Homoseksual, sebuah persoalan?

20 Feb 2012 | Agama, Australia, Cetusan

Seorang teman dulu pernah bercerita kepadaku betapa ia membenci kaum homoseksual. Alasannya simple, risih.
“Lha kalau kamu risih, ya jangan deket-deket lah!” sergahku.
“Tapi meski demikian masih kepikiran, Don!”
“Lah, itu salah kamu sendiri kenapa kepikiran! Atau jangan-jangan kamu naksir?”
“Ihhhh!”
Seorang teman dulu juga pernah bercerita kepadaku betapa ia benci karena dibenci orang lain karena ia homoseksual. Tak ada alasan yang perlu diperjelas untuk hal yang satu ini kan? Karena hakikatnya dibenci, disingkirkan dan ‘dibegitukan’ itu kan ngga begitu-begitu enak! Benar begitu? :)

“…justru orang-orang yang menganggap kaum homoseksual sebagai persoalan lah yang seharusnya dianggap sebagai permasalahan…”

Kehadiran kaum homoseksual oleh sebagian orang dianggap sebagai persoalan meski bagiku yang terjadi sebaliknya, justru orang-orang yang menganggap kaum homoseksual sebagai persoalan lah yang seharusnya dianggap sebagai permasalahan karena pasti ada sesuatu dalam benak mereka sehingga bisa berpikir demikian?

 

Agama

Pikiran orang dipengaruhi dogma-dogma agama karena beberapa dari mereka menolak konsep homoseksual. Baginya, homoseksual adalah pelanggaran kodrat karena seharusnya yang saling berpasang-pasangan adalah pria dan wanita, lain tidak.
Meski tak berarti semua kaum beragama adalah mereka yang menolak konsep ini, sebagian malah ada yang cuek, tak mau ambil pusing. Namun di tingkat yang paling radikal, penolakan tersebut ditandai pula dengan ada begitu banyaknya kasus penindasan dan pelecehan terhadap para penganut cinta sejenis itu.
 

‘Sesuatu yang berbeda.. bikin risih’

Diluar agama, orang juga menstigma kaum homoseksual sebagai ‘sesuatu yang berbeda’ hanya karena preferensi seksualnya saja.
Padahal, kalau mau dirunut, dari sekian ratus/ribu perbedaan seseorang terhadap yang lainnya, unsur ini toh hanya satu diantara ratusan/ribuan perbedaan tadi.
Ada juga orang yang merasa ‘risih’ ketika harus berinteraksi dengan kaum homoseksual. Tak perlu diperjelas panjang lebar karena cerita kawanku di baris teratas tulisan ini sudah cukup menjelaskan dan memberi contoh.
Eh.. eh, tapi kenapa tiba-tiba aku ngomongin homoseksual sih?
Jadi ceritanya minggu lalu aku ke gereja, duduk di kursi yang bersebelahan dengan papan pengumuman dan ketika kuperhatikan, mataku menangkap poster seperti tertera di bawah ini:

Maka jadilah, ketika pastor sedang sibuk mengadakan upacara di altar, akupun sibuk dan terlena dengan ‘gangguan’ nan menyegarkan bagi otak itu.
Bagiku poster ini unik sekali. Di tengah polemik untuk menganggap homoseksual sebagai persoalan dan terkadang menganggap mereka adalah sampah masyarakat, poster ini menyeruak seolah menjadi penyemangat bagi kaum homoseksual untuk bersuara ketika mengalami penindasan/diskriminasi maupun pelecehan terhadapnya.
Seolah poster ini berbicara bahwa meski seseorang adalah homoseksual, bukan berarti ia bukan manusia lagi. Mereka tetap harus mendapat kelengkapan penghormatan atas harkat dan martabatnya dari lingkungan sekitarnya.
Pemunculan poster ini di dalam gereja juga membuatku terpana. Bagiku ini adalah salah satu usaha gereja untuk menghormati hak hidup kaum homoseksual meski secara dogma konsep mereka tetap ditolak. Sesuatu yang barangkali dipandang dari sisi duniawi adalah sesuatu yang aneh; mana mungkin menghormati orang yang seharusnya ‘tak dihormati’? Tapi kalau prinsipnya sudah demikian, pertanyaanku adalah, memang ada orang yang sebenar-benarnya layak dihormati karena ia memang benar-benar layak diberi penghormatan di dunia ini?
Nah, kira-kira kalau di tempat ibadah kalian, apapun agamanya, mungkinkah poster seperti itu boleh ditempelkan?

