Gugus Sepuluh – Tempat Terbaik 2016

29 Des 2016 | Cetusan, Gugus Sepuluh

Ini adalah salah satu dari rangkaian catatan akhir tahun 2016 yang kuberi nama Gugus Sepuluh.
Semacam kaleidoskop kalau jaman TVRI dulu. Aku menyusunnya berdasarkan hal-hal yang menurutku menarik (untuk diriku sendiri) dengan menguguskannya per-sepuluh atau yang di media lain biasa dikenal sebagai ?top sepuluh? atau ?top ten?. Selamat menikmati!

#10 TK/SD/SMP Maria Assumpta Klaten

Maria Assumpta

DV dan Suster Istati yang ternyata pernah berkunjung ke NSW, Australia

Juni silam, saat peringatan 100 hari meninggalnya Mama, aku pulang ke Klaten. Salah satu agendaku, selain untuk menghadiri peringatan tersebut, adalah datang ke TK/SD/SMP Maria Assumpta Klaten memberikan pelatihan pengelolaan situs web sekolah yang kubangun sekaligus menerima masukan dan saran jika ada.

Meski hanya bersekolah satu tahun, itupun saat TK kecil, entah kenapa aku merasa dekat erat dengan sekolah yang terkenal dengan logo ?serviam? nya itu.

Posting terkait:?Maria Assumpta

#9 Sydney CBD

gugus sepuluh

Setelah delapan?tahun lebih tinggal di Sydney, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan yang kantor pusatnya ada di Sydney CBD atau pusat bisnis kota Sydney.

Sebagai catatan, tak semua kantor pusat perusahaan besar itu berpusat di Sydney CBD dan sebelum-sebelumnya, aku selalu mendapatkan kerja yang kantor pusatnya berada di suburb yang sepi dan tenang.

Persoalannya, karena aku tinggal dan bekerja di suburb, tantangan terberatnya adalah bagaimana membiasakan diri lagi dengan bising yang riuh serta jauh dari suasana tenang.

So far, OK lah..

Posting terkait: Masuk kerja hari pertama

#8 Eagle Hawk / Canberra

Gugus Sepuluh

Aku suka Canberra itu sudah cerita lama, tapi ada bagian dari Canberra yang aku suka dan cukup ?iconic? tahun ini dan daerah itu adalah Eagle Hawk.

Sebenarnya Eagle Hawk belum masuk kawasan Canberrra karena masih ada di negara bagian New South Wales. Tapi Eagle Hawk jadi identik dengan Ibukota Australia itu, setidaknya menurutku, karena di sana kami biasa menginap saat berkunjung ke Canberra.

Kami biasa menginap di hotel yang tak terlalu mewah tapi nyaman, disekelilingnya adalah hutan dengan sebuah toko tua yang khusus menjual minuman alkohol / bottle cellar yang siap menghangatkan di malam-malam yang dingin di Canbe..eh di Eagle Hawk.

#7 Martin Place

Gugus Sepuluh

Martin Place terdapat di Sydney CBD. Klien pertamaku di kantor baru ada di Martin Place. Sekitar dua minggu di awal musim dingin tahun ini aku berkantor di sana.

Selain dikenal sebagai pusat bisnis di Sydney CBD, kejadian teror terhadap sekelompok orang yang sedang ngopi pagi di Lindt Cafe yang lantas dikenal dengan sebutan Sydney Siege (Desember 2014) membuat Martin Place makin terkenal.

Hingga kini aku terkadang kangen suasana pagi Martin Place. Derap langkah para pekerja yang berbunyi nyaring ditingkahi dengan obrolan-obrolan kecil, kicau burung dan suara lonceng jam yang menggema ditingkahi secangkir kopi susu hangat di dalam genggaman adalah pagi yang indah?

Posting terkait: Sejauh ketela dan banana bread…

#6 Hyde Park

Gugus Sepuluh

Hyde Park adalah taman di tengah kota Sydney. Karena berkantor di Sydney CBD, aku jadi sering nongkrong di sana untuk menghabiskan jam istirahat makan siang atau setidaknya sekadar lewat saat merasa perlu jalan-jalan barang sebentar.

Tempat ini cukup memiliki nilai historis bagiku. Setelah mendapatkan pekerjaan yang pertama di Australia, Februari 2009, aku mengajak istriku, Joyce, yang waktu itu kerja di sebuah bank yang kantornya dekat dengan Hyde Park, makan siang di sana.

Lalu di tengah-tengah makan aku mengabarkan kabar baik nan melegakan itu :)

Posting terkait: Enam momen, enam tahun

#5 Thredbo

Gugus Sepuluh

Thredbo adalah kawasan wisata salju di Australia.
Setelah delapan tahun tinggal di Australia, baru tahun ini aku bisa menyempatkan diri datang ke sana. Uniknya, aku datang bukan saat musim dingin tapi saat musim gugur yang hangat, pada libur Paskah silam.

Aku terkesima dengan tempatnya dan jatuh hati karena membayangkan bagaimana menariknya saat musim dingin dan bersalju, pasti menyenangkan. Aku bersyukur punya kelebihan untuk membayangkan sesuatu lalu menikmati bayangan itu hingga seolah benar-benar nyata adanya.

Posting terkait: Risalah Akhir pekan XIV/2016

#4 Leura

Gugus Sepuluh

Leura adalah suburb di sebelah Katoomba yang berada di kawasan Blue Mountains, NSW, sekitar 90km dari Sydney.

Beberapa kali aku pergi ke Leura tapi kepergianku tahun ini amat berkesan karena bersama keluarga aku menikmati libur bulan April silam dalam rangka ?Gardening Leave? yang pernah kutulis di sini.

Selain menyantap sarapan ala Australia berukuran besar (hashbrown, sosis, ham, telor ceplok setengah matang, roti tawar dan aneka selai) aku juga pergi ke taman bunga yang letaknya tak jauh dari pusat pertokoan Leura yang menyenangkan dan menenangkan.

Tulisan terkait: Risalah Akhir Pekan XVII/2016

#3 Perisher

Risalah Akhir Pekan

Sama halnya dengan Thredbo, Perisher (sekitar setengah jam perjalanan menggunakan mobil dari Thredbo) adalah tempat wisata salju yang terkenal di Australia. Bandingannya mungkin sama seperti Kuta dan Sanur di Bali saat pantai-pantai lain belum bermunculan dan tenar akhir-akhir ini.

Perisher lebih ?kalem? seperti Sanur, sedangkan Thredbo lebih komersial dan modern seperti Kuta. Perisher hanya sebuah lembah luas nan sunyi dengan beberapa villa berdiri pada jarak yang tak terlalu dekat, tak berhimpit seterhimpit villa-villa di Thredbo.

Sudah barang tentu, aku dan Joyce lebih memilih Perisher ketimbang Thredbo. Ibarat musik, kami ini lebih suka blues ketimbang techno, reggae ketimbang RnB.

Posting terkait: Risalah Akhir Pekan XIV/2016

#2 Jindabyne

Gugus Sepuluh

Menyukai Thredbo dan Perisher, tak bisa tidak kami terkesan pula dengan Jindabyne, kota penghubung keduanya yang terletak di sebelah danau Jindabyne.

Jindabyne berjarak sekitar enam jam perjalanan dari Sydney dan sekitar 2 jam dari Canberra.

Kota kecil berpenduduk 2000 yang konon, kata penjual bensin yang kutemui April 2016, ?Kalau winter, jumlah penduduk kami jadi sekitar 6000!? karena begitu banyak pelancong yang hendak menikmati salju baik di Thredbo maupun Perisher.

Kami tinggal di sana selama tiga hari dan hal itu cukup membuat Jindabyne sudah seperti kota sendiri. Pergi ke gereja kecil untuk merayakan Paskah disambut layaknya keluarga sendiri oleh umat di gereja tersebut, membuat kami ingin kembali.

Dua hal terkait Jindabyne yang mau kuceritakan di sini.

Pertama. Sepulang dari sana, April silam, aku dan Joyce berpikir benar-benar serius untuk membeli rumah di Jindabyne. Ide itu kemudian menghablur begitu saja setelah kami berkonsultasi dengan seorang kawan ahli properti yang menyarankan kalau mau investasi mending cari yang lebih punya nilai ketika dijual kembali.

Kedua, saat kami berlibur ke Canberra November 2016 silam awalnya kami tak berencana pergi ke Jindabyne. Tapi tiba-tiba Joyce memberitahu bahwa harga pampers (popok anak-anak) sedang sale di seluruh supermarket di Australia, ia memang selalu mengikuti pergerakan harga barang-barang kebutuhan dasar kami sehari-hari.

Lalu aku nyeletuk, ?Yuk pergi ke Jindabyne aja, toh cuma dua jam dari sini!?

Joyce bertanya, ?Ngapain??
?Beli pampers? hahahaha!?

Lalu kami benar-benar pergi ke Jindabyne dan benar-benar beli pampers di supermarket di sana padahal di Sydney atau Canberra pun banyak terjual!

Posting terkait: Risalah Akhir Pekan XIV/2016

#1 Charlotte Pass

Gugus Sepuluh

Setelah mendapatkan pampers di Jindabyne seperti kutulis di poin sebelumnya, kami berpikir kenapa kita tak sekalian ke Perisher?

Lagi-lagi kami merasa perlu punya alasan kenapa harus pergi ke sana. ?Siapa tahu? siapa tahu masih ada salju!? cetusku di dalam mobil.

Rupanya kata ?salju? ditangkap oleh kedua anakku dan mereka merengek-rengek untuk bermain-main salju.

Dorrrr! Nah loh! Gimana kalau sampai di Perisher tidak ada salju? Bagaimana membuat mereka tak merengek lagi?

Kami nekat berangkat. Suhu di Jindabyne waktu itu sekitar 22 derajat celcius. Hangat.

Beberapa kelokan menanjak ke arah Perisher, kami melihat sejumput salju yang membuat kami terkaget-kaget. Tapi karena letaknya di atas, aku berkata pada anak-anak, ?Kita mungkin nggak bisa main salju, tapi look? di atas ada salju. Can you see that??

Mereka diam dari rengekan lalu senang.

Mobil berkelok-kelok mendekat ke arah Perisher, suhu udara mendingin, turun ke 15 derajat dan abrakadabra, ternyata sebagian besar lahan masih tertutup salju saudara-saudara!

Lalu begitu sampai di Perisher, aku kembali manas-manasin Joyce, ?Kenapa kita nggak ke Charlotte Pass aja??

?Di sana ada apa??
Aku menggeleng. ?Tapi yang pasti ada lebih banyak salju tebal!?

Charlotte Pass adalah puncak tertinggi di Australia yang masih bisa didiami manusia.
Kami lalu pergi ke atas, sekitar 20 menit dari Perisher dan benar saja, meski itu adalah bulan November, beberapa hari menjelang musim panas, kami masih diberi kesempatan untuk menikmati salju layaknya musim dingin di puncak tertinggi Australia.

Nikmat apalagi yang bisa kau dustakan? Bahkan ketika begitu banyak orang mengumpat tentang global warming dan climate change yang tak hanya menyedihkan tapi mengkhawatirkan untuk kehidupan umat manusia masa datang, kami diperbolehkan untuk ?menikmati? sekelumit ?berkatNya? dari prahara itu dengan salju yang turun di Charlotte Pass siang itu!

Posting terkait:?November Snow

Sebarluaskan!

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.