungan memang maraknya luar biasa!
Dan kamera yang menempel di Blackberry-ku pun ‘menangkap’ dua iklan yang berfungsi mirip seperti aturan yang kupampang di atas paragraf ini.
Keduanya menempel di dinding toilet sebuah gedung yang terletak di Sydney CBD yang kerap kujadikan tumpangan untuk buang air kecil sebelum menunggu bus yang hendak mengantarkanku ke tempat kerja. Kedua aturan itu bernada sama dan sama-sama baiknya, ajakan untuk mengirit air!
Tapi pertanyaannya sekarang adalah, apa iya keduanya benar-benar sama baiknya termasuk pada efek yang dihasilkan jika kedua aturan itu benar-benar dilakukan?
Mari kita menelaahnya.
Aturan yang pertama (turn it off every drop counts). Berbicara tentang ajakan untuk menutup kran setelah menggunakan air entah itu di wastafel maupun bilik mandi.
Barangkali ini adalah aturan yang sempurna, siapa sih yang tak ingin irit air? Sumber daya yang dulu selalu dibilang ‘dapat diperbaharui’ tapi pada kenyataannya mendapatkan air bersih bukanlah satu hal yang murah dan mudah lagi?
Tapi pandanglah aturan yang kedua (half flush it every drop counts)!
Ia mengajak kita untuk mem-flush separuh takaran saja untuk menyiram/menggelontor kotoran di lubang jamban.
Bagus? Jelas! Efektif? Belum tentu!
Kalau untuk ‘ukuran’ air kencing, separuh tank memang bakalan beres menggelontornya.
Tapi masalahnya tidak akan jadi sesimple itu seandainya yang kita gelontor adalah tinja yang semuanya tergantung ukuran dan volume apakah bisa disingkirkan begitu saja oleh kuatnya daya gelontor setengah tank yang dianjurkan atau tidak sama sekali!
Aku jadi ingat, suatu waktu dulu ketika sedang berkunjung ke sebuah instansi (tentu di negara asal) aku mendadak ‘kebelet’ dan sesudah tanya sana-sini dimana letak WC, akupun segera bergegas ke arah sana. Ketika hendak masuk, sekonyong-konyong muncul seorang bapak setengah baya dari dalam bilik toilet. Ia baru saja selesai membuang hajat tampaknya.
“Oh, mau pakai WC, Dik?”
tanyanya ramah sambil… hmmm mengelapkan tangannya yang basah ke celana katun warna cokelat tanah yang menjadi seragamnya itu.
“Eh.. iya, Pak!”
jawabku singkat, meski batinku bertanya *Ya iyalah! Ke WC masa mau makan?!*
Akan tetapi, ketika sudah benar-benar masuk ke WC, melepas celana dan siap ‘ngebom’… astaganaga! Rupanya si Bapak tadi masih menyisakan sebongkah tinja miliknya yang besarnya luar biasa! Dalam hati aku mengumpat dan bertanya-tanya kenapa setega itu ia tak menyentor (men-flush) kotorannya sendiri?
Namun, setelah memotret aturan yang kedua itu beberapa hari yang lalu, setelah sekian tahun berlalu, aku memaafkan si Bapak sopan tadi karena mungkin saja ia sebenarnya menyentor dan karena ia adalah orang yang ‘sadar lingkungan’ maka bisa jadi ia hanya menyentor separuh tank, demi penghematan air. Tapi alih-alih irit air, yang ada justru sebongkah tinja yang masih tersisa, menyisakan umpatan yang ada di hatiku, mengenyahkan begitu saja nafsuku untuk ‘mengebom’ dan pada akhirnya justru membuat petugas kebersihan atau siapapun yang hendak buang hajat sesudahku untuk mem-flush berkali-kali sekadar untuk memastikan bahwa tinja segede gaban itu telah benar-benar lenyap dari pandangan dan dari jamban.
Ah, kalau sudah begini, aku jadi berpikir bahwa atas nama lingkungan, kita memang perlu melakukan banyak hal perubahan menyangkut konservasi sumber daya alam termasuk air. Tapi, pengatasnamaan lingkungan selamanya tak kan bisa berdiri sendiri, di sekitarnya ada banyak nilai dan pertimbangan yang juga harus dimasukkan ke dalam perhitungan.
Maaf, postingan kali ini akhirnya jadi sedikit menjijikkan :)

