Hipstamatic

9 Sep 2010 | Cetusan

Ada protes yang dilayangkan ke mailbox-ku beberapa hari silam terkait dengan galeri foto yang kusajikan di postingan sebelum ini. Begini isinya,
“Don, loe kenapa pasang foto-fotonya aneh gitu? Kayak foto tahun kuda, kabur gitu sih?”
Hehe, baiklah….
Foto-foto yang kujepret saat acara syukuran ulang tahun istriku hari minggu lalu itu memang sengaja kujepret dengan menggunakan ‘mode’ seperti itu.
Aku sedang tergila-gila pada aplikasi iPhone yang bernama Hipstamatic! Hipstamatic adalah aplikasi seharga 2.95 AUD yang bisa diinstall di piranti iPhone dan memanfaatkan kamera yang menempel (embed) di iPhone serta pengolahan gambar digital, ia menghadirkan foto-foto dalam nuansa kuno/analog ala 1970-1980an. Hipstamatic sendiri aslinya adalah nama sebuah kamera yang digagas pada November 1982 oleh Bruce and Winston Dorbowski dengan tujuan awal membuat kamera dengan harga lebih rendah dari kamera yang sedang beredar di pasaran kala itu. Ada beberapa hal yang menarik yang perlu kuceritakan terkait dengan Hipstamatic ini.
Proses olah digital yang disamarkan dengan proses pemotretan
Kalau kalian motret dengan kamera digital lalu memainkan efek-efek digital di software pengolah gambar sehingga menimbulkan efek kuno/analog, itu adalah dua proses yang tak bisa disatukan yaitu, memotret lantas mengolah. Nah, dengan Hipstamatic ini kita tak perlu lagi mengolah karena proses pengolahannya telah dikerjakan aplikasi dan seolah-olah disatukan dengan proses menjepret, modularisasi. Jadi, begitu kalian menjepret, tampilan mengisyaratkan proses tunggu untuk “developing” beberapa detik dan jadi!
Lensa, Film dan Flash ‘lepasan’
Satu hal yang menarik dalam menjalankan hobi fotografi adalah bagaimana kita mampu memfasilitasi ide dan obyek pemotretan dengan mengkombinasikan alat fotografi terutama dengan lensa serta flash yang bisa diganti-ganti, lepasan. Namun, yang jadi tak menarik adalah ketika itu semua harus berhadapan dengan yang namanya biaya. Tentu kalian semua mengerti betapa beratnya menjalankan fotografi sebagai hobi karena mahalnya piranti-piranti seperti lensa dan flash bahkan konon ada banyak lensa yang harga satuannya sudah bisa untuk beli satu rumah jadi tipe sedang di kota-kota di Indonesia.
Nah, dalam aplikasi Hipstamatic, kita pun diberi keleluasaan untuk menambah lensa, flash dan bahkan film dengan cara membelinya secara terpisah di Application Store tentu dalam wujud virtual meski bayarnya ya tetap pake uang beneran.
Dibandingkan dengan beli lensa dan flash asli, ‘belanja’ di Application Store untuk kebutuhan ‘piranti fotografi’ Hipstamatic tak ada apa-apanya. Hingga saat ini, harga lensa maupun film dan flash tambahan dipatok tak lebih mahal dari sebungkus rokok yaitu sekitar 0.99 cent.
Murah bukan?
Motret tanpa mikir
Para pelaku hobi fotografi digital dengan taraf serius biasanya selalu mikir panjang sebelum motret karena mereka berorientasi pada bagus/tidaknya hasil foto mereka (dan semoga bukan karena mahalnya peranti fotografi yang telah mereka beli). Sementara dengan Hipstamatic, kita tak perlu mikir karena bisa dibilang hasil akhir pemotretan tak bisa ditebak tergantung keadaan objek dan bagaimana rangkaian lensa-flash-film mengolahnya. Barangkali ada yang bertanya, wah berarti semangatnya sama dengan apa yang ditawarkan dengan kamera-kamera jenis Lomography dong? Absolutely yes karena heyyy…. para pecinta lomography, bahkan kalian bisa menemukan sang legendaris helga lens di Hipstamatic lho!
Sebar… Sebarkan!
Kombinasi antara Hipstamatic dan Social Media (Flickr dan Facebook) adalah kerjasama yang apik. Selesai memotret dan melihat hasil, kalian bisa langsung mengunggah (halahh.. maksudnya meng-upload) hasil jepretan ke Facebook maupun Flickr. Jadi, nggak pake lama, kalian sudah bisa pamer ke teman-teman sejaringan tentang foto terbaru yang dipotret a minute ago! Meski demikian, khusus yang satu ini, aku menunggu feature tambahan untuk feature upload ke Google Photos/Picasa karena kebetulan aku tak menggunakan Flickr.
Nah, jadi buat kamu yang tiba-tiba mengirim pesan, di atas jawabanku :)

Sebarluaskan!

16 Komentar

  1. o..pantes.. skrg udah nga pake bb lg ya?? kok ngilang dr group ex rhema…

    Balas
  2. wah aku kok gak complain soal fotonya, karena aku emang suka :D
    dan aku tau kamu pasti sengaja maunya begitu hihihi…

    Balas
    • Saya pun demikian. Karena sang DV pasti ada alasan dibalik photo photo keluarga ituh. Blur with right proportion is art :)

      Balas
  3. Lama gak berkunjung kesini. Tadi saya kirain hispanic. Apa mata saya mulai lamur?
    Ah, umur gak bisa di bohongi…

    Balas
  4. Terkait soal iPhone photo di Indonesia ada komunitas iPhonography mas, pengguna iPhone yang ‘ngak lagi’ makai SLR tapi pakai iPhone. Nah, apa disana pun demikan ?

    Balas
  5. waaahhhh kereennnn terasa ademmmm gt liat hasil jepretanx………..
    MENONE mengucapkan
    SELAMAT HARI RAYA IDHUL FITRI MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN…………salam persahabatan

    Balas
  6. hmm … saya paling ndak bisa kalau mesti memodifikasi foto, mas don. apalagi kalau harus ngepasin angle pengambilan gambar. doh, bener2 gaptek saya.

    Balas
  7. wah gambarnya jadi keren tuh…serasa lawas dan klasik..

    Balas
  8. hehehehh keren juga yah.. gak perlu repot2 pake potosop

    Balas
  9. Sementara saya bersyukur Om, karena hingga saat ini saya belum memiliki rasa suka memotret. Yang, ternyata pirantinya amat mahal harganya.
    Salam kekerabatan.

    Balas
  10. hasilnya emang keren mas don, seperti photo kedua diatas.
    Mobilnya masa kini, tapi kesannya ada di tempo doeloe …

    Balas
  11. Kesan fotonya jadi kayak tempo doeloe ya…
    Kereeen

    Balas
  12. ada satu hal sing menyentuh * hasil foto bukan dari seberapa mahal alatnya * memberi angin pada orang yang seperti aku ming sneng jeprat jepret alate sak anane hehehe
    salut untuk cerita yang juga artikel ini

    Balas
  13. don’t think just shoot :D lomo bgt :D

    Balas
  14. ahhh,,,,aku suka sekali hasil2 foto kayak gitu mas,,apa yah,,,dia ga sekedar menampilkan obyek, namun juga menyeret kita kedalam suasana,,,
    :D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.