Ini adalah salah satu dari rangkaian catatan akhir tahun 2016 yang kuberi nama Gugus Sepuluh.
Semacam kaleidoskop kalau jaman TVRI dulu. Aku menyusunnya berdasarkan hal-hal yang menurutku menarik (untuk diriku sendiri) dengan menguguskannya per-sepuluh atau yang di media lain biasa dikenal sebagai ?top sepuluh? atau ?top ten?. Selamat menikmati!
#10 Surat terbuka untuk Agus yang bukan tetanggaku?
Aku suka tulisan ini karena seperti menemukan sudut pandang yang berbeda ketimbang yang lain. Ketika banyak media dan orang lain menyorot soal kaitannya dengan Sang Bapak, aku menyorot soal biaya yang dikeluarkan negara/TNI untuk pendidikannya selama ini lalu ia keluar begitu saja…
Klik di sini menuju ke tulisan.
#9 Presiden, pilih menteri yang memahami anak!
Bukik itu kawan lama. Meski belum pernah bertemu, interaksi kami di dunia cyber sudah terjalin sejak awal dekade ini. Ia adalah seorang cendekia dan pemerhati khususnya bidang pendidikan. Aku mewawancarainya terkait dengan isu full day school yang dihembuskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru kala itu, Muhadjir Effendy yang menggantikan Anies Baswedan beberapa hari sebelumnya.
Klik di sini menuju ke tulisan.
#8 DBBC Space, De Britto Bloggers Club
Situs dbbc.space memang hanya berumur setengah tahun tapi aku belajar banyak dari sini. Tentang motivasi, tentang pengkhianatan dan tentang bagaimana tulisan-tulisanku mampu meresonansi keadaan. Ada beberapa tulisan tentang DBBC.Space tapi aku memilih yang ini. Kalau kalian ada waktu juga boleh melanjutkan yang ini serta ini.
Klik di sini menuju ke tulisan.
#7 Sasmita dibalik kuda nan mesianis itu?
Sebagai orang Jawa, aku merasa ada ‘sasmita’ yang hendak disampaikan Alam Semesta terkait kematian kuda nahas yang kaget mendengar klakson lalu lari nabrak-nabrak sebelum akhirnya mati bersimbah darah, di Yogyakarta awal Desember lalu. Bagiku, kuda itu telah melakukan hal yang mesianis, mengorbankan diri seperti Seseorang pernah mengorbankan nyawaNya sendiri, dua ribu tahun silam.
Klik di sini menuju ke tulisan.
#6 101: Pekerjaan yang mudah dicari di Australia. Emangnya ada?
Ini adalah titik balik ketika aku untuk pertama kalinya mengunggah vlog, video blog! Setelah ini ada beberapa vlog yang kuunggah tapi kini tidak lagi; mungkin berhenti, mungkin mengambil jeda rehat saja. Kenapa? Membuat vlog itu tak hanya memeras ide tapi juga waktu dan usaha terutama saat mengedit. Jadi kelanjutannya? Nanti-nanti saja kalau sempet dan suka hehehe…
Klik di sini menuju ke tulisan.
#5 Datuk: Isu SARA amat gampang untuk memobilisasi massa
Mas Datuk, kakak kelas angkatan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta adalah figur besar sekaligus simbol kebhinekaan setidaknya di kalangan alumni SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan kumpulan alumni sekolah-sekolah yesuit di Indonesia. Ia seorang muslim taat, berstudi di sekolah Katolik lalu kini aktif di paguyuban alumni. Aku menyukai dinamika wawancara yang terjadi melalui jalur WhatsApp ini. Satu hal yang kuingat, saat wawancara dengannya adalah saat Ahok ditetapkan menjadi tersangka kasus penistaan agama yang ramai itu…
Klik di sini menuju ke tulisan.
#4 Akhirnya saya milih Anies?
Sebenarnya aku tak benar-benar memilih Anies, karena aku juga tak memilih Ahok maupun Agus. Aku toh bukan warga Jakarta? Tulisan ini sejatinya sindiran bagi segelintir pendukung salah satu calon gubernur yang menurutku terlalu bising dan stereotipikal, membosankan. Jadi? Ya milih Anies saja…
Klik di sini menuju ke tulisan.
#3 Surat tertutup tapi bersampul transparan nan teduh untuk Kristiani
Tulisan ini adalah tanggapan dari peristiwa dihentikannya acara KKR di Bandung awal Desember lalu. Aku mencoba menulis surat terbuka untuk sosok imajiner, Kristiani, yang kujadikan representasi orang-orang kristen di Indonesia. Aku tak berusaha mengompori supaya mereka bertindak melawan, tapi lebih pada hal apa yang bisa dilakukan untuk mengubah segalanya menjadi lebih baik lagi dengan semangat kristiani yang kita miliki. Aku kan Donny Verdian, bukan Denn…ah sudahlah :)
Klik di sini menuju ke tulisan.
#2 Perayaan unik ulang tahun Mama ke-60
Seperti yang kutulis di kalimat pertama postingan ini, “Seharusnya aku pulang ke Klaten…”
Ya, awal tahun ini aku sebenarnya sudah berencana untuk pulang ke Klaten untuk merayakan ulang tahun Mama ke-60. Idenya memang muncul mendadak sekitar tiga minggu sebelum ulang tahun Mama yang jatuh pada 25 Februari. Dan justru karena mendadak itulah keuangan kami tidak siap dan aku batal pulang.
Aku amat sedih tapi harus menghadapi semuanya dengan baik. Beruntung dan bersyukur punya kawan-kawan yang baik. Teddy dan Kunto, sesama lulusan De Britto 1996 yang akhirnya juga jadi partner bisnis di dokudoku.id, ‘menggantikanku’ untuk datang ke rumah di hari ulang tahun Mama. Mereka membawa cake yang kupesankan dari kawanku yang lain, sesama lulusan De Britto 1996, Made.
Dua minggu setelah ulang tahun, Mama meninggal…
Klik di sini menuju ke tulisan.
#1 Kabar Baik Vol. 68/2016 – “Maukah Engkau Sembuh?” Mama Menjawab “Ya!”
Ini adalah tulisan yang kususun sambil terbata-bata karena kurawi tepat di hari kepulangan Mama ke Rumah Bapa, 7 Maret 2016. Tak hanya kehilangan Mama tapi aku juga kehilangan kesempatan untuk pulang ke Klaten untuk hadir di acara pemakamannya. Jangan bayangkan bagaimana rasanya.
Lantas apa yang membuatku kuat, apa yang membuatku sanggup menulis hingga kalimat terakhir dalam postingan ini? Semata karena aku malu pada judul yang kuterakan, ‘Kabar Baik’ jadi bagaimana merangkai kabar duka yang amat amat amat dalam ini dalam kerangka Kabar Baik hari itu.
Klik di sini menuju ke tulisan.
0 Komentar