Hujan Emas Hujan Batu

23 Jan 2010 | Cetusan


Dalam konteks kasus Artalyta Suryani dengan sel mewahnya, kupikir pepatah lama yang tepat untuk menggambarkan keadaannya dibandingkan dengan keadaanku di sini adalah “hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri”
Seenak-enaknya tinggal di luar negeri, bekerja dengan gaji ‘dollar’ serta ditunjang fasilitas, sarana dan prasarana yang OK dari pemerintah secara cuma-cuma, aku masih harus tetap bekerja membanting tulang dan memeras keringat.
Sementara baginya, meski statusnya adalah terpidana kasus penyuapan yang seharusnya bisa diibaratkan sebagai ‘hujan batu’ karena terpenjara, tapi toh fasilitas yang ia dapatkan di dalam bui luar biasa enaknya! Kasur empuk dan sofa barangkali sudah ‘terlalu biasa’.. tapi perawatan dokter ahli kosmetik hingga ijin meninggalkan penjara sekadar untuk ?cabut gigi… itu adalah sesuatu yang luar biasa.
Selamat berakhir pekan!
Sumber berita salah satunya di sini. ?Foto diambil dari sini.

Sebarluaskan!

41 Komentar

  1. sebuah bukti betapa lemahnya pengawasan lembaga pemasyarakatan selama ini, mas don. kasus artalyta di rutan ibarat gunung es. semakin dibuka, ternyata semakin banyak kasus serupa. lapas yang seharusnya menjadi media pertobatan, justru malah menjadi sarang menuntut ilmu2 kejahatan yang jauh lebih parah. doh!

    Balas
    • Betul, Pak Sawali…
      Saya sedang menunggu gebrakan pemerintah, berani nggak mereka menghancurkan gunung es itu atau lantas menutupnya lagi yang penting toh citranya sudah terangkat dengan pengungkapan sel mewah Ayin, Pak…

      Balas
  2. hehhehehe jadi sampean hujan emas di negri orang tapi tetep kringeten mas hehehehe kapan mulih jogja mas hehehe gimana kabarnya kalo aku baik baik saja cuman jarang post maklum sama sama harus kemringet tidak seperti A suryani sudah tidak kerja namun fasilitasnya enak
    selamat akhir pekan juga salam buat keluarga ( istri )

    Balas
    • Hehehehe, kabar saya baik, Mas Tok!
      Jaga kesehatan ya, jangan terlampau kesel nyambut damel-nya, Mas… :)
      Selamat berakhir pekan bersama keluarga, Mas!

      Balas
  3. masih mending dirimu yang mendapat hujan emas meski masih harus bekerja keras Don, kalau masyarakat di indonesia, sudahlah sakit karena hujan batu, masihlagi harus banting tulang hingga remuk demi sesuap nasi…
    aku tiba-tiba jadi ingat lagunya ebiet:
    kemanakah sirnanya
    nurani embun pagi

    segelintir manusia indonesia, dengan tega menari-nari di atas penderitaan jutaan rakyatnya… argh…
    sebuah permenungan akhir pekan yang dahsyat Don

    Balas
    • Thanks, Uda…
      Hehehe… komentar Uda ini malah memberi permenungan super dahsyat bagiku karena kenyataannya banyak pula yang merasakan hujan batu yang benar-benar seperti dirajam….

      Balas
  4. Hujan emas tapi keringatan kan masih mendingan, daripada hujan batu, terseok-seok….dan bukan keringatan lagi…tapi mandi keringat.
    Ya, yang seperti gambar di atas hanya segelintir, yang lain masih susah untuk mendapatkan serupiah demi serupiah…

    Balas
    • Ah benar, Bu… komentar Ibu, seperti halnya komentar Uda, membuat saya merenung juga…

      Balas
  5. Dulu sapa itu ya yang pernah bilang begitu ke aku, lupa.
    “Jadi memang lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang ya ley?”
    Aku cuman inget “Ley” nya, berati pasti anak blogbugs hahaha…
    Tapi anjrit, itu penjara atau losmen? O_O

    Balas
  6. Kalo kayak artalita pastinya hujan emas di negeri manapun dia berada kekeke..

    Balas
    • Hehehehehe, tapi aku nggak yakin dia akan tetap hujan emas di Penjara Tangerang hahahaha.. We’ll see! Semoga nggak ke-gep lesbi :)

      Balas
  7. dan dengan keadaan begitu mereka masih minta dikasihani sambil menangis, mungkin mereka belum pernah melihat tangisan rakyat yang uangnya mereka rampok.

    Balas
    • Ketika mereka jatuh, mereka berubah menjadi seperti rakyat kebanyakan, menangis.. Mereka juga manusia, Bli :)

      Balas
  8. kamu mau Don tukar guling ama Artalyta :p

    Balas
      • Hey, dilarang menyebut nama Bantal dengan sembarangan!

