Icun Lin: Wo shi yin ni hua qiao

27 Agu 2015 | Cetusan, DKK

Bagiku, hingga saat ini tak ada presiden Indonesia yang lebih baik daripada Gus Dur!

Meski hanya dua tahun berkuasa, 1999 – 2001, ia melakukan banyak perubahan!

Presiden berlatar belakang NU ini berani berwacana mencabut Tap MPRS XXV/1966 tentang pembubaran PKI dan pelarangan Marxisme yang dianggapnya sudah tak peka jaman lagi. Sebaliknya, melalui dekrit presiden yang dikeluarkan sesaat sebelum dijatuhkan, ia mengusulkan pembekuan Golkar.

Pada peringatan hari HAM 10 Desember 1999, sembilan puluh satu tahanan politik yang kebanyakan adalah musuh besar rezim Soeharto dibebaskan begitu saja.

Dan ini yang paling signifikan. Gus Dur membuka kesempatan seluas-luasnya bagi kaum keturunan Tionghoa untuk beraktivitas secara bebas termasuk berpolitik dan berkebudayaan!

Ini tentu sesuatu yang menarik mengingat pada rejim sebelumnya, Soeharto, kaum ?keturunan? dibuat hampir tak berkutik. Suara mereka dibungkam. Nama mereka dianjurkan diganti menjadi sesuatu yang ?lebih Indonesia?. Sekolah-sekolah berbahasa pengantar Bahasa Mandarin ditutup dan dibubarkan. Keberadaan mereka diasosiasikan dekat dengan komunisme dan PKI; cap yang di era Orde Baru membuat siapapun bergidik ngeri!

Salah satu yang menyambut hangat kebebasan itu adalah Icun Lin. Pemuda Jambi yang sejak awal 90an menetap di Jogja. Aku kenal dengannya sejak sekitar akhir 90an; pada beberapa fragmen hidup, kami berteman bersama.

Icun merasa bersyukur atas Gus Dur karena hingga kini ia betah berprofesi sebagai penyanyi profesional specialis lagu-lagu berbahasa Mandarin.

Bersama grup musik besutannya yang dibentuk pada tahun ?naga emas? 2000, Golden Dragon, prestasi yang ditorehnya bahkan tidak main-main; sebuah gelar juara kompetisi band tingkat Asean dimenanginya pada 2010 silam.

Bicara tentang Icun Lin adalah bicara tentang kesetiaan pada jalur yang dipilih. Meski sempat booming, tapi pada akhirnya tak sedikit dari generasi muda keturunan Tionghoa di Indonesia justru tak tertarik lagi pada lagu-lagu berbahasa Mandarin. Mereka banyak yang berkiblat pada lagu-lagu Indonesia, lagu-lagu barat dan apalagi kalau bukan pop Korea yang membanjiri kanal-kanal hiburan di Tanah Air (dan sebetulnya nyaris di seluruh dunia!)

Di sinilah Icun Lin digdaya!
Ia tak bergeming dan tetap bertahan di jalur lagu berbahasa Mandarin.

Jadi tak salah kalau aku akhirnya berpikir bahwa ia layak untuk ditulis di blog ini. Tak banyak kesulitan untukkku menghubunginya. Melalui messenger, kami berbincang-bincang beberapa saat minggu lalu memanfaatkan waktu luangnya dalam perjalanan pulang dari show-nya di Semarang.

Berikut petikannya.

blog_icunLin_02

Cun, awalnya kamu tertarik mendalami bidang ini bagaimana?
Sebenarnya pengaruh keluarga.?Dari kecil saya dididik dalam lingkungan Tionghoa yang tentu saja berbahasa mandarin.?Kebetulan juga orang tua dari dulu hobi menyanyi lagu-lagu Mandarin.?Lalu Gus Dur memberikan kebebasan berbahasa Mandarin lalu dan kloplah semuanya!

Lalu seperti apa yang terjadi saat Gus Dur belum naik jadi presiden dan memberikan kebebasan? Bagaimana perkembangan budaya lagu-lagu mandarin di Indonesia saat itu?
Sebelumnya ya sangat terbatas! Paling cuma kumpul-kumpul di rumah sendiri berkaraoke!?Atau? karena saya berasal dari Jambi, di sana dari dulu banyak acara wedding party bertema Mandarin dan ini sering dimanfaatkan untuk eksis bernyanyi lagu mandarin hahahah!

Imbas dari pelarangan kebebasan yang marak di era Soeharto itu masih ada sampai sekarang, Cun?
Masih!?Masih banyak yang kalau undang saya menitip pesan, ?Kalau bisa lagunya dicampurlah jangan Mandarin semua! Bahaya dan riskan!?

Lalu kamu nurut?
Nggak lah! Saya selalu menentang hal itu lha wong saya hidup dari musik mandarin, yang mengundang saya juga pengen dengar lagu-lagu mandarin masa saya nyanyi lagu berbahasa lain?

Aku termasuk yang mengikuti karirmu sejak awal dan bicara soal karirmu sepertinya tak afdol kalau tak bicara soal Golden Dragon. Masih jalankah grup itu dan seberapa besar perannya dalam karirmu kini?
Band Golden Dragon masih jalan dan kontribusinya terhadap hidup saya tentu sangat besar. Hampir 90 persen hidup dan rejeki saya ya dari band itu.

Kalau tak salah kan Golden Dragon pernah juara di tingkat regional ASEAN dan masuk MTV ya?
Benar banget! Waktu itu ada sebuah kompetisi band se-ASEAN versi MTV dan redtix yang diselenggarakan oleh sebuah maskapai penerbangan.

Awalnya temen-temen pesimis karena kan kami membawakan lagu mandarin tapi saya tetap ngotot karena dalam ketentuan lomba itu ditulis ?lagu menggunakan bahasa ibu?.. Nah, bahasa ibuku Bahasa Mandarin jadi kenapa tidak?

Kami lantas menggarap lagu ciptaan yang kami buat lima tahun sebelumnya dan kami menjadi juara pertama mengalahkan 2535 band di 10 negara dan menjadi satu-satunya band dari Indonesia yang membawakan lagu mandarin (Waktu itu, pada kompetisi tersebut ada sekitar 1300an band dari Indonesia)

Ada prestasi lain selain kejuaraan itu, Cun?
Ada! Kami pernah mengikuti LA Indifest dan kami masuk 40 besar regional. Tetap menggunakan lagu-lagu berbahasa mandarin sementara yang lain berbahasa Indonesia!

Sekarang kamu berkeluarga dan punya anak. Kamu tetap yakin bisa menghidupi mereka dari musik atau ada usaha lain?
Saya total di musik. Musik mandarin.
Pernah sih coba buka usaha CCTV dan berjalan baik hingga setahun tapi ya apa mau dikata, jiwa tak bisa bohong. Duduk di kursi dan bekerja menghadap kertas serta angka itu terlalu rumit buat saya hahaha…

Sebulan rata-rata berapa kali show?
Dulu Golden Dragon bisa 6-7 show, setahun rata-rata 70-80 show. Tapi karena pasar lagi lesu dan tarif show band memang lebih mahal, aku sekarang nyanyi solo juga dan sebulan biasanya sampai 5 – 6 kali show…

Kamu yakin dan optimis bisa terus berkarir di dunia musik mandarin, Cun?
Optimis! Masih banyak cita-citaku yang belum tersampaikan di bidang ini.. Masih banyak yang bisa digarap!

Kamu udah keluarkan album?
Untuk Golden Dragon, sudah beberapa album yang kami distribusikan secara indie. Untuk solo sedang dalam proses pembuatan sekaligus juga aku sedang mencoba membuka studio dan ph (production house -red) musik jadi nanti albumku akan kugarap sendiri dalam production house-ku itu!

Menurutmu, bagaimana sih bikin orang Indonesia mau belajar bahasa dan budaya asli Tiong Hoa?
Mengenal bahasa menurut saya ada beberapa cara dan salah satunya adalah dengan mencintai budayanya lebih dulu dan salah satu pintu masuknya ya musik dan lagu. Jadi belajar bahasa sambil bernyanyi. Tentu lebih mudah!

Menurutmu kenapa orang-orang sekarang nggak mau belajar budaya dan bahasa mandarin?
Siapa bilang? Menurutku malah sebaliknya! Banyak yang butuh untuk bisa berbahasa mandarin setelah Bahasa Inggris apalagi di dunia profesional, bekal bahasa mandarin akan membuat orang mendapat banyak kesempatan untuk bekerja!

Cun, kamu sendiri memposisikan dirimu bagaimana? Apakah kamu orang Indonesia atau orang Tiong Hoa atau gimana?
Wo shi yin ni hua qiao!

Wah, apaan tuh artinya?
Kami orang Indonesia keturunan Tiong hoa!

Icun Lin menyapa kalian semua para pembaca blog ini. Pesannya: Selamat kepada seluruh temen temen "donnyverdian.net" selalu sukses dan gembira. Semangat trus!!! (Icun Lin)

Icun Lin menyapa kalian semua para pembaca blog ini. Pesannya:
Selamat kepada seluruh temen temen “donnyverdian.net” selalu sukses dan gembira. Semangat trus!!! (Icun Lin)

Sebarluaskan!

4 Komentar

  1. Gus Dur menggebrak dengan membuat sedikitnya 10 perubahan, salah satunya masalah budaya saudara2 kita yang Tionghoa. Salah duanya membubarkan departemen penerangan, departemen sosial. Tapi depsos di era presiden lain hidup lagi, haha…

    Balas
  2. Akhir2 ini, banyak yang menganggap pemimpin masa lalu lebih baik. Meski pas masa-masa pemimpin ybs berkuasa, nggrundel lan ngenyek e ra nguawati…..

    Balas
  3. Tidak les mandarin karena uang terbatas tapi anak di sekolah beruntung banget, dikasi selain pelajaran bahasa Indonesia ada bahasa Mandarin. Bisa nonton drama Tzu Chi di jam 8 malam. Yang pasti, orang yang tinggal di Indonesia sebagai warga turunan ngga dibilang numpang tinggal lagi.

    Balas
  4. Sebuah tulisan yang mencoba melihat sisi berbeda…anda juga layak menjadi Gus Dur muda!

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.