Sebarluaskan!

48 Komentar

  1. Hani pernah satu rumah satu tahun dengan dua cewek yang merupakan pasangan lesbian.
    Sebenarnya sih nggak risih kalo mereka nggak berperilaku mesra di depan kami semua. Jangankan yang lesbian atau gay, yang normal aja bikin risih kalau kemesraannya diumbar-umbar.
    Selama mereka bisa bersikap baik Hani sih nggak masalah berada satu atap dengan mereka.
    Hidup hanya masalah pilihan. Sesama manusia nggak boleh saling menyalahkan. Mereka sudah memilih untuk menjadi lesbian atau gay, itu hidup mereka. Toh mereka masih manusia, sama seperti kita.

    Balas
    • Ya, hidup itu pilihan Hanny. Seburuk dan selebar apapun pilihan itu jaraknya dari kita, kita harus menggaransi bahwa kita membebaskan mereka untuk memilih..:)

      Balas
  2. Di dalam agama saya, setahu saya, belum pernah menyinggung hal-hal seperti ini. Maksud saya, belum pernah dibahas apakah homoseksual atau lesbian itu salah atau benar. Semua berjalan biasa saja.

    Balas
    • Good, Bli!

      Balas
  3. Saya dulu skripsinya tentang homoseksual dengan metode penelitian langsung turun lapangan, bermodalkan itu saya bisa lebih mengerti mereka. Meski pun agama saya menolak keras. Prinsip saya, tidak menyetujui bukan berarti harus memusuhi dan menutup pintu diskusi. Mungkin itu juga yang bikin poster itu bisa hadir dalam gereja itu :)

    Balas
    • Kalau prinsip saya barangkali lebih keras lagi, tidak membuka pintu diskusi sama sekali karena ini dogma… Masalahnya menurutku bukan bagaimana berdiskusi supaya konsep homoseksual diterima, tapi lebih ke bagaimana kita menerima orang-orang pelaku homoseksual sebagai sesama yang wajib kita hormati :)
      Semoga jelas maksud saya :)

      Balas
  4. Poster ini ga mungkin ditempelin di tempat ibadat Helda. Tapi, Helda secara pribadi dan setahu Helda di ajaran agama Helda adalah kaum homoseksualnya ngga boleh dibenci melainkan perbuatannya. Pernah dibahas gitu. Jadi Helda sendiri biasa ajah kalu ketemu sama kaum homoseks, bahkan Helda pernah sering berinteraksi dg mereka krn keadaan. ;)

    Balas
    • Hmm tapi Helda, kalau kamu yakin bahwa ajaran agamamu tak membenci orangnya tapi perbuatannya, kenapa kamu bisa bilang kalau poster itu ga mungkin ditempel? :)

      Balas
      • karena memang ngga mendukung gerakan mana pun, Om DV. :D

        Balas
        • Tapi kan ini bukan gerakan… Apakah gerakan menghormati kemanusiaan terlepas apapun preferensi seksualnya adalah sebuah gerakan yang tak harus didukung?

          Balas
  5. hehehe.. jd inget pas pertama kerja. kebetulan jaga warnet di sebuah area turis dan di situ pertama kali “weruh mata” fenomena homoseksual. sempat perang batin karena bertentangan dgn prinsip pribadi (bukan soal agama), tapi lama? terjadi brainstorming di kepalaku sendiri dan akhirnya aku simpulkan : aku menghargai homoseksualitas sebagai sebuah pilihan dan keputusan pribadi seseorang, tapi aku tidak setuju dgn hal itu.. ;)

    Balas
    • Komentarmu juara!

