Haruskah kita meniru janda miskin yang menyerahkan seluruh nafkahnya?

25 Nov 2019 | Kabar Baik

Hari ini dalam Kabar BaikNya, Lukas mengetengahkan sebuah cerita klasik. Tentang seorang janda miskin yang memberikan seluruh nafkahnya ke kotak persembahan. Di mata Tuhan, hal itu lebih besar ketimbang seorang kaya yang menyumbang.

Haruskah kita seperti janda miskin yang menyerahkan seluruh nafkahnya?

Tapi apakah hal ini berarti Tuhan mengajak kita untuk melakukan hal yang sama? Memberikan seluruh nafkah yang kita miliki? Jika iya, apakah berarti Tuhan menghendaki anak-anak dan istri kita terlantar karena semua nafkah kita diberikan untuk sumbangan maupun persembahan? Jika tidak lantas kenapa Kabar Baik hari ini menyatakannya demikian?

Menurutku Tuhan tidak pernah menyatakan bahwa kita harus mengikuti jejak si janda miskin tersebut dalam konteks memberikan seluruh nafkahnya. Kecuali kalau memang sudah niat dan sudah memperhitungkan segala dampaknya, ya silakan saja. Tapi kalau tidak?

Misalnya begini,
suatu waktu kamu didekati seorang yang sedang mengumpulkan dana untuk bantuan bagi para korban bencana alam. Ketika kamu sudah menyerahkan bantuan semampumu, tiba-tiba ia mencoba untuk membujuk supaya kamu memberikan lebih.

Penjelasan tentang parahnya bencana disampaikan. Video yang diambil di tempat kejadian dan wawancara korban juga dihadapkan di depan mata kita. Kamu lalu terantuk iba dan rasa kasihan. Sekonyong-konyong lalu kamu sepakat untuk menyumbang lebih dari yang kamu rencanakan semula.

Yang penting esensinya

Sesaat setelah memberikan semuanya, kamu mulai berpikir. ?Waduh, gimana nanti urusan tagihan bulanan? Kan harusnya dibayar pakai uang yang tadi akhirnya diberikan semuanya untuk menyumbang??

Lalu ketika akhirnya tersudut, yang disalahkan malah ?Tuhan? karena ia sudah merasa menjalankan perintahNya tapi kenapa yang ada justru hidupnya jadi terlunta-lunta?

Kawan, tak semua yang tertulis dalam Kitab Suci adalah sesuatu yang harus kita laksanakan apa adanya. Perlu permenungan, pemikiran dan pemahaman konteks dengan apa yang kita hadapi sekarang untuk mengerti pesan-pesanNya. Yang penting esensinya.

Apa esensi Kabar Baik hari ini?

Kamu tak perlu jadi orang kaya terlebih dahulu untuk sekadar membantu sesama. Bahkan ketika merasa kekurangan namun masih menyanggupkan diri untuk memberikan bantuan, nilai kita akan lebih besar ketimbang mereka yang kaya dan menyumbang dari kelimpahannya.? (lih. Luk 12:4)

Sydney, 25 November 2019

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.