Haruskah orang Katolik malu karena penahbisan Uskup Ruteng?

21 Mar 2020 | Cetusan

Sebelum membahas tentang penahbisan Uskup Ruteng yang menggemparkan itu, aku mau sampaikan hal ini terlebih dulu. Pada 13 Mei 2018, ketika Tanah Air dikagetkan dengan peristiwa bom di Surabaya, seorang kawan yang kebetulan beragama sama dengan agama si pelaku bom mengirim pesan WA kepadaku, ?Don! Aku minta maaf ya atas kejadian di Surabaya itu? Aku malu!?

?Oh, kenapa??
?Ya karena orang yang seagama denganku menyerang orang dari agamamu!?

Aku terdiam. Sebagaimana aku punya hak untuk memaafkan atau tidak, bagiku dia juga punya hak untuk meminta maaf. Perkara tepatkah permintaan maaf itu diberikan kepadaku, menurutku tidak tepat. Yang ngebom kan bukan dia, yang kena bom juga bukan aku? Lantas kenapa maafnya disampaikan olehnya kepadaku? Apa salahnya? Aku pun tak berpiutang terhadapnya?

Uskup Ruteng

Hari Kamis lalu, 19 Maret 2020, publik Tanah AIr kembali dibikin gempar dengan diadakannya perayaan ekaristi syukur tahbisan Mgr. Siprianus Hormat sebagai Uskup Ruteng, Nusa Tenggara Timur.

Kenapa gempar?
Karena perayaan yang dihadiri lebih dari seribu umat itu diadakan saat pemerintah sedang menggalakkan social distancing dalam rangka memerangi merebaknya virus COVID19 atau yang biasa disebut Virus Korona.

Lalu kulihat reaksi kawan-kawan yang kebetulan beragama Katolik di social media yang beragam. Ada yang menyayangkan, ada yang mengajak melihat dari sisi yang berimbang?. namun tak sedikit yang berkoar, ?Sebagai orang Katolik, aku minta maaf dan malu banget!?

Batinku tergelitik, bagaimana denganku? Aku juga Katolik! Tapi perlukah aku malu? Perlukah aku meminta maaf atas kejadian itu?

Aku malu!

Yang seharusnya malu dan meminta maaf ya mereka, uskup yang ditahbiskan, para uskup dan kardinal yang menahbiskan serta para panitia perayaan. Kalau mereka saja tidak merasa malu, ngapain aku harus malu? Kalau mereka juga tak meminta maaf, ngapain aku harus minta maaf atas kebodohan mereka?

Peristiwa tahbisan uskup di Ruteng kemarin benar-benar membawa banyak pelajaran dan salah satu yang nyempil adalah yang kuulas di sini. Kita diajak lebih sadar akan alasan dibalik kenapa aku harus malu sebagai orang Katolik?

Karena agama itu adalah wilayah privat antara kita dengan Tuhan maka konteks ungkapan ?Malu sebagai orang Katolik? harusnya ditempatkan dalam kaitan yang privat juga antara kita dengan Tuhan; adakah perbuatan kita itu mempermalukanNya atau tidak?

Ketika kita tidak puasa dan pantang di masa pra-paskah padahal ada aturan tertulis yang ditetapkan? Malu!

Diam-diam menggelapkan pajak, korupsi, selingkuh, mencelakai saingan bisnis dan politik? Malu!

Minggu pagi ada undangan kerja bakti membersihkan selokan karena sudah hampir musim ?Demam Berdarah? tapi kamu malah ngumpet di rumah pura-pura pergi keluar kota? Malu!

Merendahkan pemimpin padahal tak tahu benar duduk perkaranya? Malu!

Diminta bekerja dari rumah demi social distancing tapi malah berwisata ke pantai dan foto-foto bersama kawan? Malu pake banget!

Jadi intinya, jangan malu ketika kamu sendiri bahkan tak tahu apakah yang telah kamu perbuat itu memalukan atau tidak! Itu sih namanya malu-maluin!

Sydney, 22 Maret 2020

Sebarluaskan!

8 Komentar

  1. Aku tidak malu, tapi peristiwa itu memalukan…. hehehe

    Balas
  2. Paus aja mau membatalkan misa yang rutin dilaksanakan, demi keselamatan umatnya dari wabah virus covid 19, malahan dikita tidak mentaati himbauan pemerintah utk tidak mengumpulkan org banyak utk memutus mata rantai covid 19, mereka mengorbankan umatnya.

    Balas
  3. Ngapain malu, ngapain minta maaf, bukankah itu sdh direncanakn sjak lama? Ya semua sdh diprsiapkan, semua sdah fix, ya tinggal tunggu hari H. Covid-19 ini baru lahir kemarin kok, dan kalaupun dia mau menyerang, harus ada dulu salah satu dri umat yg ikut itu trinfeksi, tpi klo semuanya sehat? aja gimana? Dia datang lewat mana?

    Saya justru salut dgn langkah yg diambil oleh panitia penyelenggara atau siapapun yg ambil bagian didlmnya, ditengah ancaman yg begitu menakutkan, mereka brani mengambil langkah yg menentang dgn semua ancaman trsbut.

    Tuhan Yesus mmberkati

    Balas
    • semuanya sehat? aja gimana? Dia datang lewat mana? emangnya yang datang semuanya di tes lab …bro baca referensi penularan corona seperti apa acaranya

      Balas
  4. Trims Mas DV, tulisan ini menjadi catatan pribadi dan intispeksi diri saya. Semoga menjadi obat dan suplemen mawas diri bagiku.

    Balas
  5. Saya tidak malu, krn upacara tahbisan uskup pasti sudah dipersiapkan jauh hari, dan panitia pasti sudah mengantisipasi sesuai anjuran pemerintah utk kerumunan seperti itu. Tuhan Yesus memberkati

    Balas
  6. sbg satu pelanggaran pada aturan pemerintah, oke … tp jika dinilai sebagai tindakan “masabodoh” Gereja thp wabah Corona, itu sangat berlebihan, dan peristiwa pentahbisan itu tdk harus memalukan org Katolik, sy yakin semua yg hadir disana sangat paham bahaya Corona, dan Tahta Sucipun tdk berkomentar …

    Balas
    • pelanggaran pada aturan pemerintah adalah wujud tindakan MASA BODOH :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.