Hidup di Australia, aku semakin diperlihatkan pada cara berpakaian penduduk sini yang cuek bebek.
Mereka sama sekali tak mempedulikan apa komentar orang sekitar pokoknya selama itu tidak merugikan orang lain dan menyenangkan hatinya, go for it! Terlebih saat summer seperti ini, wah yang namanya mata, terutama lelaki, harusnya dipasangi kacamata kuda kalau ndak mau nolah-noleh mulu kesana kemari.
Cewek-cewek di sini itu kalau pas summer seperti sekarang ini suka memakai baju yang super ketat, super seksi dan minimalis. Ya tak perlulah aku deskripsikan di sini, selain menghabis-habiskan waktu kalian membaca, juga apa kata dunia kalau seorang Indonesian seperti saya menuliskan sesuatu yang bisa dijuruskan dalam kerangka pornografi, bisa-bisa saya nanti dijerat UU Pornografi mampus aja!
Nah itu baru yang cewek… Kalau kalian amati yang cowok, wah itu lebih-lebih lagi.
Kemarin malam, waktu belanja ke Coles sekitar jam 9 malam aku masih melihat dengan takjub seorang bule setengah baya dan berambut uban keluar pintu dengan hanya mengenakan celana pendek, sepatu dan tanpa baju!
“Ngligo” kalau orang Jawa bilang!
Ada lagi mereka yang jalan-jalan maupun para penumpang bus yang memilih memakai celana pendek, kaos kutang dan sepatu serta kacamata hitam.. wow, beneran deh, yang namanya fashion di sini adalah hak veto masing-masing personal yang tak bisa diganggu gugat sama sekali!
Nah, karena hakikatku adalah sebagai manusia yang juga pembelajar, otakku pun terangsang untuk menyikapi gejala sosial tersebut. Setiap pulang dari bepergian, aku selalu berpikir bagaimana cara membiasakan diri dengan “Australia” terutama dari sisi fashion ?
Hari-hari pertamaku di sini, aku membiasakan diri untuk mengenakan kaos oblong, celana jeans dan sepatu.
Untuk hari-hari dengan matahari menyengat, tak lupa kubawa sunglassku di leher sehingga ketika berada di bawah matahari langsung aku akan langsung mengganti kaca mata biasaku dengan sunglass itu.
Tapi sore sebelum hari yang kuceritakan ini, tiba-tiba aku mendadak ingin tampil berbeda.
Maka jadilah demikian! Setelah malamnya berpikir, mencari stock pakaian yang kumaui ada di lemari dan bertanya istriku, maka kutetapkan hati besok pagi aku mau sedikit menjadi “bule”!
Rabu, 12 November 2008, menjelang siang ketika aku hendak pergi ke Parramatta untuk meneruskan pencarianku tentang kantor AMES di Hassall St yang misterius itu, aku memutuskan mengenakan pakaian kaos warna putih tipis, celana pendek selutut, sepatu sneakers kesayanganku serta sunglass dan backpack!
Yeah… aku membayangkan meski orang-orang sini terkenal cuek bebek terhadap sekitar tapi setidaknya tattoo yang ada di kedua kakiku akan membuat mereka mencuri-curi pandang sedikit ke arahku.
Ge er dikit, apa salahnya???
Menumpang Bus 601, sekitar pukul 1.00 pm tibalah aku di Parramatta Station.
Aku melangkah turun dengan percaya diri yang membara mengenakan pakaian seperti itu.
Dari balik kacamata hitamku yang nyaris pekat itu aku melihat hampir semua orang yang berpapasan denganku, tapi kok ya tak ada satupun yang memperhatikanku. Ternyata memang betul-betul mereka cuek bebek meski perasaanku tetap berani bilang kalau at least satuuu aja pasti ada yang melirikku dan tattooku.
Sudahlah, kalian percaya saja padaku!
Seperti yang sudah kubilang, tujuanku hari itu adalah Hassall St, akan tetapi sebelumnya aku harus mengurus kepemilikan MediCare, asuransi kesehatan cuma-cuma yang diberikan Pemerintah Australia kepada para penduduknya. Maka pergilah aku ke MediCare yang terletak di underground Westfield Shopping Centre.
Seperti pengurusan kartu-kartu identitas lainnya, memiliki Medicare ternyata tak butuh waktu lama. Tak sampai sepuluh menit, jadi sudah temporary cardnya dan sudah bisa digunakan layaknya kartu Medicare betulan yang baru akan kuterima 6 – 8 minggu kemudian.
