• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Hikayat Tattoo (2), sejarah yang berkelanjutan

3 April 2010 38 Komentar

Tulisan ini adalah rangkaian dari serial tulisan 'Hikayat Tattoo'. Untuk menyimak selengkapnya, klik di sini.

Suatu malam, setelah tattooku yang pertama mulai mengering, sembuh dari luka pembuatannya, Martho, teman baikku berujar padaku, demikian. “Don, smalam aku mimpi kakimu dua-duanya bertattoo dari bawah sampai atas!”
“Hah? Atas gimana maksudmu?”
“Ya, atas, sampai segini!” ujarnya sambil mengangkat celana pendeknya hingga ke pangkal paha.?Akupun tergelak dibuatnya. Bagiku, apa yang diimpikannya adalah hal yang mustahil ketika itu.
“Segila-gilanya aku, nggak mungkin lah sampe sepanjang itu…” tukasku menutup pembicaraan.
Namun pada kenyataannya, tak sampai sebulan sesudah tattoo pertamaku jadi, aku sudah ingin ditattoo lagi! Ada semacam kerinduan untuk merasakan proses pembuatan dan kepuasan ketika melihat hasilnya. Ketagihan? Barangkali, tapi yang pasti, pada titik itu aku belum bisa menyebutkan perasaan itu demikian.
Segera saja kukontak Munir untuk bertanya apakah kira-kira ia punya ide untuk melanjutkan tattooku karena, seperti pada tattoo yang pertama, aku tidak memiliki secuil konsep pun mau dibuat seperti apa tattooku selanjutnya.
Jawaban yang ditunggu pun datang dari mulut Munir.?Ia menyuruhku datang untuk berdiskusi tentang tattoo selanjutnya. Diskusi berlangsung menyenangkan. Munir tampak senang dengan hasil tattoo pertamaku. Ia bilang bahwa karakter kulitku yang tak terlalu hitam membuat tinta-tinta yang ditorehkannya terkesan menyala.
“Jadi, gimana Nir?”
“Gimana apanya?”
“Ya gambarnya… kamu sudah ada?”
“Oh, belum! Eh tapi kan tinggal melanjutkan aja dari yang sudah ada ke atas sampai ke lutut!”
Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat apa yang diimpikan Marto tadi namun ah… itu hanya ilusi.?Pada kenyataannya saat ini aku sedang direncanakan untuk ditattoo hingga lutut dan bukan paha!
Hari pelaksanaan dan harga pun disepakati!?Aku pergi ke ToxicTattooPark pada hari yang telah ditentukan.?Deg-degannya kurang lebih masih sama dengan apa yang kurasakan pada saat tattoo untuk yang pertama kalinya.?Namun kali ini lebih ke soal sakit tidaknya ketimbang tentang bagaimana nantinya menghadapi orang-orang yang masih alergi terhadap tattoo maupun mereka yang ingin memberikan penilaian baik dan buruknya desain tattooku nanti.
Ketika tinta-tinta dimasukkan ke lapisan bawah kulit lewat jarum-jarum yang tergerak oleh dinamo, aku juga tak merasa sedang mengukir sejarah yang baru. Bagiku, tattoo kedua adalah lanjutan dari tattoo pertama, dimana sejarah untuk pertama kali digulirkan.
Dan tak seperti sesudah pembuatan tattoo pertama, aku tak memutuskan untuk pergi ke Jazz Coffee atau ke rumah teman sekadar memamerkan tattoo keduaku itu.?Aku memilih untuk langsung pulang dan melanjutkan hidup seperti biasa.?Mauku memang demikian, menganggap tattoo sudah lagi bukan barang asing maupun mewah. Ia harus kuanggap sebagai sesuatu yang tak lebih dari sekadar bagaimana layaknya kita harus menghirup nafas agar tetap hidup dan makan supaya tetap kenyang…

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan, Hikayat Tattoo Ditag dengan:hikayat tattoo

Tentang Donny Verdian

DV, Superblogger Indonesia. Ngeblog sejak Februari 2002, bertahan hingga kini. Baca profil selengkapnya di sini

Reader Interactions

Komentar

  1. oglek mengatakan

    3 April 2010 pada 4:57 am

    Ketika tinta-tinta dimasukkan ke lapisan bawah kulit lewat jarum-jarum yang tergerak oleh dinamo

    Mengerikan!! gak berani membayangkan deh sakitnya.
    BTW sekarang punya tato berapa mas dab?

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:23 pm

      Heheheh soal berapanya… nantikan kelanjutan kisah ini, Glek :)

      Balas
      • Arham mengatakan

        6 April 2010 pada 5:51 pm

        kayaknya mas DV bakal ngebuat tattoo lagi nih

        Balas
  2. wahyurez mengatakan

    3 April 2010 pada 5:55 am

    wow.. keren! bayarnya berapa tu ya? :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:23 pm

      Murmer :)

      Balas
  3. Dewa Bantal mengatakan

    3 April 2010 pada 8:39 am

    Ini malah rodok medeni buatku… koyok koreng… atau habis jatuh, terus itu luka yang terbuka sek kocrot2 darah e huahahaha….

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:24 pm

      Hehe, dari caramu menilai, aku jadi mahfum kenapa kamu urung bertattoo, Ka :)
      hehehehehe

      Balas
  4. Riris mengatakan

    3 April 2010 pada 12:53 pm

    sampai sekarang..kendatipun aku (kadang) kepingin punya tatto..tetep aja gak tertarik membayangkan dan merasakan pedihnya kulitku disayat2…
    Btw, mau nambah tato dimana lagi, Don? :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:25 pm

      Dalam tattoo tidak ada penyayatan kulit… Yang ada cuma penanaman tinta dengan cara ditusuk ribuan kali dalam menit dengan kedalaman sekitar 2 mm saja.. nggak sakit kok (bohong mode is ON)

      Balas
  5. edratna mengatakan

    3 April 2010 pada 1:07 pm

    Aha…saya masih membayangkan sakitnya……

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:26 pm

      Jangan dibayangkan, Bu! :)

      Balas
  6. Yessi mengatakan

    3 April 2010 pada 3:33 pm

    aku emoh tattonan ah nek loro ngunu kuwi…nek tatto tempel aku gelem.. :P
    xixixixixiix…

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:30 pm

      Tempel nganggo lambe.. Gelem?:)

      Balas
      • Yessi mengatakan

        6 April 2010 pada 5:03 pm

        wakakakakakkka…..hemoh!!! :P

        Balas
  7. haris mengatakan

    3 April 2010 pada 4:23 pm

    jadi ingat kisah dalam salah satu buku seri supernova-nya dee. tentang seorang tukang tato yang juga backpaker. dunia yang menarik, mas.

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:51 pm

      He eh.. dunia slalu menarik kalau kita bisa menikmatinya, Mas :)

      Balas
  8. sawali tuhusetya mengatakan

    3 April 2010 pada 8:35 pm

    wah, ternyata oengalaman bertattoo mas donny sudah sampai sejauh itu. pasti mantab dan keren, mas don, hehe …

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:52 pm

      Hehehe, makasih Pak Sawa…

      Balas
  9. Susan Noerina mengatakan

    4 April 2010 pada 6:51 am

    Mas, gambarnya kerenan tattonya Odie yang di leher :-)

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:55 pm

      hehehehe… semua keren menurut saya :)

      Balas
  10. zee mengatakan

    4 April 2010 pada 11:33 am

    Hebad jg munir ya, soalnya bisa melanjutkan konsep tattoo-nya, jadi kesannya semua tattoo itu sekali buat. Cool dah emang klo bcr tattoo..

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:56 pm

      Ayo tattoo! :)

      Balas
  11. antyo rentjoko mengatakan

    5 April 2010 pada 3:05 pm

    Sampai sekarang, eh apalagi sekarang, saya gak berani menato diri karena:
    1. Saya pembosan. Repot menghapusnya
    2. Ternyata saya memang gak begitu berminat, sejak dulu :D
    Tapi itu soal pilihan to?

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 3:59 pm

      Betul, Man.. soal pilihan..
      Jadi Paman milih letak tattoo yang sebelah mana enaknya? *loh*

      Balas
  12. bukan detikcom mengatakan

    5 April 2010 pada 7:42 pm

    Memang cenderung ketagihan sih…yang perlu diingat kalau berniat menambah tatto sebisa mungkin ditempat yang tidak rentan mengendur ketika di makan usia mas. Kalo ndak nanti gambarnya berantakan kalo kulit dah gak kenceng. :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 4:00 pm

      Siap, Gan! ;)

      Balas
  13. vizon mengatakan

    6 April 2010 pada 1:22 pm

    aku dah baca yang jilid 1, komennya di sini aja ya…
    soal bertato memang soal pilihan Don, terlepas dari persoalan-persoalan normativ. akar budaya dan agama yang masih melekat kuat di masyarakat kita, cukup membuat tatto berimej kurang baik. perlu waktu untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa tatto juga bagian dari seni.
    hanya saja, kesan buruk di masyarakat bagi para pemilik tatto, juga dikarenakan sikap yang ditunjukkan oleh mereka. rata-rata para pemilik tatto dekat dengan kehidupan “gelap”. maka, jika ada orang “baik-baik” yang bertatto, tetap saja dianggap “buruk” oleh masyarakat kita…
    so, terlepas dari persoalan-persoalan itu, aku tetap tidak mau ditatto… mau tau kenapa? karena aku musuhan sama jarum suntik, huahahaha… :D

    Balas
    • Donny Verdian mengatakan

      6 April 2010 pada 4:06 pm

      Sepakat dengan pola pikirmu, Uda….
      Pola pikir moderat yang mendamaikan semua kalangan….
      Salut!

      Balas
  14. boyin mengatakan

    9 April 2010 pada 5:58 pm

    wah..wah..banyak juga yah tatoonya..gileee

    Balas
  15. nanaharmanto mengatakan

    9 April 2010 pada 9:18 pm

    hmm…. aku tetap emoh bertatto… kayaknya sakit deh Don… ngeri aku…

    Balas
  16. Ria mengatakan

    14 April 2010 pada 3:35 pm

    serem mas…mmmm…
    *lanjut baca yg ketiga*

    Balas
  17. imadewira mengatakan

    22 April 2010 pada 5:03 pm

    sudah tidak surprise lagi ya?

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT