Hikayat Tattoo (3), sakit yang tak terperikan

10 Apr 2010 | Cetusan, Hikayat Tattoo

Tulisan ini adalah rangkaian dari serial tulisan 'Hikayat Tattoo'. Untuk menyimak selengkapnya, klik di sini.

Juni 2003. Pembuatan tattoo yang ketiga adalah pengalaman yang sangat berharga. Letaknya di bawah betis, mata kaki hingga sedikit menutupi punggung telapak kaki kanan. Kukatakan berharga karena pada fase ini aku menemui kenyataan bahwa sakitnya ditattoo di daerah itu adalah sesuatu yang nyaris tak terperikan.
Semula aku berpikir bahwa proses pembuatan tattoo yang paling menyakitkan adalah di daerah-daerah yang memiliki kulit tipis dan bertulang keras seperti betis bagian depan misalnya. Tapi aku salah besar, justru bagian yang berupa engsel, berkulit tebal dan tak memiliki tulang adalah bagian yang paling menyakitkan untuk disusupi tinta ke dalamnya.
Besar tattoo yang kubuat tak terlalu besar, lebih kecil ketimbang yang kedua malah, namun proses pembuatannya memakan waktu sampai lebih dari dua jam. Selama itu, aku lebih banyak meminta Munir untuk berhenti menattoo, beristirahat sebentar dan melanjutkannya lagi. Begitu terus, berulang-ulang…
Tak hanya itu, bila pada pembuatan tattoo sebelumnya aku masih bisa berpikir untuk ‘ngelayap’ terlebih dahulu ketimbang langsung pulang, tapi kali itu, aku tak memiliki pemikiran lain selain langsung pulang dan beristirahat untuk memberikan tubuh terutama bagian yang ditattoo untuk melakukan pemulihan.
Nyaris seminggu setelah ditattoo aku juga tak melakukan kegiatan apapun.?Untung aku dulu bisa memilih tidur di kantor sehingga tak memerlukan banyak jalan untuk beraktivitas.
Tak hanya itu, pada hari kelima , hari dimana seharusnya tattoo mulai sembuh, yang terjadi justru sebaliknya.?Engsel mata kaki, betis bagian bawah hingga punggung telapak kakiku mengalami pembengkakan yang cukup jelas akibat pembuatan tattoo. Suhu tubuh pun kurasakan naik meski tak terlalu banyak dan seluruh badan sangat tak nyaman untuk digerakkan.
Pada titik ini aku hampir menyerah. Tak henti-hentinya aku merutuki diri sendiri kenapa harus terus menerus ditattoo kalau akibatnya seperti itu.?Kuputuskan untuk pergi ke dokter meminta obat penyembuh dan diberikannya aku antibiotik serta obat penurun demam.
Tiga hari aku bedrest dan pada hari keempat ketika aku mulai beraktivitas, tattoo yang paling menyakitkan pembuatannya itupun mengering serta mengelupas indah. Aku begitu membanggakan tattoo di mata kakiku itu karena tingkat pembuatan serta lama dan beratnya pemulihan yang harus kulakukan untuk mendapatkannya.
Akupun kembali mengutuki diri sendiri kenapa empat hari sebelumnya aku sempat mengutuki diri karena terus menerus ditattoo…

Sebarluaskan!

41 Komentar

  1. tato..sekarang (mungkin) sudah menjadi bagian dari mode
    Salam Hijau

    Balas
    • Harusnya tattoo ngga bisa dijadikan sebagai bagian dari mode karena mode itu akan timbul tenggelam tapi tattoo sifatnya permanent.. :)

      Balas
  2. …. tambah lama tambah ngeri aja ceritane…
    Kayaknya yang bagian atas perlu kamu terusin deh, sampe selangkangan. Ayo Don, kamu bisa!

    Balas
  3. Wah Mas emang tuh kalo yang namanya di telapak kaki sakitnya bisa 1000 berlipat gana dari bagian2 tubuh lainnya.
    Wong gw waktu operasi mata ikan, dianastesi di telapak kaki, sakitnya ga ketulungan (disuntik ampe 3x). Sampe gw bilang ke dokternya “Dok, ga bisa kah disuntiknya di tangan ajah?”
    Hahaaha, kumat deh dodolnya!!!
    Nah ini ditatto??? Wah kebayang gimana sakitnya…..