Setelah kelar urusan Medicare aku segera keluar dari Westfield, mengenakan kembali sunglass dan mulai mencari letak Hassall St.
Pada awalnya yang kutuju adalah Mcquarie St yang kupikir adalah jalan utama yang terdekat dengan Westfield. Tepat disamping cathedral, sambil berharap semoga Tuhan memberkahi pencarian ini aku membuka BlackBerryku dan mengakses GoogleMap.
Pada GoogleMap yang kubuka, kudapatkan informasi tentang Hassall St yang berada pada potongan antara Smith St dengan Station St. Tapi dasarnya aku yang tak terlalu gape membaca peta, aku meniti jalan yang salah.
Mcquarie St yang membujur jauh itu kuikuti dari tengah ke ujung yang satu, setelah merasa sepertinya tak ada disitu lalu berbalik arah melewati tengah hingga ke ujung yang satu lagi.
Lebih dari setengah jam kuhabiskan untuk mondar-mandir ke sana kemari sementara keringat yang seharusnya tak muncul karena tingkat kelembapan yang sangat rendah di sini mulai menetes di ketiak dan wajahku.
Entah, aku tak bisa mengenali lagi itu keringat kepanasan atau keringat dingin karena malu pada diri sendiri karena tak bisa menemukan satu alamat yang jelas tampak di peta.
Pada sebuah perempatan, tiba-tiba tanpa mengikuti peta aku membelok ke kiri.
Hal ini kutempuh karena aku sudah mulai putus asa dan berharap ada keajaiban dari langkah ngawurku ini.
300 meter lebih dari arah belokanku itu kutemui seorang wanita India yang tampaknya sedang beristirahat kerja. “Do you know.. hmm where is Hassal St.?”
Matanya yang bulat itu mengarah ke atas, sesaat kemudian ia mengangkat bahu dan bilang
“Sorry i dont know..”
Akupun tersenyum dan entah kenapa aku memilih untuk berputar arah.
Sungguh sebuah langkah yang aneh!
Aku lalu berhenti sejenak.
Dengan kostum yang sudah sangat “bule” sekali itu tiba-tiba aku merasa begitu malu karena tidak memiliki kemampuan membaca peta yang brillian, sebrillian penampilanku siang itu.
Kuamati benar-benar layar blackberryku dan “astaga!!!!” ternyata aku masih harus menuju ke hingga habis ujung Mcquarie St, maka well.. akupun melanjutkan perjalanan hingga ujung jalan itu, hingga lalu lintas mulai sepi dan hanya kicau burung liar yang menemani dari atas pepohonan di sana di antara gedung-gedung sekolahan tua yang lowong.
Dua puluh menit kemudian, tibalah aku di pertigaan McQuarie St dan ahaaa! di sisi kiriku sudah terpampang papan nama Smith St, yang berarti aku sudah berada pada jalur yang benar untuk menuju ke Hassall St.
Akupun membelok ke kanan dan pertigaan kedepannya kutemuilah Hassall St!
Menyusur Hassall St sama artinya aku berputar balik arah menuju stasiun.
Aku amati dan mencari alamat yang tertera 7 Hassall St, sementara arah nomer urut alamat adalah dari 40 kemudian mengecil, akupun bergerak semakin cepat.
Satu perempatan kulalui, dua.. dan kemudian tiga… dan ini adalah paruh terakhir Hassall St dan aku belum menemui alamatnya hingga… akhirnya kutemukan juga!
Bergegas aku masuk dan mencari kantor administrasinya.
Peluhku kurasakan sudah membasahi kaos dan membuat jidat serta pipiku berair dan nafas ngos-ngosan.
Seorang wanita paruh baya Asia menanyaiku apa keperluanku.
Dan dari penjelasannya… oh tidak! Apa yang dijelaskan itu seperti melengkapi kesialanku hari itu.
Visa yang kupegang saat ini belum memenuhi syarat untuk mendapatkan kursus gratis Bahasa Inggris.
“You must wait for your spouse visa…!”
Ya! Yang berarti aku harus menunggu antara 3 bulan sampai tiga tahun ke depan?
Cool! Keburu aku udah jago dan ahli bahasa Inggris dong, Bu!
Keluar dari AMES tiba-tiba aku mendapatkan pemandangan yang menakjubkan, kereta api lewat di rel yang berada di atas jalanan. OMAIGODDD! Berarti stasiun sudah tak jauh dari situ.
Akupun berjalan setengah berlari ke arah berhentinya kereta, ke arah stasiun sambil membayangkan panjang jalan yang sudah kutempuh hari ini.
Dan benar saja, ternyata tak sampai 400 meter, stasiun yang juga adalah terminal bus bernama WestField itu kucapai dari tempat kursus AMES. Dengan kata lain, nyaris 3 jam tadi aku telah berjalan memutar hampir separuh Parramatta area secara keseluruhan!
Dengan kepenatan yang luar biasa akupun menunggu dan pada akhrinya menaiki Bus 601 arah balik ke rumah.
Sepanjang perjalanan itu aku pulas tertidur meski hanya untuk beberapa lama menghimpun tenaga yang baru yang telah habis sepanjang jalan-jalan tadi.
Sampai di rumah tak ada yang tak dapat kulakukan selain makan!
Kebetulan Joyce pulang agak sorean sehingga dinner pun kami lakukan tak jauh dari pukul 6 sore, ketika matahari masih terletak pada posisi yang kira-kira sama dengan pukul 3 sore di Indonesia sana.
“Kamu mau jalan-jalan nggak malam ini, Hon?” tanya istriku kepadaku.
“Kemana?”
“Hmmm ya kemana aja, mumpung aku pulang sorean nih!”
“Hmmm kayaknya di rumah aja yah aku tadi abis jalan jauh buanget.” tuturku pada istriku sambil selanjutnya menceritakan apa yang tadi kualami seharian.
Joyce hanya bisa tertawa mendengar ceritaku. Ia lalu mengusap-usap rambutku dan berkata
“Yahhh itung-itung buat olahraga ya ngga papa… “
Aku diam saja mendengar komentar seperti itu meski kupikir betul juga, berapa kalori yang telah kuhabiskan untuk satu paket cardio exercise seperti siang tadi.
“Ya udah yuk kita nonton aja!”
ajaknya sambil mendekat ke televisi, memasukkan DVD dan kamipun menonton Kungfu Panda.
Ah, sebuah film yang tak pernah bosan kutonton terutama ketika quote terkenal dari film itu ditayangkan “Yesterday is history, tommmorow is mistery… today is a gift thats way it called present”
Ya, seperti apapun buruknya, apa yang kukenakan hari ini, apa yang kulakukan sepanjang McQuarie St hingga Hassall St, apa yang kudapat dari ibu-ibu di administrasi nan menyebalkan tadi.. semua adalah hadiah…
Nah, ini adalah petanya!
Kalian lihat, tanda bulatan merah adalah Stasiun/Terminal Parramatta.
Sedangkan tanda bulatan hijauh adalah AMES, kantor yang kucari.
Jalur berwarna merah adalah yang kutempuh, jalur berwarna hitam adalah yang seharusnya kutempuh supaya singkat.
Tertawakanlah diriku atas kebodohan ini :) Aku harus menempuh 8 langkah untuk sampai AMES padahal cukup satu jalur yang sangat singkat.
Cool, huh ?
Makanya… tinggal di Paris! Di sana kalau tampil jelek, melanggar hukum :)btw, memangnya di sana ga ada website untuk petunjuk transport ya? seperti http://www.tfl.gov.uk?
walah kesasar toh critane??? lha ngga ada bule yg nulungin ta??? untung adem … hihihi
hahahha….aduh donny, laen kali kalo baca peta yg bener yah…kesian amat muter jauh gitu…
Pakabar Joyce?
waduh.. nggak kebayang kalo saya yg kesasar2 itu di Ostrali, mas Donny.
mungkin malah 2 X lebih putar2 lagi. lha wong saya keluar-masuk kampung2 di kota Yogya saja malah ada sering kesasar ke tanda verbodden atau jalan buntu.. :) :lol:
doa saya agar mas Donny lebih cepat hapal jalan2 di sana :)
Hahahaha cerita khas pendatang baru!
WELCOME TO THE CLUB!
Gue juga dulu begitu!
Hehehe
Ah, Donny!
Bukankah selama di Jogja sana kamu kepingin lihat yang indah-indah begini? hehehehe..
Eniwei,
ngakak aja setelah liat gambar peta itu. Gila lu, Don! Ngakak ngakak gua bacanyaaa… hahahahaha..
(tapi kasihan juga deng… minta pijitin Joyce gih! kalau minta ke Surabaya… jauh!!)
-Semoga cepat dapet kerja, Don! Traktir2 ya?- :)
Berarti, terjadi penurunan berat badan dong, kata Indi barens kan 10 ribu langkah tiap hari .. hehe
Kebayang deh betapa keselnya dirimu.
Tapi ..biar nyasar dan sebel yang penting nggaya…ya gak permirsa???
Lho? Kok yang diputar DVD Kungfu Panda, Don?
Kenapa dengan Warkop DKI? Bosan?
Bukannya BB Bold ada built in GPS nya ? Kalo kita jalan ada icon ikut gerak-gerak kesana sini sesuai peta dan langkah ?
Di sini kalau mau pake GPS mesti subscribe sebesar 8 dollar per bulan jhe Ed.. males banget :)
Kalau ngga subscribe cuma ada data koordinatnya aja tanpa peta…
Piye arep ngerti jal ?
hihi…
liat tanda panah di peta…
baca-baca, ngarep dilirk bulle… hehe…
Jauh Juga tuh Mas… lumayan bener olahraga.. geli juga jadinya..
sabar yah Hon… hehe…
he, kirain quote paling keren dari pilem itu adalah
Enough talk. Lets fight!
Shashabooey!
Kablooey!
“malu bertanya?”
“jalan jalan!”
waah sekarang cuek penampilannya seperti bule juga ya…….
kok gak difoto siy DV
biar bisa tahu DV before and after
wah, jadi ngerti gimana orang2 bule berbusana saat musim panas, mas donny, hiks. ternyata memang bener seperti cerita orang2. dalam hal berbusana, para bule bener2 bebas, tanpa dibatasi macem2 norma.
jalan? summer? oh nooooo.
aku kalo nyari alamat yg ngga tau gitu ngga mau pake jalan… naik sepeda. jadi ngga capek hehheheh
bisa naik sepeda ngga DV? hihihi
beneran nih boleh tertawa?
ya udah deh …
Hahahahaa … ups?! apa gerangan ini sudah takdirnya orang klaten yaa? lha bojoku kui juga ngga gaplek peta . saya seratus persen dah ngga percaya kalo yang jadi penunjuk arahnya dia. Lha gimana ngga? .. yang kiri dibilang kanan, yang kanan dibilang kiri … jadinya nyasar .. bikin esmosi … hehehe .. jadi curhat disini ..
huahahaha……
oalah dab, dab…..
kelakon tenan dadi bule,
celana pendek, kaos oblong, backpack, kacamata ireng, sneakers, mlaku sepanjang jalan, wis persis bule. kaya turis2 ning jogja.
cuma siji sing rak nguwati…….mlakune gara2 nyasar2 !
pas baca postingan, aku cuma senyum2. lha pas lihat peta, leh ku kepingkel2 tenanan, dab !
1. ediyaan….1/3 postingan mbahas BAB !
2. Seperti bertemu dengan sesama anjing di kandang domba, atau menyapa sesama gorilla di kandang kepompong!, pengandaianmu gak ana sing luwih parah, dab ?
3. masalah temanmu, anggep wae dia lagi stress berat, terus jadi pah poh !
huahahaa…..kok isa ngono lho dab, dab !
gayane wis bule banget, don. kayak bule yang jalan2 di jogja.
cuma satu yang gak nguwati, kesasar !
pas baca tulisanmu aku wis mesem2, begitu lihat peta….oalaaah….huahaha….aku ngakak abis, dab !
*ini mungkin komen sing kedua, soale komenku yg pertama kok ilang ya ? embuhlah, tolong di edit ya, hehe… *
Coba Don, besok kalo mau cari alamat pake bajunya ala waktu di Jogja/Klaten, lihat hasilnya, opo lebih lancar…
Siapa tahu, mungkin cara berpakaian menentukan kemampuan mapping? ;)
Pengalaman yang berharga Don!
Rasanya aku makin hafal Parramatta :)
hehehe…itu namanya keblasuk-blasuk
Tapi justru itu jadi makin kenal daerahmu….taruhan nanti Donny malah bisa bikin peta ala DV.
Sudah diukur kah BB mu? Kalau turun asyik juga….olahraga yang menakjubkan, bisa diulangi lagi….biar makin padat dan ramping, pasti Joice akan lebih senang.
Hehehe… aya-aya wae Mas.. Yang sedih bisa jadi ngakak baca cerita ini apalagi pas liat petanya qeqeqeqe…. lucu banget!. Waktu udah selesai baca, aku langsung liat tato di kakinya hahaha. lol. Baru kali ini aku baca cerita mix marriage yang dari cowo, biasanya kebanyakan cewe Indo yang nikah ma Bule…
Btw, waktu ngurus spouse visa susah gak Mas? apa2 aja yang ditanya?
Makasih.
Damn cool Mas, hihi.
Eh, pernah dengar pepatah: Jika kau ingin mencari jarum di dalam tumpukan jerami, carilah dengan sistematik. Jika tidak, maka itu sama saja dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami.