Hidup, bagiku, haruslah diibaratkan sebagai sebuah perjuangan menanjaki tangga ke atas di dalam sebuah gedung yang bernama kehidupan.
Pergunakanlah otot paha dan betis sebagai sensornya.
Sejatinya, ketika kita menaiki anak tangga, keduanya haruslah terasa keras dan pegal.
Apabila otot menggembur dan tanpa perasaan pegal, berhati-hatilah, jangan-jangan kamu sedang memasuki tahapan melandai atau mendatar bahkan menurun!
Kalau sudah demikian, berlarilah secepatnya mencari tangga yang menghubungkan dengan lantai di atasnya lagi dan segeralah menaikinya, selama mungkin, semaksimal mungkin hingga mencapai atap gedung kehidupan tersebut.
Beberapa hari mendatang, kawan kerjaku, tetangga meja yang selalu membuat ramai suasana kantor harus pindah, pulang kembali ke negara asalnya, Jerman, padahal ia belum terlalu lama hinggap di Australia, baru 2,5 tahun.
Ketika kutanya kenapa ia memutuskan demikian, ia menjawab bahwa menurut analisanya, krisis ekonomi tampaknya sudah melalui titik terendah dan ia tak mau terlambat mengikuti kebangkitan ekonomi yang menurutnya akan datang sebentar lagi.
“Apa kamu tak takut itu hanya euforia pasar sesaat?” tanyaku padanya.
Ia menggeleng mantap.
“Atau barangkali siapa tahu ini hanyalah akhir dari awalan krisis dan kita akan memasuki inti krisis ekonomi global yang sebenar-benarnya?” tanyaku lagi.
Ia tetap menggeleng lebih mantap lagi dan kali ini disertai senyum penuh arti.
Optimis!
Lalu hari-hari terakhirnya di kantor menjadi hari-hari yang sangat menyibukkan baginya.
Mulai dari persiapan transfer pekerjaan ke calon penggantinya hingga ke soalan-soalan personal seperti bagaimana ia harus menjual mobil dan menutup kontrak apartementnya dan di saat bersamaan ia harus pula berhitung menyewa kamar hotel untuk tinggal serta mengontak penyewaan mobil untuk menyewa mobil selama masa tenggang setelah mobil terjual hingga kepindahannya pertengahan bulan ini.
Diantara banyak hal yang ia siapkan benar-benar, satu hal yang cukup membuatku geli adalah ketika ia bilang bahwa ia harus kembali bersiap menyesuaikan diri dengan iklim Eropa yang lebih dingin ketimbang Australia.
“Wah, seorang bule kok ya ternyata masih butuh penyesuaian untuk hal yang bernama perubahan cuaca, ya?” gumamku.
Pemandangan dari semua itu membuatku berpikir keras tentang satu hal, bagaimana kalau itu semua terjadi padaku?
Ah, tidak.. aku tidak sedang berbicara soal kepindahanku kemari dulu… Kalau itu kalian pastin sudah tahu dengan banyak menyimak tulisanku yang dulu-dulu di sini. Tapi ini menyoal satu hal yang dinamakan cita-cita untuk menjadikan apa yang ada sekarang ini sebagai batu loncatan ke fase kehidupan yang semoga lebih baik selanjutnya.
Jika terhitung dalam rencana Tuhan, aku dan keluarga sebenarnya ingin mencari hidup yang lebih baik lagi di Eropa atau Canada. Aku tak mau berlama-lama di sini dan entah kenapa, dua kawasan itu menurut kami adalah tempat yang lebih menyenangkan dan menjanjikan.
Aku jadi berpikir bagaimana akan sibuknya aku dan istriku (dan mungkin juga anak, jika Tuhan menganugerahkan) melakukan berbagai persiapan ini itu, membereskan banyak hal, menjual aset dengan perhitungan yang serba cepat dan harus tepat tak boleh terlewat.
Lalu belum lagi ketika sudah pindah.