    Balas
  4. Ek koreksi dikit Mas komen yang atas, tadi ngetiknya terburu2 (soalnya Zahia bangun minta nenen hehehe) :
    “Wah Mas emang tuh kalo yang namanya ditusuk2 jarum di telapak kaki, mata kaki, dan daerah sekitarnya sakitnya bisa 1000x (berlipat ganda) dari bagian2 tubuh lainnya”.
    Hehehe, sekian koreksinya Mas DV. Thanks :-)

    Balas
    • Mbak, jangan bayangin ditattoo itu seperti ditusuk waktu disuntik lho…
      Ditattoo itu cuma dimasukin jarum sedalam 2mm dalam jangka waktu yang lama…
      Nah, yang bikin sakit itu kupikir karena jangka waktu yang lama itu tadi…

      Balas
  5. semakin menarik ceritanya… aku tunggu kelanjutannya Don
    *gelar tiker, ambil kacang goreng*

    Balas
    • Hahahaha, semoga kisahku ini memberikan ilham kepadamu pentingnya arti sebuah keberanian menerabas aturan… rumah tangga hahahahaha *mlayu!*

      Balas
  6. kemarin2…aku cuma pringas-pringis mbayangke perihe.. hari ini aku sampe nahan napas mbayangke larane…
    yuk..ndang diteruske leh crita!! Ditungguuu…
    (aku makin tak mau ditatoooo!!)

    Balas
    • Persis sama perasaanmu denganku…. semakin pedih baca postingan hikayat tatto ini dan semakin kecil nyaliku untuk ditato huahaha.

      Balas
    • Hehehehehe, hanya orang-orang tertentu yang dipilih Tuhan untuk ditattoo :)

      Balas
  7. aku bacanya to be honest sampai ngilu gigiku..ngerasain gimana sakitnya..heee

    Balas
    • Lha, kalau ditattoo gigi ya emang sakit, Mas Bro :)

      Balas
  8. Rada bingung, ini nyeritain tatto ketiga yang no. 4 (gambar), yang lebih kecil dari no.3 (gambar)?

    Balas
    • Hehehe kamu jeli… maksudku aku memang sedang bercerita yang kecil

      Balas
  9. Om, aku setelah baca ini, tertarik juga baca yang pertama. Akan tetapi, yang kedua belum sempat kubaca. Lain kali mungkin kubaca. Ternyata proses bertatto itu sungguh-sungguh melibatkan semua aspek, ya Om. Eehhhmmmm…. Salam kekerabatan.

    Balas
    • Hehehe, sebenernya nggak melulu melibatkan semua aspek kok, cuma saya aja yang kerepotan sendiri melibatkannya hehehehe

      Balas
  10. jiyan, cuma demi gambar kok sampe segitu perjuangannya. Ditunggu kelanjutannya

    Balas
    • Hehehehe, hidup ini adalah (PDI) perjuangan, Glek! ;)

      Balas
  11. wah bagian betis sama perut itu emang yg paling sakit, kan.. saya kebetulan jg punya tato tapi di lengan. rencana bikin lg di leher belakang.. kl di betis, mungkin harus doa dan puasa dulu supaya berani :lol:

    Balas
    • Hahahahah masalah berani -takut dengan bisa ditattoo atau nggak sebenernya tak saling berhubungan… Takut selama nekat ya pasti bisa…
      Jadi kapan ditatoo? Mau tattoo apa? :)

      Balas
  12. Cool !
    Saya tidak mengerti tato
    Tapi saya melihatnya seperti semburan api yang indah dari bawah menjulur ke atas di kakinya
    Apakah ada semacam simbolisasi di sana?

    Balas
    • Anda harus baca tulisan2 saya sebelumnya untuk mengetahui bahwa tidak ada simbolisasi apapun di tattoo saya sampe saat itu :)

      Balas
  13. Aihhh kalo sakit sampai sebegitunya, kayaknya mending aku gak ikut2an mentattoo kulit deh hihihi..
    Pengennya sih langsung mulus :D

    Balas
    • Hehehehe dibius dulu brarti.. tapi sensasinya ngga ada, Zee :)
      Sakitnya enak kok.. :) Trust me !

      Balas
  14. wah gak jadi deh. serem baca postingan sampeyan, hihihi…

    Balas
    • Hlah, iki kabeh mung apus-apus, Mbok ;)

      Balas
  15. weks mas…..
    aku gak pernah sedikitpun punya pikiran untuk ditatto permanen…pasti sakit banget kan!
    aku pernah punya tato yg bertahan seminggu di punggung bergambar mawar…dan itu seneng banget jika sedang memakai tank top :D tapi ya cuman seminggu soalnya tidak permanen.

