• Skip to primary navigation
  • Skip to main content

Donny Verdian

superblogger indonesia

  • Depan
  • Tentang
  • Arsip Tulisan
  • Kontak

Hikayat Tattoo (11), penguat yang sesungguhnya

25 April 2013 3 Komentar

Tulisan ini adalah rangkaian dari serial tulisan 'Hikayat Tattoo'. Untuk menyimak selengkapnya, klik di sini.

Tahun berganti.
Dan seperti yang dikatakan Munir, semangat baru untuk melanjutkan proses penyelesaian tattoo di kaki kiri akhirnya muncul.

Lebih dari dua bulan setelah tattoo terakhir pada Oktober 2005 yang kuceritakan di tulisan ini, aku mencoba untuk sama sekali tak memikirkan tattoo. Celana-celana panjang yang semula kuparkirkan sejak aku bertattoo pun kukenakan lagi sekadar supaya aku ‘lupa’ untuk sementara waktu bahwa aku bertattoo dan ada tattoo yang belum jadi. Berbagai kesibukan lain yang tak berhubungan dengan tattoo pun kujalankan. Salah satunya adalah mencoba menghadiahi diri sendiri dengan berbagai macam hal karena telah lepas dari rokok yang menjerat 14 tahun terakhir, ketika itu.

Alhasil, tepat tanggal 1 Januari 2006, ketika mencoba memasukkan ‘Selesaikan Tattoo!’ sebagai resolusi tahun itu, aku menemukan sebuah kesukaan yang baru, sebuah semangat yang menggebu-gebu untuk segera melanjutkan proses pembuatan tattoo dan menyelesaikannya. Usaha untuk menaikkan semangat menyelesaikan tattoo tak hanya berhenti di situ, aku juga memilih tattoo pertama yang akan kubuat pada awal tahun itu adalah sosok utama yang menjadi konsep penggarapan tattoo di kaki kiriku, Maria!

Karena ini adalah penggarapan tattoo untuk sosok utama, aku lantas berpikir bahwa ada baiknya untukku bersama Munir sekali lagi duduk dan berdiskusi mempertajam konsep ke dalam draft jadi. Lalu kamipun bertemu pada awal tahun itu.

Mengunjungi Munir di studio tattoonya setelah sekian lama mau tak mau pun ikut mengangkat kembali semangat untuk melanjutkan tattoo. Studio itu tampak semakin ramai terutama dengan semakin banyaknya janjian tattoo yang jadwalnya terbaca di ruang tunggu.

Selama lebih kurang satu jam kami lantas berdiskusi. Aku membawa kembali konsep awal ‘Maria’ dan Munir mulai mengonsepnya di atas kertas gambar. Beberapa improvisasi yang dibuat Munir pada gambar Maria kubatalkan meski itu hanya beberapa yang menurutku bukannya lepas dari konsep tapi lebih ke faktor suka-tak suka saja. Di akhir pertemuan, kudapati nyaris tak ada perubahan dari konsep yang semula kuberikan kepadanya dengan hasil akhirnya. Satu hal yang kutekankan hanyalah, “Nanti kulit Maria-nya nggak perlu diwarna biar pakai warna kulitku yang asli!” Hal ini kulakukan supaya ia, Maria, punya tone kulit yang sama dengan Yesus yang ada di kaki kanan yang juga menggunakan warna kulitku.

“Munir benar, ada yang membuatku jadi lebih tahan sakit… Seseorang yang sedari tadi menunggu proses pembuatan tattooku…”

Gambar ‘jadi’ Maria kubawa pulang bukannya untuk kupelajari tapi lebih untuk kusimak beberapa kali dan ketika misalnya ada ide baru yang perlu ditambah/kurangkan aku bisa langsung menghubungi Munir. Adapun tanggal pelaksanaannya sendiri hingga sepulang dari tempat Munir, aku belum menentukan. Tapi dilongok dari kelonggaran waktu, aku mengonfirmasikan pada Munir bahwa pertengahan ataupun akhir Februari 2006 adalah waktu yang tepat terutama dari sisi keuangan, proses pembuatan tattoo gambar utama memerlukan waktu dan perhatian yang lebih panjang otomatis juga lebih mahal harganya!