Harus berpikir untuk menyesuaikan diri dengan sekitar, cuaca yang juga pasti lebih dingin ketimbang Australia, kendala bahasa jika memang harus pindah ke daerah yang tak berbahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia, dan masih banyak lagi.
Semua akan tampak terlalu sulit dan ribet, bukan?
Sepertinya iya, akan tetapi dengan pengalaman kepindahanku sendiri dari Indonesia ke Australia tahun lalu, juga melihat persiapan kepindahan teman yang kuceritakan tadi, aku percaya bahwa kalau memang sudah digariskan, maka aku pasti bisa dan ketidakbisaan hanyalah satu sikap permisif yang harus dihindari.
Bagiku, manusia adalah makhluk dengan kemampuan penyesuaian diri yang sebenarnya brillian.
Manusia tidak seperti segumpal plastik yang butuh dipanaskan untuk dijadikan sesuatu yang berguna, atau untuk ditransformasikan ke dalam bentukan lainnya. Tidak pula seonggok karet yang harus ditarik dan diulur dan kalau terpaksa harus pula dipanaskan untuk dapat dirangkai menjadi satu bentuk baru.
Manusia hanya butuh restu Ilahi dan kemauan.
Dimana ada kemauan untuk berubah, disitu ada kekuatan.
Dimana ada kekuatan disitulah dimulai sebuah usaha dan keberhasilan adalah seperti halnya memandang sebuah mangga ranum yang tergantung di pohonnya, menunggu jatuh pertanda masak; berhitung dengan waktu saja.
Jadi bagaimana?
Mau berubah atau tetap diam karena permukaan telah benar-benar datar?
Ayo berlari mencari dan kita naiki anak tangga lagi dan lagi!
weh fotonya keren, om
saya suka dng paduan warnanya
jadi kita naik hingga lantai berapa? :)
Makasih Om Edi :)
Naik semampunya, Bos :)
Kalau menurut aku hidup dan anak tangga itu seperti menaiki anak tangga 10 langkah, mundur 3 langkah. Naik lagi 15 langkah, mundur 5 langkah. Naik turun, dengan persentase turun lebih sedikit. Itu sih normalnya. Turun? Dapat terjadi karena jatuh, tergoda masa lalu, terperosok, atau sekadar reminder of something untuk mengambil yang ketinggalan. Catatan : mundur hanya berlangsung sebentar.
Dalam ilmu trading, ada istilah koreksi/retrace, di mana saat trend naik akan ada masa harga turun dratis tiba-tiba dalam beberapa hari pendek di mana kemudian harga akan ikut trend lagi bahkan melewati harga tertinggi yang lalu. Jadi seperti setelah berlari sprint, untuk meneruskannya kembali, kita mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang dan kemudian berlari atau bahkan meloncat melewati beberapa anak tangga dengan cepat. Selama tidak jalan di tempat, mundur dan maju kita nikmati saja. Saat kamu mengalami keribetan yang pernah terjadi atau yang akan terjadi itu hanya fase mundur dari anak tangga beberapa langkah untuk mengumpulkan kekuatan mencapai anak tangga yang lebih tinggi lagi ? Amin.
Nice posting, keren :D
Aku pernah mendapat pepatah tentang busur panah. Ketika akan dilepaskan, busur panah ditarik dulu ke belakang dan wussssshhh terlepas ke depan.
Seorang yang hendak “dimajukan” biasanya memang “dimundurkan” beberapa tahap.
Pemikiranku tentang hidup yang terus melangkah adalah urusan spirit, semangat yang tak boleh luntur. Kalaupun harus mundur, landai atau apapun itu, yang penting itu bukan dari sisi kitanya :)
Go! Go! Go!
Dab..? Lha kae..