    Balas
    • Nggak sakit banget.. kalaupun banget ya itu pasti terlewati setelah selesai..
      Seperti halnya masalah, tak ada satu sakitpun yang tak kan terlewati hahaha :)

      Balas
  16. Aku tetap milih nggak di tato Don…apalagi mendengar ceritamu ini…lha lihat darah aja udah lemes

    Balas
  17. persuasif!
    persuasif yg membuat orang ngeri ditato wkwkwkwk
    tapi kalimat penutup itu bagus.
    ibarat kata kalau pas proses menuju hal yang indah emang sakit dulu,
    dan pakai acara nyesel2
    tapi sesudahnya malah nyesel kenapa nyesel hehehe

    Balas
  18. Don, kalau kamu lihat wajahku waktu baca posting ini, mungkin kamu bakal ketawa ngakak, soalnya aku mewek terus … ngeriiii !!

    Balas
  19. don, aku tuh suka kalau liat gambar tatto yg bagus. cuma sampai sekarang ya aku nggak berani tatto-an. nggak kebayang sakitnya. dan membaca tulisanmu ini, aku ngeri loh. aku dulu pernah liat di TV, di daerah mana gitu, ada orang yg ditatto di sekujur tubuhnya. itu katanya tanda kejantanan atau apa gitu… orang itu kesakitan banget, tapi ya ditahan wong udah adat.

    Balas
  20. sesuatu yang memerlukan pengorbanan berat biasanya lebih berharga

    Balas
  21. wahhh,,,cerita nya jd pngen nambah dan nambah…
    ko di kaki aj mas???
    emang nya di bagian tubuh lain ga ada!!!

    Balas
  22. nah bingung nih aq, nulisnya pembuatan tatto ke 3 tapi cerita posisinya yg ke 4, mas broo, aq ini mau nambah di posisi yg ketiga jadi keder nih, yg sakit yg ditelapak kan??

    Balas
    • Nah kamu benar.. aku yang salah, maaf.. penomerannya agak kacau tapi kalau kamu baca semua tulisan di tagar hikayat tattoo, kamu akan menganggap bahwa penomeran yang salah itu tak penting karena ada banyak value yang kuceritakan yang semoga bermanfaat :)

      Balas
  23. Mas mau nanya,,tapi pas mas natto di olesi alkohol atau sejenisnya engga..
    apa engga di kasih apa2..?
    Tolong di jawab ya mas…terima kasih.

    Balas
    • Waktu ditattoo diolesi pelembab supaya selama tattoo kulit tidak mengeras karena luka.
      Alkohol diberikan saat selesai proses tattoo saja…

      Balas
  24. Selama gwe di tatto, paling sakit tu di dada bagian tengah.. ampe gigit baju baru nahan sakitnya.. hehhe

    Balas

Trackbacks/Pingbacks

  1. Yuk Nulis! » Blog Archive » Hikayat Tattoo (5), El Shaddai - [...] untuk mencintai, pelajaran untuk tidak menyesal, Hikayat Tattoo (2), sejarah yang berkelanjutan, Hikayat Tattoo (3), sakit yang tak terperikan,…
  2. Yuk Nulis! » Blog Archive » Hikayat Tattoo (6), Akhir yang bukan akhir - [...] untuk mencintai, pelajaran untuk tidak menyesal, Hikayat Tattoo (2), sejarah yang berkelanjutan, Hikayat Tattoo (3), sakit yang tak terperikan,…
  3. Tweets that mention Hikayat Tattoo (3), sakit yang tak terperikan | Donny Verdian -- Topsy.com - [...] This post was mentioned on Twitter by Donny Verdian. Donny Verdian said: Tattoo di mata kaki itu ruarrrbiasa sakitnya!…
  4. Hikayat Tattoo (4), Aku duwe konsep! « Aku « Donny Verdian - [...] Tulisan ini adalah tulisan keempat dari rangkaian serial “Hikayat Tattoo”. Sebuah usaha untuk melawan lupa tentang bagaimana aku merelakan…
  5. Hikayat Tattoo (6), Akhir yang bukan akhir ? Donny Verdian - [...] untuk mencintai, pelajaran untuk tidak menyesal, Hikayat Tattoo (2), sejarah yang berkelanjutan, Hikayat Tattoo (3), sakit yang tak terperikan,…

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.