      Balas
  6. kalau aku mas.. karena gak pernah berhubungan langsung dari kaum homoseksual jadi ya nyante aja.. kalau adapun nyante lah.. toh urusan dia gini.. yg aku risih kalau dia udah nyampur ke privasi aku.. itu yg baru bemasalahkan yak :p

    Balas
    • Betul Nie…. istilahnya loe jual gw beli :)

      Balas
  7. Ya, mereka memang berbeda, di luar main stream, tapi begitulah keadaan yang mereka terima dan belum tentu mereka juga menginginkannya. Apakah kita mesti menyisihkan mereka yang keadaan muncul dari sesuatu yang di luar kuasa manusia? Entahlah, kadang kita yang merasa normal justru sering nyleneh dengan pandangan kita.

    Balas
    • Saya sejujurnya no comment soal ‘kuasa di luar manusia’ karena itu susah pembuktiannya apakah seseorang bergerak benar-benar di luar kuasanya atau bergerak seolah-olah berada di luar kuasa dirinya :)
      Tapi terlepas dari itu semua, penghormatan adalah penghormatan… manusia adalah simbol keberadaan Yang Kuasa di tanah ini, so, lepas dari semua konsep seksual yang dianut, atas alasan itulah kupikir kita harus menghormati…

      Balas
  8. pengalaman menentukan opini
    jadi persoalan atau tidak nampaknya tergantung pada pengalaman anda saat “bersentuhan” dengan kaum ini, kalau hanya latah mendukung atau latah membenci hanya karena membaca apalagi doktrin :D..okeh tunggale
    dan tergantung juga, bersentuhan dengan homoseksual level mana? dengan intelegensia dan awareness seperti apa?
    so if you asked me, yang waktu kecil pernah dikejar dan diciumi banci, dan waktu dewasa hidup di kampung semi slum yang homonya begitu vulgar mengejar ngejar menyatakan cinta…, perlu lebih dari sekedar tepo sliro untuk memberitahu padanya to stick with your own kind.

    Balas
    • Kedengarannya mungkin teoritis sih tapi soal bagaimana vulgarnya mereka itu terlepas dari konsep homoseksualnya kan, Mas Bro?
      Konsep homoseksual kan, CMIIW, tak memuat konsep vulgaritas di dalamnya.. Jadi, menurutku, diluar dari segala perilakunya, mereka adalah manusia yang berhak dilindungi meski di sisi lain ketika bertindak kriminal, misalnya, ya perlu diadili seadil-adilnya…
      Komentarmu selalu luar biasa! :)

      Balas
  9. aku dan suamiku sama-sama punya teman yang homosexual. semua pandangan, tindakan terhadap kehidupan semua sama, kecuali orientasi sex yang berbeda. kalau sudah begitu apa bedanya? wong yang katanya normal juga kadang banyak yang bermasalah dengan orientasi sexual-nya sendiri hehehe…

    Balas
    • Ya, begitulah Fem… :)

      Balas
  10. Kalo buat gue pribadi, gue biasa aja sama kaum homoseks/lesbian. Mereka itu manusia, kaya gue juga. Secara dogma agama itu. memang salah. Tapi gue bukan Tuhan. Dan setau gue, Tuhan itu Maha Pengampun Maha Mengerti. Dia gag akan buang umatnya ke neraka cuma karena Dia risih manusia ciptaanNya yg harusnya berpasangan wanita-pria jadi wanita-wanita ato pria-pria. Tuhan itu Kasih, itu yang gue dan (mungkin) mereka yakini. Dan gue yakin, di tempat ibadah gue bakal dipasang tuh poster. Karena kami punya prinsip `kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri`. Jujur, gue benci orang yang menempatkan kaum sesama jenis ini sebagai bukan bagian dari masyarakat. harusnya orang yg korupsi itu yg gag perlu dimanusiakan, bukan mereka.

    Balas
    • Aku setuju dengan pendapatmu yang “Jujur, gue benci orang yang menempatkan kaum sesama jenis ini sebagai bukan bagian dari masyarakat. harusnya orang yg korupsi itu yg gag perlu dimanusiakan, bukan mereka.” tapi aku memilih untuk ‘abstain’ pada komentar, “Dan setau gue, Tuhan itu Maha Pengampun Maha Mengerti. Dia gag akan buang umatnya ke neraka cuma karena Dia risih manusia ciptaanNya yg harusnya berpasangan wanita-pria jadi wanita-wanita ato pria-pria. Tuhan itu Kasih..” karena aku hanyalah manusia yang tak sanggup mengira-ira Tuhan:)

      Balas
  11. iya pasti rasanya risih awal awal. lama lama pasti juga jadi biasa saja. Sejak ada konsep homosexual, gandengan sesama lelaki rangkulan di jalan jadi aneh, padahal dulu hal itu lumrah saja dilakukan tanpa ada tendensi tertentu.

    Balas
    • Pertanyaanku, bukankah konsep homoseksual sudah ada bahkan sejak jaman Sodom Gomorra?:) Mungkin maksudmu sejak konsep ini ‘ngetop’ ya?:)

      Balas
  12. tapi masih gag enak dipandang mas :(

    Balas
  13. mereka2 yang menganggap homoseksual sebagai permasalahan dalam hidup tak menyadari ketika berada di salon. Pria yang enggan disentuh wanita (karyawan) salon tentunya meminta pria, apa mereka sadar kalau pria yang melayani urusan rambut juga bagian dari homoseksual?
    jarang2 ada salon yang memperkerjakan pria tulen, lagian siapa yang mau? :P

    Balas
    • kalimat terakhirmu, terutama frase terakhir kalau dibaca oleh orang-orang tertentu bisa berarti bahwa pria tulen ada dalam kondisi tertentu sehingga lebih tidak mau bekerja di salon ketimbang pria homoseksual? :)
      kebanyakan pria pekerja salon memang kaum homoseksual, tapi bukan berarti semua juga lho :)

      Balas
      • Hahaha,… ya itu yg saya maksud Om.
        Disini juga ada beberapa salon ber-pria tulen, tapi saya tetap milih yang cewek, bagaimanapun lebih nikmat di remas cewek.
        *eh,…. maksudku kalau kerimbat, gitu lho Om :P

        Balas
  14. poster semacam itu di gereja? keren sekali, mas. susah ditemukan poster demikian di masjid–setidaknya di masjid di kampungku dan juga di masjid2 lain yang pernah aku kunjungi. perlu pikiran terbuka untuk mau menerima poster macam itu di tempat ibadah :)

    Balas
    • persoalnnya menurutku bukan pada masjid atau gerejanya… tapi pada pengurus2nya yang mau atau tak mau membuka diri :) apa kau pikir gereja di indonesia pasti mau semua masang poster seperti ini? :)

      Balas
  15. Wah salut pada gerejamu, Mas! Di tempat ibadahku (plus keluarga dan lingkungan rumah), sepertinya sulit untuk memasang poster semacam itu.
    Kadang aku malah miris melihat orang-orang di sekitar yg tampaknya rajin beribadah, beramal & mengutip kata2 pemimpin ibadahnya… tapi masih berpikiran bahwa kaum homoseks lebih rendah derajatnya dari mereka sebagai manusia. Meskipun berbeda dalam beberapa hal, bukan berarti kaum homoseksual bisa ditindas begitu saja oleh masyarakat.

    Balas
    • Setuju! Bangga punya teman berpikiran terbuka sepertimu

      Balas
  16. Disorientasi seksual bukan masalah buatku pribadi. Yang aku tak suka adalah mereka yang mengeksploitasi seksualitas mereka secara vulgar di depan umum. Baik yang hetero ataupun yang homo, jelas sangat tak pantas.
    Kalau rumah ibadah melarang, menurutku ya tak usah dipusingkanlah. Berjalannya waktu, keterbukaan dan kedewasaan dari para tokoh pemimpinnya tentu akan membawa mereka pada tahap ‘menerima’….. :)

    Balas
    • semoga demikian, amin! :)

      Balas
  17. bukan persoalan mas tapi penyakit, hehehhe

    Balas
    • Kok bisa?

      Balas
  18. Saya pernah punya teman di SMA yang diduga lesbian….semua teman tak membedakan dengan teman lainnya.
    Kebenarannya? Sampai sekarangpun tak tahu.

    Balas
    • Tak perlu tau juga kebenarannya, Bu:) Yang paling benar adalah bgm tetap menerima mereka sebagai layaknya manusia:)

      Balas
  19. yang menempel pengurus gereja? hmm. terlepas dari ada ato nggak nya iklan anti kekerasan semacam itu di tempat ibadah, saya sepakat pak jika tiap manusia apapun kondisinya harus dihargai baik-baik.
    kalo soal homoseksual itu penyakit (gangguan) ato bukan, pelakunya masuk kategori penderita sexual atau gender identity disorder tidak? kalo iya, bukan lagi soal pilihan dong, tapi mereka butuh bantuan. beda lagi kalo menjadi homoseks itu adalah pilihan gaya hidup. kalo yang begini, tiap orang punya tujuan hidupnya masing2 ya. tetap tak manusiawi juga kalo diintimidasi, toh konsekwensi dari hidup kita ini kita sendiri-sendiri yang tanggung. (cmiiw)
    orang-orang yang sinis sama homoseksual itu barangkali ikut mikirin soal hidup para homoseks, pak, tapi karena keterbatasan wawasan, jatohnya menghakimi. jadi informasi-informasi terkait itu sebenarnya yang penting, biar kita bisa saling empati.
    tulisan ini pun ngasih saya wawasan pak, terimakasih :)

    Balas
  20. saya sama sekali tidak keberatan/masalah ttg hal tersebut. Yang kemudian selalu lumayan mengganggu pikiran bagi saya adalah ketika mereka membentuk semacam perkumpulan, “pergi keluar/tampil mesra” dan menyerukan untuk diberi hak2 layaknya orang “biasa” (pernikahan legal, mengasuh anak, tidak membayangkan bagaimana perkembangan anak tsbt, meski kedua orangtuanya sangat baik dan peduli., dst).
    saya pernah memiliki teman homoseksual, kami akrab saling menghormati dan baik2 saja. tetapi saya membayangkan betapa akan sulitnya bagaimana menjelaskan kepada anak2 saya kelak jika hal tersebut dilegalkan/dianggap normal.
    tidak seperti manusia yang terlahir tidak sempurna ataupun mengalami kecelakaan dan mempunyai keterbatasan fisik, yang kemudian pada fasilitas2 publik modern diberikan ruang. Saya masih tidak percaya jika homeseksual/lesbi adalah cacat lahir/kelainan,(mungkin percaya jika perbandingannya hanya 1/100 atau 1/1000). yang saya percaya(meski tetap tidak ada literaturnya) masalah ada pada lingkungan dimana dia tumbuh kembang.
    jika itu fasilitas yang dibutuhkan, fasilitas rehabilitasi saya kira oke,
    maaf melantur mas don :D.. saya tetap tidak setuju dengan penindasan btw..hehehe..malah nengdi nengdi

    Balas
    • Hehehehe wangun, Wir! Aku juga ga setuju dgn ‘konsep’ nya meski ya kewajiban kita kan menghargai manusia nya:)

      Balas
  21. Well… lagi-lagi tentang perbedaan…
    Kemarin aku baca tulisan yang agak trenyuh juga membacanya, yang juga membahas kaum gay. Yang juga tidak menyetujui adanya perbedaan pandangan terhadap kamu tersebut. Intinya sih dirinya tidak setuju terhadap perbedaan tersebut bahkan sampai mengatakan bahwa dia kelak berharap bisa melahirkan seorang anak gay sehingga si anak yang gay tersebut bisa memiliki ibu yang mencintainya apa adanya.
    Well… memang kaum gay atau lesbian itu selalu dianggap miring ya…
    Dulu di kampus ada suatu kejadian dengan sahabat sendiri… sebut saja A. saya mendengar dari si B yang juga sahabat saya sendiri bahwa si A ini suka dengan seorang lelaki. Memang si A ini perangainya agak lembeng alias kurang laki. Well… kejadian ini sempat membuat saya dan sahabat saya si B shock. Kami sempat berdiskusi dan sempat menghindar selama beberapa hari. Namun kami menghindar bukan bermaksud untuk mengucilkannya, tetapi kami bermaksud membantu dan berdiskusi bagaimana si A ini bisa normal.
    But akhirnya kami pun biasa saja dan membiarkannya… Karena jika memang itu pilihannya… Kami tetap berteman baik dan akrab bahkan kami sampai tinggal 1 kontrakan.
    Intinya adalah bagaimana kita memperlakukan orang lain dan itulah yang akan diperlakukan orang kepada kita. Kaum gay atau lesbian mereka juga manusia. Mereka sebenarnya baik bahkan terkadang lebih baik dibandingkan orang yang normal. Dan kembali lagi menghargai sebuah perbedaan… Bagaimana kita menjadi dewasa dan melihat perbedaan itu bukan sebagai perpecahan melainkan untuk menyatukan.
    *eh maaf kak don kalo komennya kepanjangan :)

    Balas
  22. Aku punya sahabat laki-laki yang gay. Dia menutupi orientasi seksual ini sejak SMP sedangkan aku kenal dia di jaman kuliah. Bayangkan berapa lama ia menutupi jati dirinya. Sejak kenal sama dia, aku tahu ada yang unik tapi aku gak pernah nanya, ternyata dia sendiri yang cerita ke aku. Ya, aku gak kaget. Sampai sekarang biasa aja. Bagian sedihnya adalah ketika dia berusaha terbuka dengan komunitas lain mengenai jati dirinya, yang ada dia diledekin setengah mati. Dan sampai sekarang dia belum terbuka ke keluarganya. Seakan tidak merdeka atas jiwanya sendiri…

    Balas
    • Kasian ya….

      Balas
  23. hmmm sayangnya aku bukan pengurus gereja. Karena kupikir semua orang berhak mendapat perlindungan terlepas dari latar belakang mereka itu apa.
    Dalam kehidupan aku pernah bertemu dengan beberapa gay, tapi belum pernah bertemu lesbian. Aku cuma merasa …yahhhh cakep gitu kok gay sih, mbok jangan gay dong, spy bisa kudekati hahaha

    Balas
  24. Hai bro, salam kenal..
    Perkenalkan nama saya robi, sampai saat ini saya seorang homoseksual pasif, pasif karena saya jarang beraktifitas seksual secara homoseksual.
    Terima kasih atas pendapat teman2 semua, sungguh sulit menemukan orang2 yang berpikiran terbuka. Saya sendiri sadar kalau saya menyukai sesama jenis dan berusaha apa adanya, walau belum terbuka setidaknya saya sudah menerima keadaan diri sendiri. Memang benar menjadi homoseksual itu pilihan, saya agak tidak setuju kalau homoseksual itu sudah dari lahir, apapun itu setiap manusia yang dilahirkan masih suci dari hal2 negatif. saya hanya mencoba menerima hidup ini apa adanya, dalam semua diri semua manusia ingin menjadi pribadi yang lebih baik, tapi semua itu tergantung seberapa besar niat dan usaha dari masing2. Saya sadar ketertarikan saya dengan sejenis takkan pernah hilang, minimal saya bisa meminimalisirnya, dan Insya Allah saya sudah memutuskan untuk menikah. Homoseksual hanya masalah orientasi, selebihnya dari itu kita sama manusia seperti lainnya, yang mempunyai perasaan dan keimanan, walau memang kita sadar perilaku kita memang salah, mudah2an ini menjadi pelajaran hidup yang berharga untuk saya. Wassalam

    Balas
  25. pengaruh sodom gomora Mas
    dalam cerita itu kita mendapat doktrin yg menjadikan sesksualitas sejenis adalah kesalahan dari kesalehan manusia
    tp buat aku pribadi silakan melemparkan batu untuk yg pertama kali bagi dia yg menganggap dirinya layak melempar batu

    Balas
  26. Jijay banget homo. Bikin cepet kiamat. Bertobatlah. Ingat Sodom dan Gomora

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.