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. Bantal mengatakan

    13 Februari 2010 pada 4:26 am

    Tinja segede Gaban, ehuahweuahweuahuea. Gedean Sarifan lagi….
    Senjata makan tuan ya, dengan postinganmu dulu yang bersangkutan dengan half-flush penghematan air hahaha. Kalau di WC umum dikampusku justru ada slogannya “Please flush TWICE when you’re done” :)
    Anyway mending dibikin kayak toilet dipesawat lho Don. Waktu aku naik pesawat ke US, pesawatnya toiletnya ga ada airnya. Kering gitu. dan waktu kamu flush, tinja mu disemprot sama angin kenceng langsung masuk ke dalem lobang tak bersisa.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 9:46 am

      Hahahaha kamu mengamati juga rupanya!
      Ya, memang setengah senjata makan tuan :)

      Balas
  2. Eka Situmorang-Sir mengatakan

    13 Februari 2010 pada 6:30 am

    Abis BW dari bbrp blog tetangga and kelaparan karena postingannya soal makanan.
    Tapi begitu baca ini?? Beuuuh selera makan sirna! :D
    anw, si bapak2 ituh gue curiga bukannya peduli lingkungan tapi apa mungkin krn airnya gak ada?

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 9:49 am

      Ngg.. ngga tau tapi yang jelas tainya kegedean! :))

      Balas
  3. edratna mengatakan

    13 Februari 2010 pada 12:29 pm

    Kowe ki mau nyaingi postingane pak NH (tapi itu gol di toilet)…hehehe
    Duhh Don, lagi senenge motret tekan motret toilet maneh…
    Kayak komen nya Eka..duhh padahal belum sarapan….

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 9:52 am

      Hahaha ini bukan dalam rangka menyalurkan hobi motret jhe, Bu… lebih karena berpikir ‘nulis apa ya yang bisa bikin orang mules perutnya’ hahahaha :)

      Balas
  4. Bro Neo mengatakan

    13 Februari 2010 pada 12:42 pm

    wah ini senada dengan tulisanmu beberapa waktu yg lalu, ttg hemat air juga.. yg akhirnya membangkitkan komen-komen nggilani…
    ini selangkah lebih maju, blm sampai komen pun sudah nggilani :-(
    let’s see… nada komen-komen berikutnya.. nggilani apa ndak

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 9:53 am

      Hahahahaha…. lha tulisannya udah nggilani, jadi ngga perlu ditunggu komen2 yang luwih nggilani :)

      Balas
  5. zee mengatakan

    13 Februari 2010 pada 12:53 pm

    Wakakakaka… Don, hayaahhh, pagi2 aku da baca postingan soal tinja. Jijik kale bah! Ahahaha..
    Plis deh si bapak itu tau ga sih menyiram sampe bersih? Aku tetep ga bs terima alasan bhw mgkn dia mo hemat air, ga ada itu, emg dia ga tau aja kali gimana pake flush :D.
    Tp skrg Don, di tiap toilet duduk, ada tombol yg dibagi jd 2, satu ukuran kecil utk membilas pas buang air kecil, dan tombol besar dipakai utk membilas bekas hajatan besar. Di rumahku toiletnya sdh begitu semua lho, Don hihihi..
    Eniwei, aku jg pernah alami kejadian menemukan tinja. Ya waktu pulang dr Medan thn baru kmrn. Waktu di Lounge aku kebelet pipis dan aku ngantri di toilet, lalu di pintu pertama keluar perempuan pegawai lounge (aq tau dr Id cardnya). Aku lihat kenapa nih mukanya kok cemas2 gitu. Eh begitu aku masuk aku lihat tinjanya berserakan di sela2 dudukan toilet. Huaaaa jijiknya. Aku lgsg keluar dan mengumpat “Jorok.” Tak peduli dia nyadar pa gak.
    Makanya di toilet umum perlu ada tulisan : “Siram sampai bersih sebelum meninggalkan toilet.”

