Hikayat Tattoo (5), El Shaddai

21 Apr 2010 | Cetusan, Hikayat Tattoo

Tulisan ini adalah rangkaian dari serial tulisan 'Hikayat Tattoo'. Untuk menyimak selengkapnya, klik di sini.

El Shaddai dalam bahasa Israel adalah salah satu gelar untuk Tuhan, Allah Maha Besar.
Aku jatuh cinta pada ungkapan “El Shaddai” sejak aku mengenal lagu dengan judul yang sama yang pertama kali kudengar pada awal dekade 2000 an silam.
Demikian liriknya,
Tak usah kutakut, Allah menjagaku
Tak usah kubimbang, Yesus pliharaku
Tak usah kususah, Roh Kudus hiburku
Tak usah kucemas, Dia memberkatiku

El Shaddai, El Shaddai, Allah Maha Kuasa
Dia besar, Dia besar, El Shaddai Mulia
El Shaddai, El Shaddai, Allah Maha Kuasa
BerkatNya berlimpah, El Shaddai

Aku tak berani bilang bahwa lagu itu menguatkan hidupku karena bagaimanapun juga Tuhanlah yang melakukannya, namun aku harus berani menyatakan betapa lagu dan lirik lagu itu adalah salah satu penyulut yang menyadarkanku kembali bahwa ada Something yang menjaga, memelihara dan menghibur hingga akhirnya memberkati sepanjang hidupku.
Maka jadilah! El Shaddai dalam konteks ‘kata’ kuletakkan pada urutan paling puncak konsep tattooku selanjutnya.
Namun semua tentu tak selesai hanya dengan menorehkan kata ‘El Shaddai’, itu jauh dari rasa puasku!

Konsep tattoo El Shaddai (Gambar asli)


Aku lantas memanfaatkan waktu sekitar sebulan lamanya untuk menerjemahkan El Shaddai dalam bentuk gambar sehingga bisa menjadi sesuatu yang lebih bermakna implisit ketimbang hanya tulisan saja.
Bersumber pada lirik lagu itu tadi, aku lantas berpikir tentang konsep yang sangat teknis dalam lingkungan Gereja Katolik Roma, Tritunggal Maha Kudus. Aku tak kan menjelaskan di sini seperti apa itu karena aku sendiri pun sejatinya tak mengetahui barang secuil kukupun dari konsep suci ini.
Tapi yang jelas, sebagai penjabaran konsep tattoo ‘El Shaddai’ itu, aku lantas memilih figur Yesus dan burung merpati sebagai Roh Kudus. Lalu, figur apa yang menjadi Bapa?
Dan, ini adalah pertanyaan yang paling susah untuk kujawab!
Semula aku berpikir Bapa sebagai matahari.
Tapi kupikir ini juga kurang tepat karena matahari adalah barang ciptaan seperti halnya manusia.
Lantas setelah mencari referensi, Bapa dalam sastra lama sering dilukis sebagai orang tua berjenggot yang bijaksana.
Tapi instingku menolak karena ia akan lebih tercitrakan sebagai Abraham, Nuh ataupun Musa atau kalau tidak, hey apakah Bapa itu adalah manusia?
Dan akhirnya, pikiranku menuju ke sebuah pemikiran bahwa Bapa kulukiskan sebagai sebuah ruang.
Sebagai sesuatu yang memberi ruang kepada Yesus dan Roh Kudus untuk berkarya.
Dan karena ruang itu tak bisa dilukiskan dalam gambar, maka kuimbuhi cahaya di dalamnya.
Bagiku, cahaya bisa tampak jika ada ruang dan oleh karenanya aku tak mewakilkan Bapa sebagai cahaya, tapi ruang dengan cahaya menunjukkan bahwa Bapa itu ada.
Malam itu juga sketsa kasar kurampungkan dengan terus memperdengarkan lagu El Shaddai dari pemutar mp3 ku.
Sekitar pukul satu malam semuanya terselesaikan dan segera kukirim sms ke Munir
“Gambarku wes dadi.. Secara filosofi rodo abot tur kowe ra sah mbahas sing penting nattoo hehehe”
Tak lama kemudian Munir pun menjawab “Yes! Tentukan tanggal Mas Bro!
Dan kurasakan Tuhan semakin berada di pihakku!

Sebarluaskan!

24 Komentar

  1. edyan filosofi tattoo nya top tenan, tapi saya agak kecewa karena gak ada cerita menyeramkan disini :lol:

    Balas
  2. Ko ga ada potonya Mas? Kan itu yang gw tunggu2 :-)

    Balas
  3. Fotonya tatoonya duong……!

    Balas
  4. lha photonya mana to Don!! dari tadi wis tak baca kata demi kata..berharap ada photo penutupe, je!!

    Balas
    • +100 — We want foto! :O

      Balas
  5. ohhh ini konsepnya :p

    Balas
  6. Om, kenapa burung merpati, sebagai simbol Roh Kudus, ada di ujung tangan Yesus sebelah kanan? Apa ada makna khususnya?

    Balas
  7. Blog kamu ini tidak bisa dibuka kalau pakai indosat. Pakai speedy baru bisa.
    Aku menunggu foto tattoonya, dimanakah letak tattoo itu. Kalau filosofinya, memang luar biasa filosofi yang dirimu tuangkan dalam sketsa tattoo itu.

    Balas
  8. dan blogmu agak susah kalau dibuka dengan telkomsel flash mas :D
    btw…apapun yang kamu yakini tentang tatoo aku sangat salut mas! ternyata ada yg orang bertatoo seperti kamu :D

    Balas
  9. ini bukan ending kan? hehe

    Balas
  10. ditunggu sambungan ceritanya Mas, ini masih terlalu menggantung :-P

    Balas
  11. kiro2 hikayat tatto kiy nganti jilid piro yo? :P
    hihihihi….
    *mikir sambil mbayangke sambil nyender ngisor wit bringin*

    Balas
  12. Wuih…ternyata tulisanmu terutama soal penggambaran Allah Tritunggal cukup dalam yo….ra nyongko aku wkwkwkwkw

    Balas
  13. pokoke foto tatto asline kudu nongol!!!!
    (asal jangan yg gundala putra petir!!! wakakakak)

    Balas
  14. Konsep tatoonya keren euy.
    Saya dulu pernah punya keinginan tuk bertatoo
    Tapi gak kesampaian. Hingga sekarang, keinginan itu tak ada lagi

    Balas
    • Kata-kata ‘gak kesampaian’ itu cuma ada di kamus orang mati, Mas ;)
      Ayo tattoo! :)

      Balas
  15. hmmmm….ketoke ketagihan tatto tenan ki….
    posting berikutnya, pasang fotone!

    Balas
  16. Wow filosofi tatoo yang bagus!!
    spt-nya tatoo yang ke-5 ini yang konsepnya paling jelas hehe ;p
    iya negh ko ga ada foto jadinya??? penasaran gmana hasil akhirnya…..
    trus dipasang di bagian tubuh mana negh?? punggung yah??……

    Balas
    • Udah update, Bos.. silakan refresh blog saya hehehe

      Balas
  17. Don….hebat deh, lha tato ternyata bisa punya filosofi tinggi seperti itu.
    Ntar kalau ketemu Donny, mau ahh dengerin soal filosofi tatomu…pasti asyik deh

    Balas
    • Sip, Bu! Sambil ngopi kita cerita-cerita, nggih…

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.