Hal kekhawatiran, belajar dari surat-menyurat

13 Okt 2011 | 150 kata, Cetusan

Setelah menulis berlembar-lembar kertas banyaknya, menyelipkannya ke dalam amplop dan membubuhinya dengan perangko lalu memasukkannya ke kotak surat, hal yang bisa kamu lakukan hanyalah berharap petugas pemungut surat datang mengambil suratmu.
Persoalan tak berhenti disitu.
Bagaimana kalau ia tercecer dari ribuan yang lain?
Bagaimana kalau perangko terlepas dan suratmu dianggap tak berbayar?
Bagaimana kalau pengangkutnya mengalami kecelakaan atau gudang penyimpan surat terbakar?
Bagaimana kalau tukang sortirnya tak dapat membaca tulisan tanganmu?
Sesampainya di kota? tujuan, bagaimana kalau tukang pos tak menemukan alamat tertuju?
Bagaimana kalau surat sudah diselipkan di lubang bawah pintu rumah yang tertuju, tapi tiba-tiba kucing atau anjing piaraannya melumat suratmu dan menelannya utuh?
Kita memang akan selalu khawatir selama kehidupan masih menemui matahari di pagi hari dan selama itu pula, kita butuh Tuhan.

Sebarluaskan!

19 Komentar

  1. bagaimana jika lupa password akun socmed, gmn kalo salah mensen? Dst…

    Balas
  2. Sebagian adalah urusan kita
    Selebihnya relakan jadi urusan tuhan

    Balas
  3. Kalo kata temen aku nih oom.. kalo kita masih deg2an atau khawatir tentang sesuatu, itu berarti kita masih percaya dengan adanya Tuhan.. :)

    Balas
  4. Saya suka sekali kalimat terakhir… kita manusia ini butuh Tuhan… :cry:

    Balas
  5. Bagaimana kaloo…..
    gimana nanti….
    Trus apa yang terjadi bila…..
    Yups, lketakutan, kecemasan, serta kekhawatiran tak bisa sirna begitu saja dari benak ini….
    Namun bukan hal yang lalu dengan serta merta bisa kita lupakan, justru dari sini kita bisa bersyukur “ohh, ternyata aku masih punya (rasa)harapan ya….”
    Thanks anyway Dab…

    Balas
  6. Dalam keadaan seperti itu, saya akan selalu teringat ucapan seorang pujangga –yang sialnya saya lupa siapa– yang mengatakan: “Kenapa harus khawatir dengan apa yang akan dan apa yang tidak akan terjadi?”

    Balas
  7. bagaimana kalau angin menerbangkannya dan dia tak sempat membacanya? :)
    Ya, pada Tuhan tempat segala resah dan khawatir kita tumpahkan

    Balas
  8. You’re right Don.
    Belakangan ini aku juga merasa, kok kayaknya tak bisa sedetik juga tanpa merasa khawatir karena ini karena itu. Capek juga karena otak muter terus … tapi beginilah hidup.
    Dan benar katamu, di saat seperti itu aku butuh curhat. Dengan Tuhan.

    Balas
  9. ha..ha.. ini sih pengalamanku waktu LDR dulu Don :D

    Balas
  10. Dalam ajaran Islam ada yang disebut dengan “ikhtiar, tawakal dan ikhlas”
    Berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik-baik mungkin, seperti menuliskan alamat dengan benar, menempelkan perangko dengan tepat dan memasukkan surat ke kantor pos yang semestinya adalah ikhtiar yang harus kita lakukan.
    Setelah semuanya terlaksana dengan baik, maka kita hanya bisa tawakal, yakni menyerahkan segalanya kepada Tuhan; apakah akan sampai surat itu atau malah hilang di tengah jalan. Tawakal tidak sama dengan pasrah. Pasrah itu pasif, sementara tawakal itu aktif.
    Ketika keputusan telah diberikan Tuhan, seperti surat itu hilang di tengah jalan atau diterbangkan angin, maka kita hanya bisa menerimanya dengan ikhlas, yakni percaya pada keputusan Tuhan. Yakin bahwa ada rahasia di balik itu semua..
    So, tetaplah berupaya sebaik dan sebanyak yang kita mampu, setelah itu, serahkan semuanya pada Tuhan, karena Ia Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita. Terakhir, ikhlaskan apapun yang telah Tuhan putuskan atas upaya kita tersebut.
    Kok jadi ceramah ya Don, hehehe…. :)

    Balas
  11. Ada kepercayaan…manusia wajib berusaha sekuat tenaga, diujungnya ada nasib yang ditentukan oleh Tuhan.

    Balas
  12. Tak ada yang patut dikhawatirkan kalau kita berlaku benar, Mbah..
    *malah ngajari*

    Balas
  13. hahhahaha…sama saja jika kita mengirim email kan mas?
    jangan2 emailnya ke hack orang ditengah jalan, jangan2 server disana error jadi begitu email nyampe dia mental dan gak balik lagi, jangan2 emailnya malah salah tujuan…jiahhhhh mau dipake kiasa surat ataupun email kita kan tetep butuh Tuhan :D
    *ehhh analogiku gak nyambung ya :P*

    Balas
  14. selanjutnya, biarkan Tuhan yang ‘bekerja’ :-)

    Balas
  15. ya tak ada manusia super, semua butuh orang lain. dan kepercayaan akan kinerja orang lain misal si pengelola pos maka akan melahirkan ketenangan saja pak. tentu masing2 pihak harus bisa bekerja profesional ya. si pengirim menulis segala sesuatu dg jelas dan si pengelola pos berusaha menyampaikan pos2 yang ada dg baik. salam saya

    Balas
  16. yup, hal-hal seperti itu memang harus ada mas ,,untuk menyadarkan dan sebagai pembelajaran dari Tuhan, bahwa manusia tidaklah sempurna ..

    Balas
  17. Aku belum pernah terima surat darimu, Om. Kalau deg-degan nunggu surat, asyik kali ya..

    Balas
  18. Yak.. makanya ada istilah kita sudah berusaha dan tuhanlah yg menentukan hasilnya :D

    Balas
  19. Sudah jarang kirim surat.

    Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.