Gugus Sepuluh – Makanan Ter-h?och? 2016

22 Des 2016 | Gugus Sepuluh

Ini adalah salah satu dari rangkaian catatan akhir tahun 2016 yang kuberi nama Gugus Sepuluh.
Semacam kaleidoskop kalau jaman TVRI dulu. Aku menyusunnya berdasarkan hal-hal yang menurutku menarik (untuk diriku sendiri) dengan menguguskannya per-sepuluh atau yang di media lain biasa dikenal sebagai ?top sepuluh? atau ?top ten?. Selamat menikmati!

 

#10 Saladnya Nensi

gugus sepuluh

Nensi, aku nggak tahu bagaimana nama sebenarnya dituliskan, seorang calon ibu, migran dari Pulau Cyprus nun jauh di sana. Ia berjualan salad di coffeeshop kantor dan ada satu masa di tahun ini dimana hampir tiap hari aku makan salad buatannya. Segar, mengenyangkan tapi tak menggendutkan. Yang paling menyenangkan darinya adalah keramahannya. Setiap kali lewat selalu menyapa, “Morning, Donny…” sementara kawan timku yang lain tak dihapal nama olehnya. Mau tak mau aku harus mampir untuk membeli barang dagangannya hahaha….

#9 Salmon kalengan

gugus sepuluh

Katanya makanan kalengan itu tak baik, tapi katanya salmon itu baik. So? Kuhajar aja! Semoga yang baik menang dan yang tak baik dikalahkan seperti di film-film hollywood.
Aku menyantap salmon kalengan siap saji bersama dengan tiga lempar wholemeal bread (roti gandum) sesudah berolahraga di gym tiap hari.

#8 Sate Klathak

gugus sepuluh

Credit photo: Jogjaguides.com

Saat pulang ke Indonesia, Juni 2016 silam aku diajak Teddy dan Kuntho makan sate klathak yang kesohor itu.

Rasanya? Terus terang aku tak suka. Bukan karena lidah ‘luar negeri’ tapi karena lidahku adalah lidah ‘samirono’. Artinya? Sate kambing, menurutku ya nggak ada yang bisa ngalahin sate kambing samirono atau sate kambing Pasar Lempuyangan yang kaya rasa dan bukannya tawar seperti ini.

Dari rasa aku tak suka tapi dari sensasi, ya itung-itung pernah ngerasain sate yang dimakan Rangga dan Cinta lah :)))

#7 Kebab dekat Event Cinema, George St

gugus sepuluh

Kebab yang ini sebenarnya bukan yang terenak tapi cukup enak dan letaknya dekat dengan kantor. Porsinya berani dan dressingnya juga ngasihnya gak tanggung-tanggung, crot.. crot.. crot! Penjualnya orang Turki yang ramah yang pertama kali aku ke sana saja dia udah berani tanya “Aku baru sekali liat orang bisa bayar kebab pakai handphone (tap – Apple Pay). Gimana caranya?” Aku tak keberatan ngajarin dan dia seneng banget!

Sama halnya dengan Si Nensi, si penjual tiap aku lewat selalu menyapa, “Hi, mate? How are you?” Mau tak mau harus membalas sapa dan kadang beli kebabnya deh!

#6 Pho depan World Tower

gugus sepuluh

Salah satu kawan kerja mengajakku makan siang di sini. Kesan pertama ngeliat daftar harga, “Busyet! Mahal bener!” Bayangkan, satu porsi ukuran sedang pho dengan beef combination adalah $16 padahal di tempat lain biasanya di bawah $14 saja.

“Ini memang mahal tapi rasanya boleh dibandingkan!” Sekali makan aku lantas nggak mau ngebandingin dengan pho yang lainnya lagi karena meski mahal, kelezatannya memang tak ada bandingannya!

#5 English Wrap Breakfast McD

gugus sepuluh

Makan pagi itu tricky. Terlalu lapar jadi pengen makan terus sesudahnya, terlalu kenyang jadi nggak makan hingga sore hari. Setelah bertahun-tahun setia dengan burger babi dan telor-nya McDonalds, tahun ini aku mengubah ke english wrap breakfast. Wrap di dalamnya ‘hanya’ ada bacon dan telor saja. Enak dan yang paling mengenakkan adalah, selain kesannya ringan, perut juga siap menerima makanan lain dalam dua jam berikutnya hahaha…

#4 Gado-gado Wilis

gugus sepuluh

Gado-gado di Sydney biasanya dijual tidak menggunakan bumbu asli tapi pakai bumbu kacang yang diblender bahkan tak jarang dicampuri Nutella! Rasanya? Yurk! Nggak banget!

Tapi Gado-gado Willis Canteen di Ultimo enaknya bukan kepalang karena dimasak menggunakan bumbu kacang asli dan… diuleg!

Kalau mau pesan mending beberapa jam sebelumnya karena ulegan bumbunya cuma ada satu jadi harus antri!

#3 Nasi Goreng plus ayam kalasan

Nasi Goreng My New Delight ini sebenarnya gak special-special amat. Standard! Tapi karena aku biasa memesan dengan sepotong ayam kalasan dengan sambel yang nendang lalu disantap bersama-sama jadinya istimewa!

Yang paling menyenangkan dari My New Delight selain sambalnya yang benar-benar nendang adalah banyak makanan lain yang bisa dibeli jadi side dish. So, kalau belum kenyang kita bisa pesan yang lain sampai lupa kapan harus kenyang hahaha!

#2 El Jannah

gugus sepuluh

Ayam bakar ala Lebanon yang dijual di El Jannah itu memang juarakkk!
Rasanya gurih, dagingnya padat dan… saus bawang/garlic- nya nggak hanya nendang baunya tapi juga rasanya. Meski pertahanan dijaga kuat untuk tidak makan garlic karena takut bau badan dan bau mulut, begitu menyebut nama El Jannah, langsung lumer deh pertahanan dan menyerah kalah.

Setiap kali menyantap potongan ayam setelah dicocol di saus garlic, mulut langsung berujar, ‘El Shaddai!’ yang dalam bahasa Yahudi berarti Allah Maha Kuasa! Hahaha…

#1 Nasi goreng Lestari

gugus sepuluh

Setelah hampir delapan tahun selalu menyebut ‘Fajar’ sebagai nasi goreng terenak di Sydney yang membuatku bahkan ketika pulang ke Tanah Air pun kangen ‘Nasi Goreng Fajar’, posisinya kini diambil alih oleh Nasi Goreng Lestari, setidaknya menurut lidahku.

Nasi Goreng buatan Rumah Makan Lestari yang letaknya di sekitar Central Station ini istimewa karena teknik masaknya menggunakan terasi dan kecap lalu ada pilihan daging-dagingan yang dicampurkan. Yang istimewa adalah nasi goreng babi crispy. Renyahnya kulit babi terasa bener… kriuk… kriuk!

Sebarluaskan!

2 Komentar

  1. Asyik, akhirnya ada temennya gak doyan sate klathak.. ??

    Balas
    • Hahahaha, aku heran dimana enaknya :)

      Balas

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.