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 9:57 am

      Hahahahahaha… dahsyat betul pengalamanmu…
      Tapi jangan2 dia cemas karena dia juga sama sepertimu..
      Coba bayangkan kalau setelah kamu keluar dari sana, dengan muka yang sama2 cemas, lalu ketemu orang lain dan orang lain itu berpikir sama hehehe

      Balas
  6. nanaharmanto mengatakan

    13 Februari 2010 pada 4:57 pm

    waahh….jai ilang selera ngemilku baca postingmu iki Don… :)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 9:59 am

      Apik.. malah tambah kuru :)

      Balas
  7. aurora mengatakan

    13 Februari 2010 pada 7:56 pm

    ahh… aneh deh,… kalau gitu sih malah makin kotor…. bagusnya ada aturan baru:
    untuk menghemat air bersih dan menjaga kebersihan toilet, sebaiknya buang air di sungai saja….
    hahaha

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:01 am

      Heheheh, aturan bagus tuh!

      Balas
  8. oglek mengatakan

    13 Februari 2010 pada 9:23 pm

    ngirit sih ngirit tapi kalo tai kok gak diglontor ya menjijikkan banget to :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:01 am

      Lho, wis digelontor tapi ora ilang :)

      Balas
  9. venus mengatakan

    14 Februari 2010 pada 10:41 am

    yaela tega bangeeeeet waktunya orang sarapan malah posting beginian :p
    setauku sih kalo yg half flush memang untuk ‘yg sedikit’, kalo tombol satu lagi yg lebih gede, itu didesain untuk yang jijik2 tadi itu *masih sebel* hahaha….

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:04 am

      Hehehehe….
      Lha tapi masalah sedikit dan banyak itu kan relatif, tergantung cara pandang tho, Mbok :)

      Balas
  10. Ria mengatakan

    14 Februari 2010 pada 7:15 pm

    ampun mas…aku nih lagi nunggu delivery makan siangku dan membaca ini sangat tidak tepat waktu :P!!!
    bapak2 itu jorok sekali dan kamu juga yg mendeskripsikannya dengan sangat persis jadi berbekas diingatanku nih :(

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:05 am

      Hehe… selamat makan then! :)

      Balas
  11. bukan detikcom mengatakan

    14 Februari 2010 pada 8:32 pm

    huhuhu..saya blogwalking sambil makan pula…terhenti gara-gara baca tentang “basian si bapak”… :(

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:09 am

      Hahaha. asik dunk :)

      Balas
  12. imadewira mengatakan

    15 Februari 2010 pada 12:24 pm

    Memang sedikit menjijikkan, tetapi hal seperti ini kadang perlu dibahas walaupun tampak sepele.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:10 am

      Hahahha akhirnya ada juga yang berkomentar demikian :)

      Balas
  13. Riris E mengatakan

    15 Februari 2010 pada 1:11 pm

    Aduh, Don pagi-pagi wis mbaca tulisanmu ini, jadi ilang laparku…hiyy..
    Btw, wis lahiran toh? Selamat ya.. Semoga selalu sehat dan bertumbuh menjadi anak yang sangat menyenangkan. Amin.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:11 am

      Uwis! Suwun doamu, Ris!

      Balas
  14. Arham Blogpreneur mengatakan

    16 Februari 2010 pada 3:21 am

    Sebenarnya malah dengan half flush memang hemat air tapi jadi polusi udara, bukan begitu?

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:11 am

      Begitu, bukan?!

      Balas
  15. darahbiroe mengatakan

    16 Februari 2010 pada 4:17 pm

    kalau saya pribadi sichhh ya sepuasnya ajah hehehe ga tau malah kalau ada aturanya seperti ini heheh
    berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya makasihhh :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 10:12 am

      Makasih kembali!

      Balas
  16. elia|bintang mengatakan

    17 Februari 2010 pada 1:08 pm

    waduh.. kl saya sih yg normal2 aja. kl emang udah masuk semua, ya berenti nyentor. tapi kl blm, masa cuma half-flush demi sadar lingkungan.. sadar lingkungan tapi ga sadar etika sosial, apa gunanya :|

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:42 am

      hahaha itulah point yang kugali dan.. kau temukan, Bro! :)

      Balas
  17. zee mengatakan

    17 Februari 2010 pada 5:00 pm

    Hai yang baru jadi bapak..
    Selamt yaa…. gw baru liat dari fb tuh…. :)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:43 am

      Thanks, Zee :)

      Balas
  18. boyin mengatakan

    19 Februari 2010 pada 1:46 pm

    wah aku bacanya sambil nutup tangan je mas…heee…selamat juga deh..katanya udah jadi bapak ya..

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:44 am

      Makasih, Mas.. eh bentarm nutup tangan tuh maksudnya gimana ya hehehe

      Balas
  19. anderson mengatakan

    19 Februari 2010 pada 2:38 pm

    Hi Bro, pakabar? Dah lama ga wara-wiri di blogosphere… duty call :-D
    Btw, selamat yah…dah jadi Bapak. I bet you’ll have plenty of ideas from this moments..
    Soal tulisanmu mengenai tinja? Sama kek komentar yang laen… ngilangin napsu makan!!!!

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:46 am

      Hahahaha, welcome back Bro! Ayo aktif lagi :)

      Balas
  20. adiarta mengatakan

    19 Februari 2010 pada 5:28 pm

    Waduh… untung saya sudah selesai makan sebelum membaca tulisan ini… Kalo nggak bisa gak jadi makan gara2 kebayang sama yg ditinggalin si bapak di toilet… hwahahaa… :D
    Menurut saya, kalo aturan atau peringatan berpeluang mengganggu kenyamanan publik, aturan itu harus segera didaurulang… :)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:48 am

      Setuju… proses daur ulang aturan itu yang kadang tak terlalu bagus namun meski di daur ulang, kunci keberhasilan tetap di pelaksanaan, Bli!

      Balas
  21. Ben mengatakan

    19 Februari 2010 pada 6:53 pm

    Hati-hati, Don. Posting semacam ini mungkin bisa ‘kena sensor’ oleh tim konten krn mengandung ‘muatan privasi… he he he :)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:49 am

      Jiakakakakakakaa… nganu, nek mau nangkap aku kusuruh kemari :) Hahahaha…

      Balas
  22. Ayu mengatakan

    20 Februari 2010 pada 6:58 am

    Kayaknya aku udah pernah kasi komen sama di postinganmu mengenai irit air yah, di Jerman sih sejak ada sistem wc irit air jadi bermasalah di kanalisasinya krn ya itu tadi jadi nyangkut di mana2.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      20 Februari 2010 pada 11:50 am

      Iya, aku pernah nulis soal irit air dan memang tulisan ini kayak jadi harakiri karena kontraproduktif dgn tulisanku itu tadi…

      Balas
  23. tomi mengatakan

    21 Februari 2010 pada 7:02 pm

    kalau idealnya adalah : air sanggup menghilangkan semua tinja yg ada di WC…
    air masih bisa diirit dengan cara lain.. daripada ntr ada bongkahan tinja pas kita duduk kan repot juga hehe

    Balas
  24. intan rawit mengatakan

    23 Februari 2010 pada 7:15 pm

    wah kalo di China daratan udah biasa nih kayak ginian, ga perlu jauh2 di toilet umum tapi toilet di kampus sendiri joroknya minta ampunnnn….beuhh.. banyak banget ranjau darat yang ditinggalin gitu aja sama si empunya. Udah gitu banyak juga yang lupa mem-flush kalo habis buang air kecil. Jadinya baunya super ajaib gitu deh, jarak 10meter aja dah bisa bikin kita muntah duluan..
    Kalo kasusnya seperti ini menurut saya justifikasinya bukanlah masalah lingkungan yang tujuannya hemat air. Tapi emang dah kebiasaan jorok dari sononya, hehe

    Balas
  25. Liana Sim mengatakan

    23 Februari 2010 pada 7:19 pm

    Kalau yang lain pada jijik, setelah aku baca postingan ini…
    justru aku tertawa geli terus, hehe … ternyata ga ada air tu repot banget ya…

    Balas
  26. zam mengatakan

    26 Februari 2010 pada 5:21 pm

    untung awakmu ora dijak salaman karo si bapak, kang.. gyahahaha..

    Balas
  27. dani mengatakan

    8 Maret 2010 pada 1:27 pm

    Di kos saya, jelas dipampang di dinding wc jongkok, siram minimal 3 kali. Menurut saya, malah mesti ditambahin saran lain seperti: siram juga daerah sekitar closet yang kemungkinan terkena cipratan kencing. Kan penyumbang bau juga. :)

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT