Harga. Bagaimana mereka memberi harga?

20 Agu 2012 | Cetusan

OK, kita cerita yang ringan-ringan saja kali ini.

Beberapa waktu lalu aku iseng jalan-jalan ke mall. Ketika mampir ke sebuah jaringan retail store yang lumayan berkelas di Australia, aku menemukan kaos polos merah menyala yang menarik perhatianku.?Kualitasnya OK dan ketika kulongok, harganya telah diturunkan dari 15 menjadi 10 dollar, “Lumayan!” gumamku.

Kukatakan ?lumayan? karena harga kaos oblong polos di sini rata-rata berkisar antara 5 dollar (untuk mutu paling rendah, kalau dipakai agak gatal karena kulitku tak terlalu cocok) hingga sekitar 80-an dollar.

Setelah kucoba dan semuanya pas, aku memutuskan untuk membelinya dan membawa kaos itu ke kasir dan betapa terkejutnya aku ketika tahu harganya tak lagi 10$ tapi sudah kena diskon lagi menjadi 2.5$!

Bayangkan!!!! Sementara harga secangkir kopi yang biasa kunikmati setiap pagi pun harus kulego dengan uang 3.5$ !!!

Tapi meski demikian, hati yang bersuka tak lantas kuimbangi dengan otak yang menyerah begitu saja. Aku terangsang untuk berpikir, bagaimana mungkin kaos itu bisa kudapatkan semurah itu?

Dan berikut adalah kesimpulanku.
Kemungkinan terbesar, pihak manajemen toko telah menyimpan kaos itu terlalu lama. Pada suatu waktu ia lantas menurunkan harga menjadi 10$ dari yang semula 15$.

Karena tak kunjung laku juga, ia lantas mendiskonnya hingga 75% dari harga 10 dollar sehingga jadilah ia 2.5$ murahnya!

Pertanyaan kedua, kalau demikian lalu berapa harga asli sebenarnya dan berapa pula ongkos produksinya?

“…siapa yang mau rugi di jaman ini?”

Mungkinkah toko itu memutuskan menjual rugi??Tapi siapa yang mau rugi di jaman ini?

Memang ada beberapa kali kulihat ada toko yang memutuskan menjual barang di bawah harga kulakannya, tapi mungkinkah kita tahu berapa sebenarnya harga kulakannya atau percaya 100% bahwa memang toko mau menjual rugi?

Oh ya, bicara soal ongkos produksi, mari kita menyimpang dari urusan kaos, aku ada cerita yang semoga menarik.

Beberapa waktu lalu di siaran televisi Indonesia yang kupantau lewat jaringan parabola, seorang petinggi jasa penerbangan ‘murah’ diwawancarai oleh pembawa acara, begini kira-kira pertanyaannya,?“Kenapa bapak menjual tiket pesawat dengan harga sangat murah?”

Lalu begini jawabnya, “Kami sudah berhitung dan ternyata ongkos produksi bisa kita tekan sangat murah. Nah kalau bisa kita jual murah kenapa harus kita jual mahal?”

Jawaban itu bagiku sangatlah, ?Wow!?

Berarti, kalau benar apa katanya, ada sebegitu besar gap antara harga jual ke konsumen dengan harga produksi, kan?

Selain itu, petinggi tadi kupikir juga adalah orang yang sangat pintar karena ia masih bisa menjual murah harga yang orang pikir sudah terlalu murah.

Imbas dari interview itu barangkali membuat orang berpikir, ?Wah, baik benar orang ini karena mengambil untung sedikit!? Tapi mungkinkah? Benarkah?

aku memilih tak percaya dengan alasan, kalau ia mengambil untung sedikit, perusahaan yang ia pimpin tak kan jadi sebesar itu!

Kalau aku memilih tak percaya dengan alasan, kalau ia mengambil untung sedikit, perusahaan yang ia pimpin tak kan jadi sebesar itu!

Maka sampailah aku pada kesimpulan bahwa petinggi tadi sangat pandai karena bisa bermain keuntungan di harga yang menurut orang-orang sudah tergolong sangat rendah dan menekan ongkos produksi hingga lebih rendah lagi dari biasanya!

Hebat kan?

So, mari kita kembali ke topik.
Dari kedua hal, kaos dan pesawat tadi, aku berpikir keras, atas dasar apa para pedagang itu menjual dan bermain harga?

Aku bukan orang ekonomi dan tak tertarik untuk mempelajarinya hanya karena perkara kecil yang mengusik pikiranku ini. Dan kubiarkan pertanyaan di atas sebagai pertanyaan terbuka, syukur-syukur kalian yang lebih ngerti soal beginian bisa bantu jawab di kolom komentar.

Selanjutnya, aku malah membayangkan, kalau seandainya suatu hari kamu pergi ke sebuah pasar swalayan dan tiba-tiba pihak manajemen mendatangi Anda dan bilang, “Kami ingin memberi semua produk di sini secara cuma-cuma kepada Bapak?”

Kuyakin kalian justru akan bertanya-tanya kenapa dan ada apa kok tiba-tiba mereka begitu baik seperti itu?

Dan ketika kalian belum sempat menjawab, ia justru melanjutkan, “Bapak pasti bertanya-tanya ya… Ah, tak mengapa.. Kami berpikir demikian karena ternyata setelah dipikir-pikir untuk apa kami menjual jika kami mampu memberikan ini secara cuma-cuma untuk bapak?”

Percaya deh, impresi pertama di detik pertama dalam diri kalian adalah, “Wah, kenapa gratis? Jangan-jangan…”

Nah! Kenapa demikian? Karena kita terbiasa membayar untuk mendapatkan sesuatu.

Di tingkat yang lebih tinggi, mereka yang berpenghasilan tinggi dan biasa belanja yang ?mewah-mewah nan mahal-mahal? itu pun, karena terbiasa membayar segala sesuatunya dengan harga mahal, ketika ditawari sesuatu yang murah, komentarnya akan setipikal, ?Ah, kenapa murah? Jangan-jangan palsu? Jangan-jangan kadaluwarsa?!?

Ya nggak sih? Jadi, mulailah berhitung pada semua yang kamu pakai dan kamu makan dan kamu beli, berapa harga sesungguhnya mereka itu dan kenapa kamu harus membayar semahal itu?

Sebarluaskan!

17 Komentar

  1. aahh.. kadang aku juga berfikir seperti itu loh mas.. setiap tahun mall mengadakan sale besar besaran hingga 70%.. kenapa setiap tahun? berarti harga asli mereka sangat murah dong..

    kadang juga aku berfikir.. dari 100 barang yg sama.. mereka akan menjual 10 barang saja dengan keuntungan yg bisa menutupi 100 barang itu.. so.. berapapun harga jual dr 90 barang lainnya (bahkan gratis) mereka tetep akan bisa untung..

    istilahnya.. keuntungan itu jangan dibagi rata.. tapi pake grafik menurun.. ( in my sotoy opinion :p )

    Balas
  2. Yak benar kata Niee, diskon itu hanya pencitraan karena hanya dengan beberapa produk yang dijual dengan harga mahal mereka sudah untung banyak..
    Sama kayak tiket pesawat itu, yang murah kan hanya beberapa seat saja, selainnya ya mahal..

    Balas
  3. aku kadang juga berhitung soal harga. kalau suatu barang didiskon sampai murah, pasti ada “sebabnya”. entah sudah lama di gudang (padahal kualitasnya bagus), entah cuma mau “merayu” pembeli supaya besok mau datang lagi. tapi aku setuju, zaman sekarang siapa sih yang mau rugi? kayaknya nggak ada. mungkin prinsipnya rugi di depan, tapi menangguk untung di kemudian hari.

    Balas
  4. Setahu yang pernah aku dengar dari para produsen suatu barang, harga jual tergantung pada jenis barang, apakah mass or limited. Kalau mass kan memang ongkos buat pasti jatuhnya lebih rendah, misalnya baju perempuan bisa Rp.10rb/potong, baru kemudian diover ke distributor dgn harga Rp.40rb/ptg, sampai ke reseller Rp.60rb, lalu ke end user bisa lebih dari Rp.150.000 tergantung tawar menawar, lalu mentok di 100rb. Terjual sekian kodi sj mgkn sdh untung buat si produsen, jd klo ada sisa ga laku ya didiskon habis, yg penting barang muter. Kadang jual rugi, tp subsidi silang dgn barang jualan yg lain.
    Kalau aku Don, agak curiga dgn barang yg dijual tll murah. Klo pakaian yg branded2 diskon s/d 70% aku msh percaya krn sdh cocok bahannya, tp klo Tas branded diskon aku ga percaya, masa branded kok diskon toh. Berarti ga percaya diri dong namanya hehehee…

    Balas
  5. :D semacam setuju sama komennya kak Zizy…

    Btw koyo ngene koq omongan ringan toh Don, koe marai aku dadi mikir itung-itungan bengi-bengi ngene :))

    Balas
  6. ada beberapa super market di daerah tempat kerjaku yg dulu… mendiskon habis product2 yg hampir kadaluwarsa… atau ke bakery menjelang jam tutup… pasti harganya jadi setengahnya saja…

    salam,

    Balas
    • jangan2 es krim yang dibagikan secara gratis di beberapa kota kemarin, tanggal kadaluarsanya sudah dekat? soalnya produsen minuman yang sedang kena masalah sekarang ini melakukannya, menggratiskan sekian krat dengan pembelian sekian krat. yang penting stok di gudang habis.

      Balas
      • Kalo soal menggratiskan produk yang hampir kadaluwarsa itu malah bagus lah, apa salahnya? Di sini malah tetap dijual meski didiskon kok.

        Balas
  7. Ongkos produksi rendah, berkisar 10 – 30%
    Tapi ongkos manajemen dan marketing yang tinggi, berkisar 70 – 9O%
    Tapi bukankah ongkos manajemen (gaji direktur itu) termasuk ongkos produksi?

    Balas
  8. Kalau saya, barang yang sulit terjual lebih dari 4 bulan, pangkas habis di harga net, bisa jadi disc up 70%. Intinya agar perputaran barang lebih cepat daripada menawarkan barang lama, tapi bukan berarti merugi lho :)

    Balas
    • yang penting masih ada duit yg didapat daripada gak laku sama sekali ya bang :D

      Balas
  9. saya juga menemukan hal yg sama di jakarta, saya sudah menuliskannya … kaos cuma dijual 20rb. tanya: kenapa?

    Balas
  10. Besar dari keluarga pedagang saya mengerti betul yang itu.. daripada tidak jadi uang mending di obral gila gilaan saja, kalau bisa ya tidak rugilah.

    Jadi kalau beli baju pas diskon saja, terutama di jakarta. Diskon melulu ga jelas sebenarnya harganya berapa sih. yang sudah didiskon atau yang belum? hehehehe

    begitulah bisnis kali ya… :)

    Balas
  11. Aku termasuk wong yang males mikir beginian hehehe…
    Ada barang yang aku suka, cocok bahannya dan harganya, aku beli.
    Kalau terlalu mahal, ga usah beli. Kalau terlalu murah asalkan barangnya bagus (dan aku sreg) ya beli aja. :D

    Balas
  12. hmm,bisa jadi karna model baju nya juga udah lama :D

    Balas
  13. Pikiran saya sih sederhana aja, mungkin penjual kaos itu sudah kembali modal dan mendapat untung dari penjualan kaos lain yang serupa. Jadi kaos sisanya itu mau dijual semurah apapun dia tidak akan rugi.

    Balas
  14. judul tulisanmu ini kan bagaimana mereka memberi harga ya?
    kayaknya ya tergantung pedagangnya. kalau masih bisa dijual mahal kenapa harus murah? (tapi kalau orang PR chainstore ngomong begini pasti gak laku ntar hihihi)
    apalagi retail store ongkos operasional tinggi, kalau perlu satu baju bisa buat gaji 10 orang sehari :D
    nah kalau nanti bajunya sudah tidak bisa dijual mahal, baru deh obral, tentu gak rugi. lebih rugi kalau bajunya jadi kain pel :( soalnya perhitungan rugi laba perusahaan kan bukan baju per pcs, tapi baju per kilo :D

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.