(karo nuding Lift) ^_^
Lift? jalan cepat itu, ndak baik… ndak sehat huahuaua :)
Kalo temen lo sih lebih mudah pastinya, la wong balik ke negara sendiri geto loh…kalo kita (kita? elo maksudnya.. :p) migrasi lagi ke Eropa or Canada pan mesti lewat yg namanya kantor imigrasi tuh, ngurus visa etc lagi yg sulit diprediksi kapan beresnya, bertambah lg deh poin keribetan yg mesti dihadapi walaupun bisa dilewati sih… :p
Ngomong-ngomong busway, apa kabar visa lo, don?
Permasalahannya Chan, kalau itu terjadi apa gw masih WNI atau bukan hehehe :)
Visa gw? Ya gitu deh :) Hahahaha.. japri deh japri! :)
Aku merasa diberkati membaca artikelmu ini, Don! Untuk mengalami peningkatan atau perubahan hidup, manusia memang harus berubah. Dan yang terpenting adalah keyakinan bahwa dia mampu untuk melakukan perubahan…Thanks Sangat inspiratip untuk aku.
Sama-sama Riris, postinganmu juga sangat menyejukkan kok, termasuk komen ini.
Aku senang dapat berarti bagi sesama…
sering dengar istilah “sopir medan”? ya, sebutan untuk para sopir antar lintas sumatera. sebutan itu untuk mengistilahkan para sopir yg sangat tangguh, yg mampu menaklukkan ganasnya jalan sepanjang bukit barisan.
hidup yang datar tidak pernah nikmat dan justru melenakan. lihat, betapa banyak kecelakaan yg dihasilkan oleh jalan tol. itu semua karena sopirnya terlena oleh jalan yang mulus. jalan berliku membuat sopir selalu waspada dan kreatif menyiasati tantangan di hadapannya.
untuk mencapai puncak tangga, memang diperlukan kerja keras dan strategi, tidak mudah menyerah dan tentunya berani mengorbankan kesenangan demi kebahagiaan berada di puncak itu… kita semua sedang melakukannya Don, dirimu di australi, aku di jogja, teman yg lain di belahan bumi lainnya, juga sedang menapaki satu persatu anak tangga kehidupannya…
selamat berjuang…
kapan kita ke jerman? hehehe…
Sip! Sip! Sip!
Ke Jerman? Bukannya kamu sering karena Jerman kan jejer kauman (sebelah kauman) which is itu berarti pasar ngasem :)
The life is change … change in progress … pilih berubah mas … tapi buka ala Power renager he he
Hehehehe, betul Pak… Proses adalah satu hal yang paling perlu kita hargai
hemm, berbicara tentang hidup memang sangat beraneka ragam nantinya.
ada yang bilang hidup itu perjuangan, hidup itu pilihan, hidup itu indah, dan masih banyak lagi.
setidaknya sampai saat ini, aku masih tahu untuk apa aku hidup.
semangat mas!!
Sip! Suwun! Hidup adalah untuk memuliakan Tuhan melalui kegiatan2 terbaik kita :)
Pertanyaannya adl
ketika lelah gimana?
Boleh dunk gak naik tangga tapi istirahat dulu beberapa saat :)
Lelah? Itu pertanda sehat, ayo lari lagi! :)
perubahan itu pasti akan terjadi, mas don, meski dg kadar yang berbeda2 utk setiap orang, apalagi mas donny yang sekarang sudah menjadi “manusia global” hehehe …. jadi, berpindah tempat dan negara sudah akan menjadi hal yang wajar. yang penting agar bisa membuat hidup menjadi lebih hidup.
Betul, Pak Sawali. Mohon doanya ya :)
Salut dengan semangatnya, Don! harus begitulah, namanya juga orang muda. Hidup kan baru mulai. Nanti kalau sudah umur limapuluhan, nah … boleh lah sedikit slow down, menikmati hidup. Lha kan yang disebut masa depan itu sudah menjadi masa kini. Orang umur limapuluhan kan masa depannya kuburan … :D jadi obsesi duniawi dikurangi, diganti dengan obsesi religius.
Ayo,ayo … cepet naik tangga, aku tunggu di atap (diterjunkan pakai heli :) )
Hehehehe, terimakasih Bu. Tapi menurut saya antara duniawi dan religi harus jalan bareng-bareng, nggak boleh sekarang duniawi trus besok baru religi :)
saya sendiri masih berusaha “merubah” kehidupan ke arah yang lebih baik, ditengah-tengah “comfort zone” yang belum siap saya tinggalkan ..
*anyway aku sih betah neng tangerang Mas, nek sesuk pensiun yoo mulih Klaten atawa Bandung gitu hehehe
Hehehehe, itulah perkara comfort zone Mas..:) Selalu terlalu nyaman untuk ditinggalkan.
TETAP SEMANGAT DALAM BERKARYA ….
SALAM SUPER & SELALU ACTION !!!
Super Man! :)
Hidup adalah perjuangan sehingga makin kita di atas makin berasa beratnya
Setuju! Semakin ke atas aja, biar tambah berat tapi tambah asyik :)
kalo aku milih berlari menaiki anak tangga
karena hidup itu adalah berubah dan perubahan
Bagus! Setuju!
Berubah yang seperti apa?
Berubah dengan posisi kerjanya?
Berubah dengan situasi lingkungan?
Berubah dengan kepribadian?
atau apa?
Entahlah… yang pasti berubah. Bingung tho? :)
salam kenal…. :D
perubahan yang bersifat positif itu penting… :D
Betul! Salam kenal juga :)
Bro,
Aku selalu menikmati tulisan-tulisanmu. Kadang aku tersenyum…kadang manggut-manggut, kadang jadi bersemangat setelah membaca tulisanmu. I feel blessed to find this blog… Mantabh..
Soal comfort zone… masalah utama kalau kita udah berada didalamnya adalah, kita ngga tau apakah perjalanan hidup kita itu sedang mendaki, apa menurun. Bener katamu, lihatlah…kalau hidupmu terasa semakin berat, berarti (mudah2an) itu tandanya kehidupan kita sedang menuju puncak… Amieen.. Tapi kalo hidup jadi serba mudah dan melenakan, siap2lah untuk sebuah penurunan (mudah2an ngga crash landing, hehehe)
Bro,
Aku selalu menikmati tulisan-tulisanmu. Kadang aku tersenyum…kadang manggut-manggut, kadang jadi bersemangat setelah membaca tulisanmu. I feel blessed to find this blog… Mantabh..
Soal comfort zone… masalah utama kalau kita udah berada didalamnya adalah, kita ngga tau apakah perjalanan hidup kita itu sedang mendaki, apa menurun. Bener katamu, lihatlah…kalau hidupmu terasa semakin berat, berarti (mudah2an) itu tandanya kehidupan kita sedang menuju puncak… Amieen.. Tapi kalo hidup jadi serba mudah dan melenakan, siap2lah untuk sebuah penurunan (mudah2an ngga crash landing, hehehe)
Thanks, Bro! :)
Thanks udah membaca, dan senang kalau kehadiran blog dan tulisan2ku bisa berarti buat sesama.
God bless!
Wah, tulisanmu ini penuh makna, Don.
Ada orang yang selalu ingin maju, tapi ada juga orang yang cukup puas dengan keadaan biasanya saat ini. Dan menurutku orang yang ingin maju itulah yang selalu menganut paham optimisme :)
Thanks for reminding, bos!
Makasih :)
baru berkunjung.. waahh… fotonya baguuusss ^___^
padahal cuma tangga biasa yak?
jangan lupa naik tangganya pelan2 (klo lari, nanti jatuh :D), sambil setiap langkahnya dilakukan dengan penuh rasa syukur..
Makasih :)
Apakabar Ibu, kok akhir-akhir ini jarang ngeblog? :)
Hidu adalah perjuangan dan naik tangga juga perjuangan, jadi sama-sama perjuangan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik! dan lebih tinggi!
Amin :)
hebad brooo
kapan bisa nulis kayak gini?
Ah, suwun mas suwung :)
wee lha …cah mblateran kok yo iso nggawe situs koyo ngene, sinau mu nyang ndi to ?
Sinauku…? Nyang oro-oro :)
Ada pepatah Cina tentang anak tangga yang bagus banget diterapkan dalam hidup nyata. Bunyi persisnya aku lupa, intinya adalah kalau mau “naik” atau “turun” lebih enak dan aman kalau pakai tangga selangkah demi selangkah. Foto tangga ini bagus Don, ini hasilnya hunting dengan kamera Canonmu yang baru itu? suit suit… :D
Makasih untuk dua hal, pepatah cina dan sanjunganmu…
Iya, ini pake kamera baruku heheh
wah hebat, kata-katanya nancep buanget.. tapi terkait soal zona nyaman, saya sudah sering kali memikirkan itu tapi. selalu saja ada hambatan, ketakutan, dan penundaan..besok saja mungkin saya akan lebih siap,,lusa,,besok lusa..
bagaimana menghindari faktor prokrastinasi ini palagi kalo lingkungan sekitar juga turut mendukung bad factor ini…
Hehehehe, jangan salah Bung, prokarstinasi itu seninya hidup lho :)
Menunda-nunda dan pas menjelang deadline, ngebut! :)
Terus menaiki tangga, bukan berarti berganti tangga kan?
Yang penting terus naik tangga, tangga kita sendiri juga boleh. Menurutku gak harus selalu meloncat ke tangga lain, karena selalu ada petualangan di setiap tingkatan tanggaku ini
:D
Emangnya main ular tangga? heheheh tangga manapun pokoknya yang menuju ke atas :)
+1 Inspiratif
Suwun!
Fotomu makin ciamik Don…
Yahh hidup memang seperti menaiki tangga, terkadang naik, nyaris vertikal, terkadang landai.
Saya sependapat, manusia adalah makhluk yang paling bisa menyesuaikan diri, namun semuanya perlu persiapan agar tak terkejut-kejut, jadi mungkin disitu intinya.
Betul, Bu.. tapi kupikir yang lebih inti adalah, meski terkejut, kitapun sudah diberi fasilitas untuk meredam kejutan-kejutan itu kok… :)
sip yang terbersit dan tertera dalam pesan tulisan ini padaku adalah HIDUP DENGAN PROSES
setapak demi setapak untuk menuji anak tangga terakhir
dan setiap tahapan adalah proses yang harus dilalui walau kadang menapak dua sekaligus
salam
Betul, Mas.. Ibaratnya munggah Gunung Kelir hehehe :)
ya, dan makin sering otot digunakan untuk menaiki anak tangga, makin kuatlah otot itu, dana ketika makin tinggi kita naiknya, makin terlihat jelas apa yang semula tidak bisa dilihat dari bawah…
Betul asal ototnya ngga sebesar Ade Rai hehehe
wow, pindah ke eropa atau canada. Kalo aku kayaknya mending Canada deh Don.Kayaknya masih lebih ramah pada orang Asia…. Kalo mau pindah enakan sebelum ada si kecil.
Aku sendiri tidak menentukan gedung berapa tingkat yang menjadi tujuanku, tapi tanpa kusadari memang aku menaiki tangga. Dan cukup berat karena beban yang harus kubawa bersamaku belum bisa menaiki tangga sendiri. Kadang masih harus kugendong, dan saat itu aku harus berhenti sejenak supaya tidak jatuh.
EM
Cepetan sebelum ada si kecil?
Hihihi… :) Mending ngga pindah deh :)
Ke Kanada atau Eropa? Ora pengen neng Jakarta? Jakarta yo iso melatihmu “naik tangga lo”. Trus, Jakarta yo iso dinikmati nek kowe gelem–kuwi jaremu lo, Don :p (hahaha!!!)
Lho Jakarta,Kanada atau Eropa itu ndak masalah, tapi soal keinginan kan boleh pilih-pilih :)
Kalau memang aku harus tinggal di Jakarta, kujamin aku pasti bisa menikmatinya…