        Balas
  9. selamat malam…..ini kunjungan perdana di blognya mas, wakh keren buanget nih informasinya. tukeran linknya mas, boleh gag? ya begitulah kalo yang banyak uang…kemana mana kudu selalu ada aja fasilitasnya

    Balas
  10. Salam kenal juga, Babi Ngepet…
    Maaf saya belum kepikiran untuk membuat feature tukaran link di sini. Tapi kupikir dengan Anda berkomentar, otomatis link sudah terjalin, dan sesegera mungkin saya akan segera mengunjungi blog Anda, berkomentar sehingga link juga akan ada juga…
    Salam hangat!

    Balas
    • wakh makasih om…..sippp

      Balas
  11. Mbok aku dikirimi EMAS-e…hehehehe….Jakarta Hujan Air, Don, kelamaan dikit jadi Banjir.
    *gaknyambung.com*

    Balas
    • Halah, emasmu yo akeh neng kono tho?:)

      Balas
  12. ketika “keadilan” dapat dibeli dengan uang
    pengadilan yg sdh dijalani, spt sandiwara saja… miris mengetahuinya

    Balas
    • Hehehehe, ini perkara mamon, Dab… Orang mengabdi pada Mamon harus mengalahkan segalanya :) Pilihan, Dab.. Pilihan…

      Balas
  13. Masih banyak rakyat yang nasibnya Senen-Kemis, kalo ayin itu penjara aslinya ya di akhirat nanti..kita lihat saja siapa yang tertawa paling akhir…Salam jepret!

    Balas
    • Hahahaha… saya malas bicara soal penjara asli di akhirat, Bung.. Saya lebih berpikir apa yang bisa dikerjakan sekarang ya sekarang ini saja :)

      Balas
  14. kata om bill gates..”live is not fair, get used to it”

    Balas
    • Wah, barangkali itu adalah quote yang bagus banget dari seorang Gates yang… ya gitu deh :)

      Balas
  15. Yang paling gong buat saya itu masalah AC yang disembunyikan alias disamarkan jadi lemari itu loh…kayaknya bela-belain banget pengen ruangan ber AC

    Balas
    • Hahahahahaha…. soalnya mungkin kalau tanpa AC, kulitnya bisa mencair kepanasan, Sob :)

      Balas
  16. Mas Donny,
    Pepatah ini dalam kondisi tertentu terus terang tidak saya sepakati (heh ?), untuk Cici Artalyta berbanding dengan Mas Donny mungkin pepatah ini ada benarnya.
    Tapi kalau Kondisi mas Donny dibandingkan dengan kondisi saya, pepatah ini tidak berlaku.
    Lho ? saya sudah kerja banting tulang, sakit pinggang sampai sakit gigi tetap aja dapetnya nggak emas, dapatnya batu kali yang harganya jauh lebih murah dari emas yang mas Donny dapatkan dinegeri orang. (*ngeles mode on*)….he..he…he..

    Balas
    • Mas Aldy, tapi ini perkara wang sinawang, Mas..:)
      Saya boleh bergaji dollar, tapi saya ndak bisa mendapatkan makanan dan semua kehangatan khas Indonesia lho..:)

      Balas
  17. mm, memang cuman beda duit saja perlakuan pun akan beda :)

    Balas
    • Hehehehe, duit menentukan posisi ya brarti?

      Balas
  18. Yah dunia kadang berisi ironi. Ladang? Teman saya tak setuju. “Selalu,” katanya.

    Balas
    • Hahahaha, komentarmu simple tapi nyentil, Man :)

      Balas
  19. sik… sik.. kok aku jadi kelingan karo kancaku sing ngomong: “ngono kuwi kan sawang-sinawang.” :D
    tapi satu hal yang aku nggak rela soal mbak artalita itu, aku tak rela uang pajak yg kubayarkan itu dipakai untuk menyokong penjara yang dipakainya. oke, segala fasilitas mewah itu mungkin pakai duit dia sendiri, setidaknya dia masih memakai pasokan listrik dari PLN di penjara itu kan? dan itu tidak lepas dari pajak yg dibayarkan rakyat. menyedihkan…

    Balas
    • Hahahahaha, sebenarnya ndak usah mikir listrik penjara yang mbayari pajaknya siapa, pikirkan saja kejahatan yang ia lakukan.. kuwi wes merugikan negara jhe.. merugikan kita pula sebagai warganya ;)

      Balas
  20. negeri ini memang kacau. ikut pusing juga gw kalo nonton berita di tv. pemimpin kok kayaknya tdk pro rakyat, malah mikirin kesejahteraannya sendiri2

    Balas
  21. kapan aku ngerasain hujan emas ya mas?
    kamar kost ku aja kalah dengan ruang tahanan yang ada di gambar itu.
    kalau di indonesia lagi banyak hujan tanah mas., maksudnya gempa dan tanahnya menghujam rumah orang2nya :(

    Balas
  22. Ini yang namanya ironi ya.
    Tapi barangkali ayin itu udah “banting tulang” juga, jadi apa yang diterimanya adalah hasil “jerih payahnya”. :D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.