Hari ini Kabar Baik yang ditulis Lukas (lih Lukas 18:35-43) melukiskan bagaimana seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis di Yerikho memanggil Yesus dengan sebutan ?Anak Daud?.? Bagi kita kaum katolik, hal ini tentu wajar karena Yesus memang keturunan Daud! Tapi pengemis yang buta itu bukan Katolik dan dalam konteks masa itu, memanggil Yesus dengan sebutan ?Anak Daud? tidaklah wajar juga!
Kenapa?
Masa itu, saat Yesus masih mengembara di dunia, penolakan terhadapNya terjadi dimana-mana. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang memiliki pengaruh kuat dalam hidup agama-budaya Yahudi mengecam dan mengucilkan Yesus karena anak Maria dan Yosef itu dianggap sebagai ancaman terhadap kredibilitas mereka di mata umat.
Keberanian Si Buta yang pengemis untuk memanggil Yesus dengan sebutan ?Anak Daud? tentu menjadi sesuatu yang kontras! Oleh karena itu layak jika orang-orang yang ada di depan menegornya supaya diam. Diamnya barangkali karena tidak setuju dengan sebutan ?Anak Daud? tapi bisa juga diam karena setuju namun takut kalau teriakan itu mengundang kemarahan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang mengintai.
Namun keberanian itu toh berbuah manis.
Yesus menyuruh seseorang untuk membawa Si Buta mendekat kepadaNya. Ia lantas bertanya hal apa yang dikehendaki supaya diperbuat olehNya. Tanpa malu-malu lagi, Si Buta meminta supaya Yesus membuatnya bisa melihat dan hal itu dijadikanNya sebagai sebuah mujizat.
Beberapa bulan yang lalu aku pernah menjual kaos bergambar Maria bertuliskan ?Salam Maria?. Design kaos itu kupikir keren dan dalam bayanganku akan laku keras. Tapi ternyata perkiraanku salah. Hingga hari kelima hanya laku lima lembar saja! Barangkali harganya kemahalan? Kuturunkanlah harga kaos itu namun tetap saja, hasilnya tak begitu baik.
Aku lantas bertanya pada seorang kawan, ?Kenapa kaosku nggak laku ya??. Ia bukan pembeli kaosku maka kupikir pendapatnya akan cukup obyektif.
Jawabannya mengejutkanku. ?Design kaosmu bagus tapi siapa yang berani pakai kaos adalah hal yang harusnya kamu pertimbangkan lebih dari sekadar bagus-tidaknya design, Don!?
Akupun tersadar oleh ucapannya!
Selama itu aku hanya berpikir design dan harga tapi lupa tentang seberani apa seseorang mengenakan kaos tersebut! Cap minoritas yang menempel pada diri kita sebagai kaum kristiani bagi sebagian orang belum hilang. Meski negara menjamin kebebasan memeluk agama dan beribadah, tapi ada sebagian dari kita yang masih takut-takut mengungkap identitas kita sebagai orang yang percaya pada Kristus. Hal tersebut kadang muncul dengan alasan, ?Nggak elok lah menampilkan identitas! Nggak enak dengan yang lainnya!? Ada rasa risih, malu, takut ditolak hanya karena khalayak mengetahui kekristenan kita!
Catatan ini bukan curhat kegagalanku menjual kaos tersebut dan terlepas dari soal kaosku laku atau tidak, pagi ini aku mengajak kita untuk merenung! Apakah rasa takut karena dianggap berbeda dalam beragama itu bisa disembunyikan dibalik rasa malu? Adakah rasa malu bisa disembunyikan dibalik rasa tak elok dan tak pantas untuk menampilkan identitas?
Haruskah kita jadi buta dan mengemis untuk berani mengakui iman kita terhadap Kristus?
Sydney, 19 November 2018
Jangan lupa isi Survey Kabar Baik 2018. Hasil isian kalian dalam survey tersebut sangat mempengaruhi bagaimana pola tulisan dan distribusi renungan Kabar Baik ini akan berkelanjutan. Klik di sini untuk informasi selengkapnya!
Gimana kapan di promosikan kaos Maria nya yang gambar Pohon Natal aja tidak ada kabarnya???