Hei Malaysia, Ada Berita Lagi Tentangmu!

13 Feb 2008 | Cetusan, Indonesia

Malaysia Colong Kayu Indonesia

Sebenarnya tak ada yang menakjubkan dan mengkagetkan dengan potongan berita di atas.
Bukankah memang sudah seperti itu tabiatnya?
Lagu Rasa Sayange, Batik,
Reog Ponorogo, angklung, pulau-pulau, blok-blok kilang minyak…
dan sekarang kayu.

Aku pernah berpikir seandainya Candi Borobudur dan Prambanan itu bisa dipindah apa kira-kira
juga akan bernasib sama dengan apa yang tertulis di atas paragraf ini?
Kalau seandainya Bali bisa dibeli atau dipindah apa kira-kira juga akan bernasib sama pula, terampas ?
Tapi kalaupun bisa dipindah akan ditempatkan dimana ya..?

Lebih baik berlatih untuk selalu bersikap legowo, yang siap menerima nasib kalau ada sesuatu yang dirampas …

Ah tapi sudahlah!
Untuk apa diributkan lagi? Ada bangsa yang ditakdirkan untuk selalu dijajah..
Ada bangsa yang ditakdirkan untuk menjadi bangsa yang suka berperang…
Ada bangsa yang ditakdirkan untuk menjadi bangsa pemenang teknologi…
Dan banyak bangsa yang ditakdirkan untuk menjadi bangsa dengan banyak sifat-sifat yang lain.
Kita toh tak akan sanggup mengubah takdir seperti itu.
Biarkan dan telan saja… Anggap sebagai satu pemakluman yang memang sayangnya tak akan pernah usai sampai titik punah nantinya.
Lebih baik berlatih untuk selalu bersikap legowo, yang siap menerima nasib kalau ada sesuatu yang dirampas daripada kita ketimbang terus menggerus mereka lewat tulisan-tulisan seperti itu.
Keyakinanku berkata demikian karena mereka tak lagi peka untuk hal-hal seperti ini sama halnya dengan kita yang terkadang juga tak peka terhadap hal-hal pelik lainnya.

Btw, teman-teman…
Saya sedang berpikir apa bedanya antara nyolong, nyuri serta ngerampok ya ?
Ada yang tahu ?
Seingat saya nyolong sama dengan nyuri.. mengambil sesuatu yang bukan miliknya
Tapi kalau ngerampok berarti mengambil sesuatu secara blak-blakan mengandalkan kekuatan dan gertakan.
Apa betul demikian ?

gambar diambil dari sini

Sebarluaskan!

9 Komentar

  1. Nyolong = jawa = nyuri = Indonesia, menurutku keduanya sama. kalo ngerampok ya itu tadi, terang terangan dan biasanya di lakukan dengan kekerasan dan menyakiti.

    bener po ra sih? :D

    btw emang itu tetangga gak ada matinye =))

    Balas
  2. Ah, mentalitet bangsa persemakmuran! Beberapa hari lalu aku sempat membaca sejarah negaranya, terutama apa yang mereka sebut hari kemerdekaan. Aku sampai terpingkal-pingkal mengatahui yang disebut MERDEKA bagi mereka.

    Persemakmuran… Persemakmuran…

    Balas
  3. @DM: Yah.. begitulah! Ganjang… ganjang :)
    Tapi btw ostrali tuh juga persemakmuran ahuahuahua

    Balas
  4. hikhik..lha kok ini postingan cuma berselang 2 hari ama kasus askar wataniyah, nah.. mau nambahin tulisan apalagi buat posting diatas?

    -mereka ndableg, kitane pekok-

    KLOP!

    Balas
  5. Kalau nyuri pelakunya disebut pencuri.

    Kalau ngrampok pelakunya disebut perampok.

    Kalau nyolong…. yaa penyolong saya rasa :p

    Balas
    • Hehehehe :) Thanks, Edo. This is your first comment, isn’t it?:) See u on sat!:)

      Balas
  6. dua kata : Ganyang Malaysia!!

    Balas
  7. Kata “Ganyang Malaysia!” itu tercetus berpuluh tahun lalu jelas pasti ada sebabnya, bukan karena pencetusnya sudah gila. Padahal bagi saya pribadi kata “ganyang” itu cukup terdengar kasar, keras, berdarah-darah, dsb yang menyeramkan. Sudah pasti ada sebab yang keterlaluan.

    Malaysia bertingkah mirip adik beda bapak yang senang meledek sang kakak yang sok cool tapi pemalas, sudah sekali nyapu lantai nggak dilanjut dengan ngepel, jadi diinjak-injak adik lagi, biar nanti kan kakak yang dimarahin ibu. Kalo si kakak sok cool tapi rajin, wah pasti kan nanti cool beneran tu.

    Budaya yang ada di dalam suatu negara biasanya berumur lebih tua daripada negara tersebut, seperti sebelum Amerika ada, sudah ada suku Indian disana. Dan kebetulan ketika Indonesia menyatakan kemerdekaan, sudah barang tentu warisan Mataram, Majapahit, Borobudur, orang Batak, orang Sunda, Jawa, Menado, dll dll yang saat itu terangkum kedalam NKRI secara otomatis menjadi warga (dan warisan) negara Indonesia. Kebetulan mungkin si adik beda bapak ini loh pas merdeka itu ga dapet warisan, lha ribut toh?

    Mangkanya, namanya juga warisan, harusnya sih dijaga, jangan malah ngeladeni wong gendeng ya melu gendeng.

    Mari, memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara.

    Balas
  8. menurutku sih, emang keterlaluan. tapi klo kita bole melihat dari sisi yang berbeda. pemerintahan kita juga mental “Tempe” mereka terlalu sibuk memperkaya diri dengan korupsi, sehingga malas untuk ngurusi yang berbau”Nasionlisme” seprti berita di atas. mereka “M” sangat memanfaatkan situasi seprti ini. IMHO hehehe. piye kabarmu don…GBU

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.