Sebulan lebih setelah gambar jadi dan kusimak beberapa kali, praktis tak ada perubahan baru yang kuusulkan.?Pada sebuah minggu tak lama sebelum bulan kedua di tahun 2006 berakhir, Perawan Suci Maria ditahtakan gambarnya di kulit kaki kiriku.?Prosesnya benar-benar ringan, beda jauh dengan tattoo-tattoo semula bahkan dibandingkan ketika ditattoo untuk gambar Yesus yang penuh perjuangan itu, kali itu tak ada apa-apanya! Aku hanya merasakan sedikit perih ketika memasuki akhir pembuatan atau sekitar 3 jam sesudah tinta pertama ditorehkan!

“Sangar, Don!” ujar Munir ketika menutup sesi pembuatan tatttoo kali itu.
“Apane?” tanyaku.
“Staminamu… daya tahanmu terhadap rasa sakit! Beda kan?”
“Hehehehe.. Lumayan! Bener katamu, tahun baru semangat baru!” jawabku.

“Ah, tapi ada yang lebih dari itulah yang mbikin kamu jadi sangar ditattoo hari ini!” goda Munir.

Aku hanya tersenyum. Munir benar, ada yang membuatku jadi lebih tahan sakit waktu itu. Seseorang yang sedari tadi menunggu proses pembuatan tattooku di ruang tamu studio dan asyik mengobrol bareng Ajeng, istri Munir, lah penyebabku kuat hari itu.

Siapakah dia? Orang yang kukenal dan tak hanya menguatkanku dalam proses pembuatan tattoo seperti kuceritakan di atas tapi juga menguatkan hidupku dulu, kini dan nanti… ya siapa lagi kalau bukan Joyce! Istri dan ibu anak-anakku. Ketika itu ia masih jadi pacarku.

ps. Don! Mana foto tattoo Maria-nya? Aha, untuk yang satu ini kusimpan dulu.. akan kupamerkan nanti ketika semua rangkaian cerita ini telah jadi!

Sebarluaskan!

Ditempatkan di bawah: Cetusan, Hikayat Tattoo Ditag dengan:hikayat tattoo

Tentang Donny Verdian

Donny Verdian born in Indonesia, 20 Dec 1977. He moved to Sydney, Australia in 2008. Donny is a songwriter, singer and musician. He's also known as Superblogger Indonesia.

Reader Interactions

Komentar

  1. totok mengatakan

    26 April 2013 pada 11:50 am

    tattomu berkonsep hingga indah dilihat tatto tanpa konsep akan menjadi gembar tempel di tubuh sip sip salut

    Balas
  2. applausr mengatakan

    26 April 2013 pada 2:10 pm

    jadi penasaran nih mau melihat semua tatoo di badanmu Don.. keren ah…..

    Balas
  3. Zizy Damanik mengatakan

    27 April 2013 pada 1:42 pm

    Kamu memang canggih, Don.
    Bertattoo, sangar, tapi juga lembut di dalam…. plus sayang keluarga….

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

  • Depan
  • Novena Tiga Salam Maria
  • Arsip Tulisan
  • Pengakuan
  • Privacy Policy
  • Kontak
This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish.Accept Reject Read More
Privacy & Cookies Policy

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these cookies, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may have an effect on your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. This category only includes cookies that ensures basic functionalities and security features of the website. These cookies do not store any personal information.
Non-necessary
Any cookies that may not be particularly necessary for the website to function and is used specifically to collect user personal data via analytics, ads, other embedded contents are termed as non-necessary cookies. It is mandatory to procure user consent prior to running these cookies on your website.
SAVE & ACCEPT